KESEMPATAN KE2 TELAH TIBA!!
Roselyn, 26tahun. Dia hanyalah anak panti yang merangkak sukses selangkah demi selangkah, harus mati menyedihkan karena ulah suami dan sahabat baiknya..
Kekayaan dan kerja kerasnya selama ini direnggut, bahkan ia tak diberi kesempatan untuk memiliki keturunan..
Saat ia terbangun, ia kembali saat usianya 21 tahun, dimana semua bencana masih belum terjadi..
Kali ini ia bertekad! Bukan hanya memmbalas dendam kepada sahabat dan suaminya, Ia juga akan menyelamatkan orang - orang tercinta bahkan ia akan mencari kekuarga kandungnya!!
~ Kheh.. Mario, Jessica. AKU KEMBALI!! TUNGGU SAJA.. !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
“Gendhis, saya ingin melakukan Audit dadakan di setiap divisi,” ucap Rose tiba – tiba mengubah sikapnya menjadi formal. Hal ini membuat Gendhis langsung memperbaiki posisi duduknya dan suasana menjadi serius.
Gendhis tentu saja tertegun dengan ucapan Rose yang tiba – tiba tetapi dalam hatinya juga bersemangat karena Rose sepertinya sudah mulai waras!
“... Terutama tim orang – orang yang dibawa oleh Jessica,” lanjut Rose semakin menyentak pikiran Gendhis.
Gendhis menatap tak percaya kepada Rose, ia bangkit dan mendekat kepada Rose yang berdiri menyandar pada meja kerjanya. Tangannya terulur untuk mengukur suhu tubuh Rose dengan berjinjit karena perbedaan tinggi tubuh mereka.
“Ora panas, arek iki kesambet opo e,” gumam Gendhis sambil memasang pose tengah berpikir keras. Membuat sudut bibir Rose bergerak – gerak karena merasa jengkel dan geli dengan tingkah absurd dri Gendhis.
“Saya dalam keadaan super sehat dan 100% sadar,” sinis Rose sambil setengah bercanda. Gendhis terkekeh dan akhirnya tertawa terbahak – bahak.
“Ada apa dengan anda, nona Roselyn? Sudahkah anda menyadari sesuatu yang janggal mengenai 'Sahabat kental' anda itu?” tanya Gendhis setengah menyindir Rose.
Rose tersenyum getir tetapi tidak tersinggung dengan sindiran dari Gendhis. Adalah hal yang lumrah jika Gendhis menyindirnya.
Selama ini Gendhis sudah menasehatinya, entah secara langsung atau hanya melalui kata – kata tersirat, tetapi nyatanya hingga kematian Gendhis di masa lalu sampai dengan kematiannya juga, Rose sama sekali tidak mengindahkan peringatan dari sahabatnya ini.
“Maafkan aku selama ini, Gendhis. Aku begitu bodoh hingga tidak mengindahkan semua ucapanmu sedari dulu,” ucap Rose dengan senyum mirisnya. Membuat Gendhis menghentikan tawanya dan mulai menatap lekat ke arah Rose yang tertunduk dengan lesu sarat akan rasa sesal di hatinya.
Gendhis berhenti tertawa dan melangkah mendekat ke Rose lagi, ia menepuk pundak Rose dan tersenyum saat Gendhis melihat Rose yang mendongak. Matanya memerah, membuat Gendhis tidak tega untuk melanjutkan godaannya.
“Selow, Rose. Kita teman kan?” ucap Gendhis yang mulai menggunakan bahasa gaul dari negaranya yang Rose sudah paham artinya. Rose mengangguk bak ayam mematuk beras.
Tentu saja ia akan semakin menghargai persahabatannya dengan Gendhis di kehidupan ini. Ia tidak akan membiarkan Jessica kembali mencelakai Gendhis!
“Jadi, lo mau membersihkan para cecunguk yang di bawa sama si teratai putih itu?” tanya Gendhis dengan bersungguh – sungguh.
Keduanya sudah saling berhadapan dan masing – masing dari mereka sudah memegang beberapa berkas berisikan tentang informasi dasar dari para karyawan yang dibawa oleh Jessica.
“Ehm, sebaiknya audit ini di adakan dadakan, ada 4 orang yang ditempatkan di divisi paling krusial oleh Jessica, dan sepertinya mereka sudah memulai aksinya untuk mengambil keuntungan dari perusahaan sedari mereka masuk,” jawab Rose dengan mantap. Ia sudah menaruh berkas – berkas dan beralih dengan ketikan tangannya yang cepat pada keyboard laptopnya.
Rose mulai menggunakan kemampuannya untuk memeriksa bagian arus keuangan perusahaan, dengan sedikit usaha ia juga mendapatkan salinan rekening milik ke 4 orang tersebut dan bersiap untuk mencetaknya.
“Oh iya, Gendhis. Tolong bekukan kartu kredit yang kuberikan kepada Jessica,” ucap Rose.mengingat seberapa banyak uang yang telah dihabiskan oleh Rose membuatnya seketika merasa sakit kepala.
