Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 15
Di dalam sebuah kamar yang mewah tampak seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi, pria itu baru saja selesai dari ritual mandinya, dan kini dia tampak lebih fresh dari sebelumnya. Ya, pria itu tak lain adalah Rafael Lindsey, suami dari Stella.
Pria itu telah mengenakan baju kimononya yang itu artinya sudah waktunya untuk dirinya istirahat, kedua matanya menyapu pandang ke seluruh ruangan tapi sosok yang dia cari pun belum dia temukan.
Tak berselang lama setelah Rafael mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang. Pintu kamar terbuka, muncul lah seorang wanita cantik masuk ke dalam kamar dengan segala macam pikiran yang berkecamuk di benaknya. Wanita itu tak lain adalah Stella yang sangat mencintai suaminya, sampai membuatnya buta tidak mengetahui bahwa sang suami telah berkhianat dan menduakan dirinya.
"Sudah mandi, Mas?" Stella bertanya sambil menutup pintu kamar yang kebetulan saat dia membuka pintu, indra penciumannya mencium bau maskulin yang menguar dari dalam kamar, dan mendapati sang suami yang tengah duduk di tepi ranjang memakai baju kimononya.
Tampak wajah Stella yang terlihat murung mengundang perhatian bagi Rafael yang tengah memperhatikan Stella.
"Sudah! Kenapa sayang? Kok terlihat cemas, bahkan sedari tadi mas perhatikan kamu kelihatan beda tidak seperti biasanya."
"Aku biasa aja kok, Mas. Gak ada yang berubah!" Jawab Stella ketus dengan tatapan datar ke arah Rafael.
"Aku tetaplah Stella, istri kamu. Istri yang selalu mencintai dan menyayangi kamu lebih dari apapun." Sambungnya melangkahkan kakinya berjalan mendekat ke arah Rafael.
"Iya, Sayang. Mas tahu itu, Mas juga sangat mencintai dan menyayangi kamu melebihi diri Mas sendiri. Apa kamu masih meragukan Mas ... setelah apa yang telah kita lewati bersama, segala macam bentuk perhatian dan kasih sayang yang telah mas curahkan semuanya sama kamu, bahkan sebuah pernikahan impian, dan keluarga kecil kita yang sempurna. Apa semuanya itu belum cukup untuk membuktikan kesetiaan Mas pada kamu selama ini, hem?"
"Sebenarnya ada apa dengan kamu? Hal apa yang telah mempengaruhi pikiran kamu sampai seperti ini." Sambung Rafael merasa heran dengan perubahan istrinya.
"Tidak ada apa-apa, Mas. Tapi, ada hal yang mau aku tanyakan sama kamu." Stella mendaratkan tubuhnya duduk di samping suaminya, berusaha tenang akan tetapi sorot matanya tidak dapat berbohong jika tatapan nya berbeda tidak seperti biasanya.
"Iya, Sayang. Katakanlah, akan Mas jawab." Balas Rafael, dahinya mengerut melihat sikap dan cara istrinya yang menatap nya nampak beda, tidak ada seulas senyum yang terbit dari bibirnya, hanya suasana mencekam yang ada di dalam ruangan tersebut. Seolah dirinya telah melakukan kesalahan fatal yang tidak bisa termaafkan oleh siapa pun.
"Ini apa, Mas? Bisa jelaskan!" Tanya Stella dengan tatapan mengintimidasi menatap suaminya sembari menyodorkan beberapa lembar kertas yang dimana itu nota pembayaran top up diamond.
"Oh, itu. I-itu ... bukan apa-apa, Sayang. Teman-teman di kantor lagi main game, dan mereka minta aku top up untuk mereka." Jawab Rafael berusaha tersenyum menetralkan detak jantung yang kini berdetak kencang.
"Tapi kenapa namanya tidak tercantum di sini?" Stella melayangkan kembali pertanyaan yang berhasil membuat Rafael tercengang.
Namun, bukan Rafael jika tidak memiliki ribuan alasan untuk menutupi kebohongan yang di ciptakan sendiri.
Dan benar saja, 5 detik kemudian muncul ide brillian di otak Rafael untuk menjawab pertanyaan Stella.
"Ah! Mungkin mereka menggunakan akunku untuk memudahkan men-top up diamond. Dan asal kamu tahu, kadang mereka malas bikin akun baru." Rafael berkilah secepat mungkin berusaha menutupi segala kebohongan yang telah dia tutupi selama ini.
Stella menelisik wajah Rafael yang ada di hadapannya, coba mencari kebenaran di dalam kedua bola mata itu.
