Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Mulai melandai.
Papa Hanggar menemui Om Juan di kantornya. Selama berada disana, Papa Hanggar sudah berusaha menahan diri pada kenyataan bahwa ternyata sahabatnya itu adalah mantan suami dari menantunya.
"Mau berapa kali lagi kamu berputar dalam lingkar keluargaku. Aku tau kamu tidak berbuat apapun pada Rama karena kamu tau dia putra dari wanita yang kamu cintai."
"Jangan jadi pengecut kamu, Gar. Bukankah kamu juga cinta dengan Fanya."
"Aku mencintainya karena Fanya adalah ibu dari anakku, Fanya ibunya Rama.. tidak lebih..!!" Kata Papa Hanggar.
Om Juan tidak ingin memperpanjang masalah atas teguran sahabatnya. Beliau memaklumi hal ini sebab pada kenyataanya kejadian ini pasti akan mengagetkan semua pihak jika tersebar keluar.
Keributan yang akan terjadi pastinya karena ada pandangan miring di masyarakat bahwa pria yang sudah di katakan sangat matang malah menikahi gadis belasan tahun, dimana usia Dilan dan Rama sudah terbilang lumayan timpang walau masih wajar apalagi di bandingkan dengannya.
"Tolong, kali ini aku mohon jangan masuk jauh dalam rumah tangga Rama." Ucap Papa Hanggar.
Om Juan menghisap batang rokoknya kemudian menghembuskannya. "Hidup ini seru sekali ya, Mas Gar. Dulu aku tidak bisa mendapatkan cinta ibunya Rama. Mana aku tau aku bisa terjebak masalah dengan putra wanita yang kucintai." Jawab Om Juan sendu. Jelas sekali beliau membendung air mata sekuatnya.
"Kenapa sejak dulu kamu tidak menikah saja. Bukankah hal seperti ini tidak akan terjadi kalau kamu menikah." Tanya Papa Hanggar.
"Yang ada di hatiku hanya Fanya."
Hati Papa Hanggar berdegup kencang namun beliau tidak bisa berbuat apapun karena memang kisah mereka begitu rumit untuk di uraikan.
"Jadi untuk apa kamu menikahi Dilan?"
"Jujur alasanku memang ingin mempunyai anak. Di masa seperti ini, aku juga ingin merasakan memiliki buah hatiku sendiri, dari hasil 'kerja keras'ku. Mala membohongiku dan kemudian aku bertemu dengan Dilan. Aku membayarnya untuk hamil anak ku. Siapa sangka Mala mengambil seluruh uangnya, menyiksanya atas namaku. Demi menyelamatkan Dilan, aku berpisah dengannya. Aku membawa Dilan jauh keluar kota, tapi yang terjadi.. Mala tau persembunyian itu. Dia berniat membunuh Dilan dan aku yang terjebak hingga Dilan hamil baby Letnan."
"Oke.. lalu bagaimana Dilan bisa bertemu Panggih??????"
Om Juan membuang nafas berat. "Sebenarnya aku tidak terlalu paham bagaimana mereka bertemu. Yang jelas mereka bertemu saat Dilan 'bekerja' dan Panggih sedang dalam tugasnya, di wilayah kerja yang lama."
...
"Dek.. adeeekkk..!!!!!" Bang Rama terus memanggil Dilan karena tidak bisa menggendong baby Letnan menggunakan kain jarik setelah menggendongnya mode kanguru.
"Dilan baru saja bisa tidur, biarkan istrimu istirahat. Sini Mama bantu..!!" Kata Mama Arlian.
Bang Rama tidak menjawabnya tapi juga tidak menolak saat Mama Arlian membantunya menggendong baby Letnan menggunakan kain jarik.
"Pegang yang benar Rama..!! Bukan seperti orang pakai kalung, sisipkan tanganmu di sebelah kiri..!!" Ujar Mama Arlian.
"Susah sekali sih." Gerutu Bang Rama.
Bang Rama segera mengubah posisi tangannya.