Haaahh, sabar, dia masih bisa membalas Jessica!
“Siap... Ini adalah hal yang sudah lama aku tunggu,” ucap Gendhis dengan penuh semangat. Dia mulai mengatur hal yang diperintahkan oleh Rose.
“Sepertinya kita harus segera menyelesaikan ini semua sebelum pelelangan bangunan di pinggir kota, Gendhis. Dan jangan sampai Jessica tahu,” ucap Rose mewanti – wanti Gendhis yang sibuk dengan ponselnya.
“Tapi, apakah mungkin bagi Jessica untuk tidak mengetahui setiap pergerakan di kantor? Bukankah mereka berempat adalah orang sekaligus mata – mata yang ditanam oleh Jessica?” tanya Gendhis dengan rasa ingin tahu.
“Tenang saja,” suara misterius Rose kembali terdengar di telinga Gendhis, membuat Gendhis yang sudah menyelesaikan pesanan Rose mau tidak mau menatap ke arah Rose dengan penuh tanda tanya di wajahnya.
“Ha ha ha, kamu tenang saja, Gendhis, aku jamin jika Jessica akan sibuk untuk beberapa saat ini,” jawab Rose dengan wajah misteriusnya. Membuat Gendhis hanya bisa melongo karena dua hari terakhir ini Rose memang sedikit bertingkah aneh menurutnya.
“ Yaahh, apapun katamu saja lah, aku hanya bisa menurut bukan?” ucap Gendhis yang tidak mau ambil pusing dengan teka – teki Rose, mengangkat bahunya pasrah.
“Bye the way, Rossie. Kamu membeli mobil? Dan itu Big G-Class?” pekik Gendhis yang langsung menggenggam tangan Rose dan mengguncangkannya ke kiri dan kanan.
“Hmmm,, aku membelinya tadi karena kau pikir aku akan membutuhkan untuk rencana – rencanaku nantinya,” jawab Rose tanpa daya ketika melihat tatapan antusias dari Gendhis.
Bukan karena apa, Gendhis baru melihat Rose mau membelanjakan uangnya, selama ini hanya Jessica yang terus – terusan merongrong keuangan Rose dan Rose selalu menurutinya.
“Tunggu sebentar, bukan atas nama Jessica kan surat – surat mobil itu?” tanya Gendhis dengan curiga sambil menatap penuh selidik ke arah Rose.
Rose tertawa terbahak ketika mendapat tatapan penuh intimidasi dari Gendhis, ia sangat paham dengan pertanyaan yang diajukan oleh Gendhis ini.
“Tidak, ini jelas atas namaku. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kebodohanku di masa lalu lagi, Gendhis,” ucap Rose dengan senyum manisnya, membuat Gendhis mendengus tidak suka.
“Salahkan diriku yang terlalu perhatian kepadamu, wahai anak muda. Betapa mudahnya anda di bodohi oleh si teratai putih itu. Ck ck ck, syukurlah jika sekarang kamu sudah sadar,” ejek Gendhis. Rose semakin terkikik mendengar keluh kesah Gendhis.
Rose menatap penuh arti ke arah Gendhis yang masih sibuk dengan ocehannya tentang kelakuannya yang bodoh di masa lalu. Hatinya menghangat karena merasakan adanya orang yang begitu peduli dengan kehidupannya.
“Tenang saja, Gendhis. Di kehidupanku kali ini, aku tidak akan membiarkan orang lain untuk menyakiti bahkan seujung rambutku. Aku juga akan membalas semua perlakuan mereka,” gumam Rose sambil menatap tajam ke arah jendela ruang kantornya.
****************
Sementara itu, di belahan tempat lain.
TIT TIT TIT.
Hanya terdengar suara mesin EKG yang menunjukkan adanya kehidupan pada sosok yang terbaring di ranjang khusus di ruangan tersebut.
Ini adalah sebuah ruangan khusus yang berisi peralatan kesehatan super lengkap dengan hanya ada sebuah ranjang mewah dan terbaring sosok cantik meskipun terlihat pucat di sana.
Disampingnya berdiri dua pria berbeda generasi, satu adalah pria paruh baya yang tampan dan matang sementara satunya lagi berusia sekitar 25 tahunan yang juga tidak kalah tampan sedang menatap tanpa daya kepada sosok wanita paruh baya cantik yang kini terbaring lemah.
“Mom, kapan mommy akan membuka mata? Sudah hampir 20 tahun, mama tidak ingin melihat Razel?” gumam pria muda tersebut.
“Sayang, kenapa kamu tetap tidak mau bangun. Bahkan para penjahat itu sudah tidak ada tetapi kamu masih tidak bangun juga”
🧊🧊🧊
.
.
.
.
.
.
Eng Ing Eng...
Siapa tiga sosok ini... 🙀🙀🙀
terima kadh thor untuk karyanya,,semoga ke depannya thor bisa menghasilkan karya yang banyak😇😇semangat selalu thor🙏🙏