Stella menyipitkan matanya. "Hmm, kalau begitu kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas?"
"Maafkan Mas, Sayang. Karena Mas pikir itu hal kecil yang tidak perlu kamu tahu. Aku tidak ingin kamu khawatir tentang hal sepele itu." Balas Rafael tersenyum manis menatap istrinya.
Mendengar penjelasan suaminya, tiba-tiba hati Stella sedikit melunak tidak seperti tadi yang terlihat tegang. Meskipun ada keraguan yang masih menyelimuti dirinya.
Stella menghela nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. "Ya, mungkin aku yang terlalu berlebihan dalam menyikapi hal ini."
Rafael meraih jemari lentik Stella, menatap intens wajah istrinya. "Sayang, kamu tahu aku hanya mencintaimu. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisimu di hati, Mas."
"Jadi ... tidak ada lagi yang perlu kamu khawatirkan, ok!" Sambung Rafael coba meyakinkan istrinya yang masih terlihat ragu.
Melihat tatapan lembut suaminya, sontak hatinya kembali bergetar kemudian dia tersenyum simpul meski sebenarnya ada sedikit keraguan di hati kecilnya.
"Iya, Mas. Kamu benar, maaf sudah curiga yang tidak-tidak padamu." Stella mengangguk merasa bersalah akan sikapnya yang barusan terlihat ketus.
"Nggak apa-apa, sayang. Yang penting kamu sudah percaya, itu sudah jauh lebih dari cukup untuk Mas." Rafael menatap lembut dengan tangan kekarnya membelai wajah istrinya.
"Mas minta untuk kedepan nya ... kita harus saling percaya ya, Sayang." Pinta Rafael sembari menarik tubuh Stella ke dalam pelukannya.
"Iya, Sayang. Aku janji, akan selalu mempercayai kamu, Mas." Stella memeluk erat tubuh kekar suaminya yang begitu menghangatkan tubuh mungilnya.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara bunyi dering telpon dari nakas yang berada di samping ranjang mewah mereka.
Tring ... tring ... tring ...
Rafael mengurai pelukannya. "Sayang, bukannya itu suara dering telpon kamu ya ...."
"Iya, Sayang. Sebentar ya aku angkat dulu." ucap Stella melangkahkan kaki jenjangnya ke arah nakas yang tak jauh dari tempatnya.
'Mama..! Ada apa ya malam-malam begini telpon '
Tampak jemari lentik Stella menari-nari di atas layar pintarnya, sebelum kemudian jari lentiknya menekan tombol hijau, sambungan telpon pun tersambung.
"Hallo, Ma ...."
"Stella ... Kamu gak apa-apa kan sayang?"
DEG!
Stella terdiam setelah mendengar pertanyaan dari Mamanya, seolah sang Mama merasakan apa yang sedang Stella rasakan saat ini. Beberapa detik kemudian, Stella tersadar dan menjawab pertanyaan Mama nya.
"Gak apa-apa, maksudnya apa ma?"
"Stella ... kok diam aja, ada apa sih nak?
"Stella, Rafella, dan Mas Rafael kami baik-baik aja kok, sehat-sehat semuanya. Mama sendiri baik-baik aja kan?"
"Mama gak kenapa-kenapa, tapi yg terpenting itu kamu. Mama cuma Mastiin kamu, Sayang. Stella ... kalau memang ada yang ingin kamu ceritakan, kamu bisa ngomong sama mama nak."
"Iya, Ma. Iya, pasti itu."
"Ya sudah kalau gitu kamu tidur ya, maaf mama sudah ganggu kamu."
Sambungan telpon pun terputus.
"Ya udah, Sayang. Ayo kita tidur udah malam, I love you."
"I love you too, Sayang."
Seperti biasa Rafael memeluk tubuh Stella kemudian keduanya terlelap ke dalam mimpi mereka masing-masing. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi pesan chat masuk dari gawai Rafael, pria itu yang memang belum terlalu lelap sontak dia mengambil gawainya yang dia simpan di atas nakas.
Ting ...
'Angel ... kenapa malam-malam dia chat aku.'
Angel : Sayang, istri kamu sudah tidur?
Rafael : Sudah! Memangnya kenapa?
Angel : Aku rindu kamu, Sayang. Bisa kita telpon bentar.
Rafael : Maaf Angel, aku tidak bisa! Ini sudah larut, lebih baik kamu istirahat. Besok aku akan menemui kamu seperti biasanya.
