NovelToon NovelToon
Gairah Istri Kesepian

Gairah Istri Kesepian

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Momoy Dandelion

Di Bawah Umur Harap Minggir!

*****

Salahkah bila seorang istri memiliki gairah? Salahkah seorang istri berharap dipuaskan oleh suaminya?

Mengapa lelaki begitu egois tidak pernah memikirkan bahwa wanita juga butuh kepuasan batin?

Lina memiliki suami yang royal, puluhan juta selalu masuk ke rekening setiap bulan. Hadiah mewah dan mahal kerap didapatkan. Namun, kepuasan batin tidak pernah Lina dapatkan dari Rudi selama pernikahan.

Suaminya hanya memikirkan pekerjaan sampai membuat istrinya kesepian. Tidak pernah suaminya tahu jika istrinya terpaksa menggunakan alat mainan demi mencapai kepuasan.

Lambat laun kecurigaan muncul, Lina penasaran kenapa suaminya jarang mau berhubungan suami istri. Ditambah lagi dengan misteri pembalut yang cepat habis. Ia pernah menemukan pembalutnya ada di dalam tas Rudi.

Sebenarnya, untuk apa Rudi membawa pembalut di dalam tasnya? Apa yang salah dengan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Giliran Trian yang Gila

"Sayang, ayo fotokan kami berdua!" pinta Dara.

Ia menarik tangan Lina agar mendekat padanya. Mereka memilih berpose di depan replika Brontosaurus yang bisa bergerak-gerak.

Trian tiba-tiba menjadi seorang fotografer. Ia sibuk mengambil foto kedua wanita merepotkan yang sedari tadi minta difoto. Kalau dia menolak, istrinya sudah pasti akan tantrum.

Saat sedang mengambil foto, tatapannya fokus kepada Lina. Wanita itu terlihat cantik di kamera. Ia iseng memfokuskan beberapa foto hanya untuk mengambil gambar Lina. Ia rasa tidak apa-apa karena ponsel yang ia gunakan adalah miliknya sendiri.

Dara dan Lina asyik sendiri berkeliling di taman yang menurut Trian tidak ada seru-serunya itu. Ia merasa hanya dijadikan pengawal dan tukang foto. Dara bahkan menitipkan tas kepadanya.

"Tunggu sebentar! Ada telepon masuk!" ucap Dara tiba-tiba.

Ia menjauh dari Lina seraya berbicara serius dengan ponselnya. Seakan itu merupakan sebuah telepon penting.

"Dara ditelepon siapa kira-kira? Kok seperti rahasia begitu?" tanya Lina penasaran.

"Entahlah! Aku juga tidak tahu," jawab Trian.

Mereka akhirnya berhenti sembari menunggu Dara menerima telepon itu. Diam-diam Trian mengambil foto Lina beberapa kali.

Beberapa saat kemudian, Dara kembali menghampiri mereka setelah mengakhiri telepon.

"Lina, kamu tunggu sebentar di sini. Aku mau bicara dengan Trian dulu!" kata Dara.

Ia menarik tangan Trian agar mengikutinya. Mereka menjauh sekitar beberapa meter dari Lina.

"Ada apa?" tanya Trian heran.

Dara terlihat senang dengan senyuman yang terus melekat di wajahnya. "Ternyata caramu berhasil!" ucapnya dengan riang.

Trian mengerutkan dahinya. "Cara? Cara apa?" tanyanya bingung.

"Kamu kan pernah memberiku saran untuk berhenti menghubungi Rival. Aku sudah melakukannya," jawab Dara.

"Oh, jadi tadi telepon dari Rival?" tebak Trian.

Dara mengangguk-angguk. Trian menghela napas panjang. Beberapa hari ini Dara sudah lebih baik. Tapi, ternyata tetap saja penyakitkan kambuh lagi. "Dasar Rival sialan," pekiknya lirih.

"Apa katamu?" tanya Dara yang tidak jelas mendengar ucapan Trian.

