NovelToon NovelToon
Pahlawan Tanpa Bakat

Pahlawan Tanpa Bakat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bayu Aji Saputra

Lahir di sebuah keluarga yang terkenal akan keahlian berpedangnya, Kaivorn tak memiliki bakat untuk bertarung sama sekali.

Suatu malam, saat sedang dalam pelarian dari sekelompok assassin yang mengincar nyawanya, Kaivorn terdesak hingga hampir mati.

Ketika dia akhirnya pasrah dan sudah menerima kematiannya, sebuah suara bersamaan dengan layar biru transparan tiba-tiba muncul di hadapannya.

[Ding..!! Sistem telah di bangkitkan!]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebangkitan Sang Penyihir

[The basic sword art of Vraquos (B) telah di aktifkan.]

Kaivorn berdiri tegak, memandangi puluhan sosok yang melangkah keluar dari bayang-bayang pepohonan dengan tatapan dingin.

Suasana berubah dengan cepat, angin malam terasa lebih tajam, dan api unggun yang tadinya memberikan kehangatan kini seakan ikut tertahan dalam ketegangan yang mendadak menggantung di udara.

Senjata musuh mereka memantulkan sinar bulan, tajam dan mengancam, namun Kaivorn tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut.

Seorang pria tinggi dengan mantel hitam panjang yang menutupi tubuh besarnya.

Dia memiliki wajah kasar yang dipenuhi bekas luka, namun senyumnya menyiratkan kepercayaan diri yang mengerikan.

Di tangannya, sebuah pedang besar digenggam kuat, sementara para pengikutnya berdiri tak jauh di belakang, siap melaksanakan perintah.

"Jadi ini yang disebut Vraquos?" pria itu mendesis, melihat rambut putih dan mata merah Kaivorn. "Kukira anggota keluarga cabang akan sedikit lebih sopan."

Kaivorn tetap tak bergeming, hanya menatap mereka dengan mata merahnya yang penuh ketenangan, seperti samudra yang dalam dan tak terduga.

"Keluarga cabang?" Kaivorn bergumam, nyaris tanpa emosi.

Pikirannya bekerja cepat, menghitung semua kemungkinan dalam sepersekian detik.

Mereka salah mengira dirinya.

Tak ada satupun dari orang-orang ini yang tahu siapa dia sebenarnya.

"Kalian membuat kesalahan besar," Kaivorn akhirnya berkata, langkahnya maju sedikit ke depan.

Di bawah cahaya bulan, wajahnya yang tenang berubah menjadi dingin. "Tapi tidak apa-apa. Aku akan memberimu waktu untuk menyesal."

Pria itu tertawa keras, penuh ejekan. "Kau bicara besar untuk seseorang yang sendirian."

Kaivorn berdiri di tempatnya, diam tak bergeming.

Puluhan orang di sekelilingnya, siap dengan senjata, menunggu aba-aba.

Pemimpin mereka, pria berwajah kasar dengan bekas luka, melangkah maju sambil mencemooh.

"Aku akan memberimu waktu untuk menyesal," kata Kaivorn, nadanya dingin dan tajam.

Namun, pria itu hanya tertawa kecil. "Kau bicara besar untuk seseorang yang akan mati."

Tanpa aba-aba lagi, tiga orang dari kelompok lawan melesat ke arah Kaivorn, pedang mereka berkilat di bawah cahaya bulan.

Langkah mereka cepat, tapi Kaivorn lebih cepat.

Pedangnya terangkat dalam sekejap, menyapu di udara dengan elegan namun mematikan.

Tubuh ketiga penyerang itu terhenti seketika, kepala mereka terlempar sebelum tubuh mereka menyentuh tanah.

Gerakannya hampir tak terlihat oleh lawan-lawannya.

Pedang Kaivorn meluncur dengan kecepatan luar biasa, setiap potongan pedangnya begitu efisien, tanpa satu gerakan yang sia-sia.

Namun, meski melihat rekan-rekan mereka jatuh dalam sekejap, yang lainnya tidak gentar.