Angel : Ok! See you tomorrow, Sayang 😘
Setelah berbalas chat, Rafael meletakkan kembali gawainya di atas ranjang tepat di samping tubuh kekarnya. Tanpa Rafael sadari, saat dia berbalas chat dengan Angel ternyata ada sepasang mata yang tengah memperhatikan dirinya, yang tak lain adalah Stella yang memang dia tidak bisa tidur nyenyak karena ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya.
Stella yang dilanda rasa penasaran, sontak dia bangun dari tidurnya kemudian mengambil gawai Rafael yang tak jauh di samping tubuh kekar suaminya. Stella terus mengotak-atik gawai suaminya, jemari lentiknya terus menari-nari di atas layar pintar Rafael, seolah mencari sesuatu untuk membuktikan kebenaran atas kecurigaannya saat ini.
'Maaf ya mas ... karena aku udah melanggar privasi kamu, tapi aku gak bisa diam aja karena aku harus tahu, apa diam-diam kamu sudah menghianati aku.'
Stella membuka aplikasi hijau, jemari lentiknya terus menari-nari di atas layar dengan sorot mata yang bergerak kesana-kemari memperhatikan beberapa pesan chat yang berada di paling atas.
'Ternyata orang kantor, aku pikir siapa. Maaf ya mas aku sudah curiga sama kamu.'
Setelah puas dengan aksinya, Stella meletakkan kembali gawai suaminya di tempat yang sama, dan tanpa Stella sadari Rafael pun belum sepenuhnya tidur, dia terus memperhatikan istrinya yang telah mengotak-atik gawainya.
'Untung aja aku punya kebiasaan clear chat setelah chat sama angel, jadi Stella gak akan nemuin hal-hal yang mencurigakan dari gawai aku, tapi gak biasanya Stella mengecek gawaiku seperti sekarang, apa dia udah mulai curiga sama aku ya, apa ini ada hubungannya dengan nota itu...'
*
Pagi pun tiba, seorang wanita tengah sibuk menyiapkan bekal untuk putrinya. Tak lama kemudian datanglah seorang pria yang sudah berpakaian rapi mengenakan pakaian kantornya, berjalan mendekat ke ruang makan dimana sudah ada sang buah hati yang sedang duduk disana.
"Morning, Sayang ...."
"Iya, Mas. Ayo makan, aku sudah siapkan semuanya."
"Terima kasih, Sayang."
"Dad, jangan lupa antar aku ke sekolah ya." Stella mengingatkan kembali tugas Daddy nya yang memang seperti biasa Rafael selalu mengantar putrinya berangkat ke sekolah.
"Iya, Sayang. Ayo habiskan dulu makanannya, setelah itu Dad antar kamu ke sekolah."
"Ok, Dad ... thank you."
Setelah selesai sarapan, Stella mengantar suami dan putrinya menuju pintu utama.
"Sayang, aku berangkat kerja dulu ya. Kamu hati-hati dirumah." Rafael mencium lembut kening Stella kemudian dia masuk ke dalam mobil.
Stella melangkah kembali masuk ke dalam mansion. Kaki jenjangnya membawa langkahnya menuju ke kamar.
*
Waktu terus bergulir, hingga tak terasa makan malam pun sudah tiba. Tapi, sedari tadi sosok yang dia tunggu tidak kunjung datang. Stella yang tengah menunggu lama kehadiran Rafael, dengan berat hati memutuskan untuk memulai makan malam bersama dengan putrinya.
Beberapa menit kemudian, makan malam pun telah selesai. Stella segera mengantar putrinya ke kamar untuk membantu Rafella mengerjakan tugas sekolahnya, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 yang itu artinya sudah waktunya untuk Rafella tidur.
Setelah menidurkan putrinya, Stella keluar dari kamar Rafella. Kakinya membawa langkahnya masuk ke dalam kamar mewahnya dengan segala macam pikiran yang menjalar di benaknya. Stella berharap ketika dia masuk ke dalam kamar dia akan mendapati sang suami yang sudah terbaring di atas ranjang. Tapi, apa yang dia harapkan itu tidak sesuai dengan fakta yang ada. Hingga kini sang suami pun belum tiba, menimbulkan rasa curiga yang mendalam di hati dan pikirannya.
'Kenapa Mas Rafael masih belum pulang ya, kemana Mas rafael sebenarnya? Kenapa kecurigaanku ini makin hari semakin besar pada Mas Rafael ... sepertinya aku harus menyelidiki semua ini!'
.
.
.
🍁Bersambung🍁