Trian menunjukkan senyuman. "Tidak, bukan apa-apa. Jadi, kamu mau bilang apa setelah dapat telepon dari Rival?"

"Dia sekarang ada di sini. Aku sudah bilang kalau aku sedang di taman hiburan. Dia mau menjemputku," ucap Dara bahagian. Belum sampai satu minggu, Rival sudah menemuinya lagi. Semua berkat ide dari Trian.

"Kamu ini bicara apa? Kita sedang bersama Lina di sini. Kamu tega meninggalkannya?" tanya Trian sembari menunjuk ke arah Lina yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Kamu sendiri yang minta Lina untuk menemanimu jalan-jalan. Sekarang, kamu tidak mau bertanggung jawab hanya karena ada lelaki breng ...." Trian tak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia merasa sangat kesal dengan istrinya.

Dara memanyunkan bibirnya. "Aku juga tidak menyangka kalau dia mau datang sekarang. Kamu tolong temani Lina, ya! Ini urusan penting, aku tidak bisa mengabaikannya," pintanya dengan raut wajah memelas.

Trian membuang muka. Sebenarnya pendapat dia juga tidak ada gunanya. Dara akan melakukan apa yang mau dilakukannya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu! Sampai bertemu di rumah!" kata Dara berpamitan. Ia mencium pipi Trian sebelum akhirnya berlari pergi.

Trian hanya bisa menghela napas. Ia mengepalkan kedua tangannya. Seandainya saja bisa, ia ingin sekali menghajar Rivaldo sampai habis-habisan.

"Loh, kok Dara pergi. Kenapa? Kalian bertengkar?" tanya Lina heran. Bahkan Dara tak berpamitan dengannya.

Trian menggeleng. "Dia ada urusan penting, makanya pergi," jawabnya.

"Pergi bareng selingkuhannya itu, ya?" tebak Lina.

Trian hanya tersenyum. "Sudahlah, biarkan saja! Ayo kita teruskan jalan sampai pintu keluar!" ajaknya.

Trian melenggang berjalan duluan. Lina sampai harus berlari untuk mengejarnya. Lelaki itu memang terlalu santai menghadapi istrinya yang selingkuh.

"Kamu kenapa, sih? Memangnya tidak bisa sekali-kali melarangnya pergi? Heran dengan sikapmu ini!" oceh Lina.

Bagi Lina, lelaki sempurna seperti Trian tidak pantas memiliki garis hidup seperti itu. Trian itu tampan, banyak wanita yang suka padanya. Tapi, lelaki itu malah bertahan dengan wanita yang sama sekali tidak mencintainya.

"Dia kan punya kaki, punya otak, punya jalan pikirannya sendiri, aku bisa apa? Ya biarkan saja," jawab Trian yang terus berjalan tanpa mempedulikan perkataan Lina.

"Dicoba juga belum tapi sudah menyerah," sindir Lina.

Trian langsung berhenti dan berbalik menghadap Lina. Wanita itu terkejut karena menabrak tubuh Trian.

"Kok kamu tiba-tiba berhenti!" ucap Lina kesal.

"Lina ... Kalau aku bisa, aku juga ingin dunia ini berjalan sesuai dengan kemauanku. Aku juga ingin semua orang menjadi seperti apa yang aku pikirkan. Tapi, mau bagaimana lagi? Setiap orang punya jalan pikirannya masing-masing. Apa aku harus memaksa?" tanya Trian dengan tatapan wajahnya yang dingin.

"Setidaknya kamu coba dulu ...."

"Kamu juga sama. Kenapa kamu menikah dengan orang lain?" tanya Trian memotong perkataan Lina.

Lina sampai tertegun keheranan. "Apa hubungannya?" tanyanya.

"Kamu tidak setia. Perasaanmu berubah," jawab Trian.

"Apa?" Ingin rasanya Lina tertawa. Trian sangat konyol membawa-bawa masa lalu mereka.