Mereka pikir ini hanya keterampilan dari seorang anggota keluarga cabang, sesuatu yang bisa mereka atasi dengan jumlah yang cukup.

"Terus serang!" perintah pemimpin mereka.

Gelombang berikutnya datang, kali ini lebih banyak dan lebih terorganisir.

Lima orang menyerang dari berbagai sudut, berusaha mengepung Kaivorn.

Tapi dia tetap tenang.

Dengan satu gerakan cepat, dia melangkah mundur, menjauh dari jangkauan mereka.

Matanya menganalisis setiap serangan dengan dingin, menghitung langkah berikutnya.

Kaivorn mengaktifkan Blitz.

Tubuhnya melesat lima kali lebih cepat dari lawan-lawannya.

Dalam waktu kurang dari satu detik, dia sudah berada di belakang salah satu dari mereka, pedangnya terhunus ke arah leher.

Satu tebasan, dan tubuh musuh terhuyung jatuh ke tanah, tak bernyawa.

Yang lainnya tidak sempat bereaksi.

Serangan kilat Kaivorn membuat mereka terkejut, memberi Kaivorn waktu untuk menebas dua lagi sebelum mereka menyadari apa yang terjadi.

Namun, serangan Blitz juga menguras stamina Kaivorn.

Napasnya mulai berat, "Ini melelahkan." batin Kaivorn.

Meski sudah menghabisi delapan orang, namun masih banyak yang tersisa.

"Kau benar-benar memaksa kami untuk serius, Vraquos!" Pemimpin kelompok itu menyeringai, memberikan sinyal pada para bawahannya.

Mereka mulai mengatur formasi yang lebih disiplin, pedang-pedang mereka terarah dengan fokus yang baru.

Satu serangan tak terduga datang dari belakang Kaivorn.

Sebuah tombak dilempar dari jarak jauh, namun sebelum senjata itu bisa menembus punggungnya, Divine Guardian aktif.

Perisai suci muncul, menyerap sebagian besar kerusakan.

Kaivorn tidak berbalik, dia hanya mendengar bunyi dentingan tombak yang terpental dari perisai yang tak terlihat itu.

Namun, ini hanya awal.

Dua puluh orang lainnya bergerak bersamaan.

Kaivorn dipaksa mundur, meskipun dia masih mampu menangkis sebagian besar serangan dengan pedangnya yang lincah.

Setiap gerakan Kaivorn adalah manifestasi dari teknik-teknik dasar yang telah mencapai kesempurnaan.

Kaivorn menangkis, menghindar, dan membalas serangan dengan presisi.

Namun, jumlah musuhnya mulai mengalahkan kecepatan dan keterampilannya.

Meskipun beberapa kali perisai Divine Guardian muncul, mengurangi kerusakan yang diterima, jumlah serangan yang dia hadapi semakin banyak dan semakin sulit untuk dihindari.

Sebuah pedang musuh berhasil menembus pertahanan Kaivorn, menghantam bahunya dengan kekuatan brutal.

Darah memercik, namun Kaivorn tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan.

Matanya masih penuh fokus, dingin dan penuh keinginan bertarung.

Pemimpin musuh melangkah maju. "Kukira kau lebih dari ini, Vraquos."

Kaivorn tidak merespons, tapi langkahnya melambat.

Staminanya terkuras, dan darah dari luka di bahunya mulai membasahi pakaiannya.

Lawan-lawan Kaivorn bergerak lebih percaya diri, yakin bahwa mereka kini berada di atas angin.

Namun Kaivorn tahu bahwa meskipun mereka berpikir telah memahami kemampuannya, mereka masih jauh dari itu.

Dia mengaktifkan Blitz untuk kedua kalinya, meski ini memaksanya untuk mengorbankan lebih banyak energi.

Tubuhnya kembali melesat dengan kecepatan luar biasa, dan sebelum mereka bisa bereaksi, dua dari musuhnya sudah terjatuh, tubuh mereka terbelah menjadi dua.

Namun kali ini, mereka lebih siap.

