kisah gadis cantik dan sholehah bernama Anindya Zahrani yang harus rela menikah dengan pria begajulan yang suka mabuk dan main perempuan bernama Arkala Mahesa.
Dya terpaksa menerima perjodohan yang dilakukan oleh almarhum Ayahnya dan juga sahabatnya Pak Anggara Mahes yang merupakan seorang konglomerat,demi melaksanakan amanah terakhir dari sang Ayah.
Kala yang tidak pernah setuju menikah dengan Dya kerap memperlakukan Dya dengan Kasar.Bahkan tidak segan segan Kala membawa wanita yang disebut kekasihnya masuk kedalam rumah bahkan kedalam kamarnya.
Akankah Dya terus bertahan??atau menyerah??
Lalu bagaimana reaski Kala saat Dya akhirnya memilih menyerah dengan pernikahannya.
Akankah Kala melepaskan Dya ataukah mempertahankan dan berubah menjadi lebih baik lagi??
Bantu Follow yuukkk
IG : triyani_trian87
tiktok : Triyani_87
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.8
Selama perjalan pulang, baik Dya maupun Kala tidak ada yang bersuara sedikit pun. Bahkan, sampai mobil yang dibawa oleh Kala memasuki basement apartemen pun tidak ada satu kata pun keluar dari mulut Kala ataupun Dya.
Setelah memarkir mobilnya dengan baik dan benar. Kala pergi begitu saja meninggalkan Dya dengan setumpuk belanjaan yang masih tersimpan didalam mobilnya.
Melihat sikap sang suami yang masih begitu dingin dan cuek itu. Dya hanya bisa menghela nafas panjang dan mengikuti langkah Kala untuk keluar dari dalam mobil lalu membawa tiga kantong plastik terlebih dahulu dan meninggalkan yang dua didalam mobil untuk diambil nanti setelah mengantarkan yang ada ditangan nya terlebih dahulu.
Akan tetapi, tanpa diduga duga ada satu tangan yang bergerak cepat membantunya membawakan kantong belajaan sisanya.
"Kak Handi?" seru Dya yang menyadari jika Handi tidak benar benar kembali kekantor melainkan mengikuti mobil kala dan kini membantunya membawakan semua belanjaan itu lagi.
"Ayo aku antar sampai lift saja karena aku tidak bisa mengantar hingga unit. Masih banyak pekerjaan dikantor," jawab nya sembari mengeluarkan dua kantong plastik lagi dari dalam mobil lalu menutup pintu mobil itu.
"Maaf sudah merepotkan,"
"Tidak masalah. Mohon bersabarlah dengan Kala, dia sebenarnya orang yang baik. Hanya saja pergaulan dan lingkungan sudah merubahnya menjadi seperti sekarang," ucap Handi saat keduanya berjalan menuju lift yang akan membawa Dya ke unit apartemen milik Kala.
"Insha Allah Kak, doakan saja, ya. Semoga Dya kuat,"
"Pasti, ya sudah Kakak balik kantor ya. Jika butuh bantuan lagi jangan sungkan untuk hubungi Kakak,"
"Siap Kak, terima kasih,"
"Sama sama."
Dya pun segera masuk kedalam lift yang akan membawanya ke unit yang kini dia tempati saat ini setelah pintu lift itu terbuka.
Setelah tiba di lantai yang dia tuju dan pintu lift nya terbuka. Dya pun mulai mengeluarkan satu persatu kantong platik yang tadi dia bawa.
Dya tersentak kaget saat masuk kedalam unitnya. Dya dikejutkan dengan Kala yang sudah berdiri didepan pintu dengan menyilangkan kedua tangan nya didada.
Tidak lupa juga dengan tatapan tajam yang Kala layangkan pada sosok wanita cantik dengan balutan baju muslim panjang lengkap dengan hijabnya.
"Loe itu punya kaki lambat banget sih buat jalan? Harus banget ya habisin waktu sampe 10 menit buat nyampe kesini dari parkiran?" tanya Kala, saat menghadang Dya di pintu.
"Ma_maaf Kak, tadi keluarin belanjaan dulu. Karena belanjaan nya banyak jadi nggak bisa dibawa sekaligus semuanya. Harus di cicil," jawab Dya, sembari memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan tajam Kala dengan berpura pura melepaskan sepatunya dan merapihkan kedalam rak sepatu yang ada didekat pintu masuk unitnya.
Tidak lupa juga, Dya memasukan sepatu dan sandal Kala yang tergeletak begitu saja disana. Hingga cukup berantakan dan menghalangi jalanan.
"Terus harus banget ya pergi sama pria lain tanpa izin suami? Bukan nya itu dosa? Harusnya kamu lebih ngertikan dan nggak harus aku ingetin?"
Dya menghentikan langkahnya dan menarik nafas panjang sebelum berbalik dan menjawab pertanyaan suami nya itu yang cukup membuatnya jengkel.
"Iya, Dya tahu jika itu dosa dan Dya juga tahu kalau itu harusnya tidak boleh karena dilarang oleh agama kita. Tapi mau gimana lagi, Dya disini tidak punya siapa siapa yang bisa Dya mintain tolong dan untuk izin dari Kak Kala sendiri. Dya juga mohon maaf, Dya bukan nya tidak mau izin hanya saja Dya tidak memiliki kontak Kak Kala, jelas?" jawab Dya yang kini mulai berbicara dengan nada yang cukup tegas.
Setelah mengatakan hal itu, Dya pun akhirnya benar benar pergi menuju ke arah dapur untuk menyimpan belanjaan yang dia bawa. Meninggalkan Kala yang masih membeku ditempatnya.
Merutuki kebodohan nya karena belum bertukar nomor ponsel dengan sang istri. Kala bahkan melupakan jika ini hari pertama keduanya bertemu lagi setelah satu minggu lamanya tidak bertatap muka.
Merasa gengsi untuk meminta maaf Kala pun langsung melesat pergi ke arah kamar dan mengurung diri disana. Bahkan, sampai waktu makan malam tiba tidak sedikit pun Kala menampakan batang hidungnya didepan Dya.
*
*
..."Ya Allah berikan lah hamba kelapangan dada dalam menerima semua ujian dari mu ini. Termasuk dengan sikap suami hamba ya Allah. Ampuni segala kekhilafan nya dan bukakan lah mata hatinya agar terlepas dari dunia nya yang kelam. Jika ini jalan takdir yang engkau pilihkan untukku, maka berikan rasa sabar yang sebanyak banyaknya. Semoga setiap doa hamba akan engkau kabulkan ya Allah. Aamiin."...
Sepenggal doa yang Dya panjatkan untuk pertama kalinya. Mendoakan seseorang yang baru dia kenali, tapi takdir menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan.
Sebuah pernikahan yang lebih pantas disebut dengan kesepakatan bukan pernikahan. Karena keduanya memiliki batas batas tersendiri.
Bahkan, untuk tempat peraduan mereka saja terpisah. Jadi, bagaimana mungkin itu bisa disebut sebuah pernikahan jika kamar mereka pun terpisah.
*
*
🌸🌸🌸