"Gila ya, kamu bahkan menikah jauh lebih lama dariku, dasar stres!" gumam Lina. Ia memiringkan telunjuknya di dahi.

"Tapi perasaanku masih sama seperti yang dulu," kilah Trian.

Lina semakin tercengang. Mungkin saja Trian ketularan gila seperti Dara. Kelakuan dan tutur katanya sangat di luar nalar.

"Jangan pura-pura amnesia deh! Dulu kamu loh yang minta putus secara sepihak. Main tinggal tanpa kejelasan. Kamu kira aku baik-baik saja gara-gara kelakuanmu? Susah payah aku melupakan sisa luka yang kamu tinggalkan sampai aku bisa menjalani hidup lebih baik seperti sekarang!" gerutu Lina.

"Aku kan hanya meminta putus, bukan menyuruhmu melupakan hubungan kita. Apalagi menikah dengan orang lain," kilah Trian.

Lina geleng-geleng kepala tak percaya. "Sudahlah! Kamu seperti orang tidak waras!" ucapnya seraya meneruskan langkah.

Lina terus berjalan lurus mencari jalan keluar. Ia sepertinya tidak tahan berlama-lama dengan orang aneh seperti Trian.

Lelaki itu masih membuntutinya di belakang, namun ia mencoba mengabaikan.

"Sudah sana! Cari jalan lain! Jangan mengikutiku terus!" pinta Lina. Ia merasa terganggu karena Trian tidak hentinya membuntuti dirinya.

Lina mencoba melihat sekeliling, tempat itu sudah sangat sepi. Tak ada orang selain mereka.

"Aduh, gawat! Sepertinya tempat ini akan segera tutup. Aku harus cepat menemukan jalan keluar!" gumam Lina.

Ia kembali berjalan sambil memperhatikan arah rute yang terpasang di pinggiran jalan. Sayangnya, ada satu papan arah yang terjatuh. Ia menggaruk-garuk kepala bingung menentukan jalan yang harus dipilih. Ada tiga percabangan dari tempatnya.

"Aaahhh!" teriak Lina kencang.

Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. Keadaan menjadi gelap gulita. Taman yang mereka datangi memang dibangun di dalam gedung. Biasanya setelah jam operasional berakhir, semua lampu akan dimatikan.

"Trian! Trian! Kamu dimana?" panggil Lina. Ia sama sekali tak melihat apapun.

Muncul sebuah cahaya. Trian menyalakan senter dari ponselnya. "Tadi katanya aku disuruh pergi," ledeknya.

1
Yulia Sima
Luar biasa
jnxdoe
Di luar kontes ceritanya tentang konflik etika (selingkuh & zina) yg ga dukung samsek soal yg 2 itu, tp karyanya ini alurnya cukup bagus. Keren 👍👍👍
Dewi Nurani
terlalu berlebihan
Maharani Rani
lanut
Gamar Abdul Aziz
lanjut
Gamar Abdul Aziz
trian dewa penolong
Gamar Abdul Aziz
lanjuuut thor
Gamar Abdul Aziz
pantas Rudi sering mencret
Gamar Abdul Aziz
Rudi gay
Gamar Abdul Aziz
Rudi ...rudi
Gamar Abdul Aziz
lanjut
Gamar Abdul Aziz
yang dintinggal muncul lagi
Teresia reres
ngakak sampe terpingkal pingkal 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Teresia reres
berkhayal njiir 🤣🤣🤣🔨
Teresia reres
ya Tuhan Lina Lina ,,AQ yg baca SDH malu ,,mau tenggelam aja di dasar laut sana 🤣🤣🤣🤣
Jingga Delia
ini kpn up nya si minn udh nungguin bgtt😭
rita huang
alur cerita tidak mudah di tebak, bikin penasaran
Yuni Ngsih
Thooooor cepat trsannya ....aduh nih tangggung bcnya ....lg semangat nih soalnya ceritranya 👍👍👍
Yuni Ngsih
dasar Trian buciiiiin.......
Wanda Ani
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!