Serangan Kaivorn yang cepat dan mematikan, terhalang oleh jumlah musuh membuatnya sulit untuk mempertahankan momentum.

Setelah serangan terakhirnya, satu dari mereka berhasil menyelinap dari belakang, memukulnya dengan keras di sisi kepala.

Kaivorn terhuyung ke depan, darah mengalir dari pelipisnya.

"Masih berpikir kau tak terkalahkan, Vraquos Muda?" Pemimpin musuh mendekat, kali ini dengan senyum penuh kemenangan.

Kaivorn mencoba menahan dirinya, tapi serangan dari segala arah mulai menguras daya tahannya.

Musuh-musuhnya tidak lagi bertindak sembarangan.

Mereka mulai mengurungnya dalam formasi yang ketat, memaksa Kaivorn untuk terus bertahan tanpa bisa menemukan celah untuk menyerang balik.

Setiap kali dia mencoba menyerang, pedang atau tombak lain menunggu di arahnya.

Divine Guardian muncul beberapa kali, namun perlindungan itu tak cukup untuk menahan serangan yang datang bertubi-tubi.

Pedang Kaivorn mulai kehilangan kekuatannya.

Tinjunya gemetar sedikit, napasnya semakin berat, dan darah yang mengalir dari bahu dan kepalanya mulai melemahkan tubuhnya.

"Setelah kulihat-lihat, sepertinya kau bukan dari keluarga cabang," kata pemimpin musuh, mendekat perlahan dengan pedang besarnya di tangan. "Kau adalah Kaivorn Vraquos si 'Talentless Vraquos', bukan?"

Kaivorn, meskipun tubuhnya sudah terluka parah, tetap menatap pria itu dengan mata yang dingin.

"Talentless Vraquos?" gumamnya, dia tersenyum tipis mendengarnya. "Sudah lama aku tak mendengar julukan sialan itu."

Namun, sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, serangan tiba dari segala penjuru.

Pedang dan tombak mereka menghantam tubuh Kaivorn, memukulnya ke tanah.

Dia terjatuh, napasnya tersengal.

Matanya masih terbuka, tapi tubuhnya sudah tak sanggup lagi berdiri.

Pemimpin mereka menendang pedang Kaivorn dari tangannya. "Itu tadi terlalu mudah. Kukira Vraquos akan lebih tangguh."

Kaivorn tergeletak di tanah, tak berdaya. Meski pikirannya masih tajam, tubuhnya sudah tak bisa bergerak.

Semua serangan yang dia terima akhirnya melumpuhkannya.

"Kaivorn Vraquos, putra ketiga dari Swordmaster terhebat, Kael Vraquos..." pria itu berjongkok di samping Kaivorn, menyeringai lebar. "Siapa yang menyangka, aku akan bisa membunuh anak dari keluarga utama Vraquos?"

Matanya menyipit, Kaivorn tetap diam, tidak ada perlawanan.

Dia tahu bahwa mereka akhirnya menyadari kesalahan mereka, tapi terlambat baginya untuk melakukan sesuatu.

Napasnya melemah, dunia di sekelilingnya mulai memudar.

"Matilah... Vraquos" Pria itu mengangkat pedangnya, bersiap memberikan serangan terakhir.

Kaivorn menatap pedang itu dengan mata yang masih dingin, tidak ada ketakutan dalam tatapannya.

Saat pedang besar musuh hendak menebas Kaivorn, tiba-tiba terdengar suara yang menghentikan waktu sejenak.

"Paralyze." Suara itu lembut, tapi mengandung kekuatan yang membuat udara di sekitar terasa lebih berat.

Suara itu datang dari Calista, namun ada sesuatu yang berbeda.

Nada dalam suaranya bukan suara gadis yang selama ini dikenal—ini penuh otoritas, penuh kekuatan yang tak terlihat.

Dalam sekejap, semua orang di sekitar—Pemimpin, pengikut, bahkan Kaivorn—mendadak terhenti, seolah mereka dijerat oleh kekuatan tak kasat mata.

Wajah-wajah yang tadinya penuh amarah, rasa percaya diri, dan ejekan, kini membeku dalam keheningan yang memekakkan.