"Itu seperti patah lengan, Rama."
"Aahh.. sudahlah, tidak usah pakai kain." Bang Rama hendak melepas kainnya tapi Mama Arlian dengan sabar membantu menggendong Baby Letnan.
"Sudah, hati-hati gendongnya. Sebentar saja..!! Baby Letnan harus terus hangat." Kata Mama Arlian yang sebenarnya tidak mengijinkan Bang Rama menggendongnya tapi putranya itu memang keras kepala.
Mama Arlian hanya bisa mengelus dada karena bagaimana pun itu, bayinya tidak terlahir dengan berat badan terlalu rendah.
Tak lama Papa Hanggar kembali ke rumah dan melihat putranya itu sedang bertelanjang dada menimang 'cucu' pertama mereka.
"Apa sudah di beri nama?" Tanya Papa Hanggar.
"Belum." Bisik Mama Arlian.
Papa Hanggar segera menghampiri putranya. "Kamu tidak mau buat acara syukuran kecil-kecilan buat anakmu?"
Bang Rama sekedar meliriknya saja tanpa ingin menanggapi.
"Kamu itu Papanya. Masa anakmu tidak di beri nama?" Kata Papa Hanggar.
Bang Rama mengecup kening baby Letnan. Terlihat jelas pria itu begitu menyayangi 'putranya'.
"Namanya Gama Rudha Pancanaka." Jawab Bang Rama singkat.
Papa Hanggar tersenyum kemudian meminta Mama Arlian mengembalikan Baby Letnan pada box bayinya.
Mau tidak mau Bang Rama tetap menyerahkan bayinya pada Mama Arlian karena menyadari keadaan baby Letnan.
"Aku sudah mengatur jadwal syukuran kecil-kecilan tapi tunggu Dilan lebih sehat. Ngenes sekali aku lihatnya, jalan susah, duduk susah, tidur pun masih susah." Jawab Bang Rama kemudian mengusap wajahnya sembari bergidik ngeri.
Papa Hanggar pun tertawa melihat ekspresi wajah putranya. Wajah seakan trauma namun beliau seorang pria yang sudah makan asam garam kehidupan pasti sudah paham dengan naluri pria.
"Papa pesan betul sama kamu ya, Ram. Tahan diri sebisa mungkin, atur jarak kelahiran. Papa saja bisa memberi jarak antara Bang Panggih, kamu dan Riffat. Kasihan sama istri, jangan egois." Kata Papa Hanggar mengingatkan.
"Cckk.. jangan suka meragukanku. Meskipun aku lajang tapi aku juga tidak sebod*h itu. Aku sudah banyak mempelajari tutorial." Jawab Bang Rama sesumbar.
plaaakk..
Papa Hanggar menepak belakang kepala Bang Rama dengan gemas.
"Tutorial apa???? Di amplas dulu kepalamu, ngeres...!! Kamu dengar ya, Ram.. Untuk yang lain Papa masih bisa percaya, tapi yang satu ini Papa nggak percaya. Masalah selentingan kamu dengan penyanyi dangdut itu juga ramai, kan??"
"Alaaahhh.. bukannyaa kau juga ada main sama Cahyati????" Oceh Bang Rama masih menyapa Papa Hanggar jauh dari kata hormat.
Secepat kilat Papa Hanggar melepas sendal dan menepak lengan putranya.
"Pelankan suaramu..!! Mama bisa salah paham..!!" Omel Papa Hanggar.
"Kau juga jangan sembarangan. Bagaimana kalau Dilan dengar?????"
Tanpa mereka sadari Mama Arlian dan Dilan sudah berdiri di depan pintu dan mendengar semua.
"Siapa Cahyati??" Tanya Mama Arlian dan Dilan bersamaan.
"Astaga Tuhan.. selesai sudah." Gumam Papa Hanggar.
"Gusti Allah..!!!! Game over..!!!!" Bang Rama mengusap wajahnya yang gusar.
.
.
.
.