Calista, yang masih duduk di tempatnya, perlahan menegakkan tubuhnya dengan anggun.

Tidak ada kegelisahan di matanya seperti biasa, hanya ada ketenangan yang menusuk.

Aura lembut yang biasa menyelimutinya menghilang, seolah tersedot oleh kekosongan yang lebih dalam dan lebih dingin.

Tatapannya berubah tajam, bukan tatapan seorang gadis muda yang rapuh, melainkan sorot mata seseorang yang telah melihat ribuan pertempuran.

Rambut coklat kusutnya mulai memutih, berpendar dengan cahaya dingin, seperti bulan yang menyinari malam yang paling kelam.

Setiap helai berubah dengan anggun, memantulkan cahaya bintang, menciptakan siluet memukau yang tak biasa.

Pria yang tadinya hendak menebas Kaivorn menegang, "Sihir...??" wajahnya beralih dari cemoohan menjadi kebingungan, kemudian ketakutan yang tak tertahankan.

Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi tidak bisa.

Tidak ada yang bisa bergerak.

Tatapan Calista—atau siapapun sosok yang muncul melalui dirinya—membuatnya membeku lebih dalam dari sihir yang melumpuhkan tubuhnya.

Kaivorn, yang terperangkap dalam keheningan, hanya bisa tersenyum tipis, matanya menatap Calista.

"Kau akhirnya menunjukkan dirimu," bisiknya pelan, meski tubuhnya penuh luka, ada kepuasan dalam pandangannya.

...—————————————————————————...

...[Profil telah di perbarui]...

...[Nama: Calista Maleekah Azzahra]...

...[Tittle: The great sorceress—The greatest witch queen—The destruction witch—The queen of beauty—and 1872 others...]...

...[Usia: 15—????]...

...[Tinggi Badan: 1,67 Meter]...

...[Berat Badan: 43 Kilogram]...

...•••••••••••••••••••••••••••••••...

...[Kemampuan]...

...[????]...

...••••••••••••••••••••••••••••••••••...

...[Statistik]...

...[Mana: ?????]...

...[Kekuatan: ?????]...

...[Konstitusi: ?????]...

...[Kecekatan: ?????]...

...[Kecerdasan: 35]...

...[Pesona: 42]...

...—————————————————————————...

1
azizan zizan
di awal rasa sombong bila di beri latihan nah malah tak mampu...cieehhh sampah..
Igris: wkwkwk
total 1 replies
azizan zizan
lah mau tulis pengsan aja ayatnya bertele tele..iesshhh......
𝐉𝐚𝐬𝐦𝐢𝐧𝐞<𝟑
LUCU BNGTTT😭😭
Thinker: lucuan km g si?
total 1 replies
Callian
menurut gua kwsimpulannya gini, Kaivirn pura pura bodoh dari kecil karena dya gapunya bakat buat bertarung, lalu dya mendapatkan sistem yang bikin dya mikir klo dya gaperlu pura pura bodoh lgi(gua mikir gini karena dya nanya ke sistem dlu). ini juga terlihat di bab awal sekitar chptr 1-2 Kaivorn teelihat kek anak kecil polos yang penakut, tapi berubah ketika situasi genting(ketika dya lawan pembunuh—dya jdi bisa nguasain situasi dengan baik). trus kecerdasannya juga udh di tunjukkin di chpter "profil", yang jauh melampaui maid ama kakaknya.
Ray
lah bisa gitu
Ray
yahhhh tumbang
CBJ
BISA BISANYA?!!
Ray
awalannya udah cukup bagus, gatau lanjutannya kek mana, semoga bagus dah
CBJ
mau nanya, rata rata orang dewasa disana dapet stats berapa?
Callian: menurut gua antara 10 kalo ga 15, liat aja si pembunuh yang harusnya cukup terlatih kalah sama bocah statistik sekitaran 15
total 1 replies
Thinker
iyadeh si paling manusia yang di pilih oleh dewa, keren sih tpi
@...?????...@: buset...keren coy keren
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!