NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 24

Hari dimana yang ditunggu oleh Rafael telah tiba, yah pengumuman pemenang tender. Daren dan Alvaro sudah tidak yakin dengan hasil yang akan mereka dapatkan, terlebih mereka juga harus mengurus beberapa kekacauan yang terjadi di cabang perusahaan milik Rafael yang letaknya tidak berada di Bern.

Kesibukan yang dilakukan Adeline pun berhasil mengalihkan pikirannya dari Rafael. Keduanya benar-benar tidak pernah lagi saling tegur sapa. Jika dulu ada kakek James yang bisa dijadikan alasan untuk membuka topik, kini sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Adeline untuk banyak bicara dengan Rafael.

Jika dirumah sakit Adeline bisa melupakan rasa sakitnya dengan bercengkrama bersama para pasien, berbeda dengan Rafael yang tengah duduk menunggu hasil yang sebentar lagi akan diumumkan.

Saat hasil telah keluar, apa yang dirasakan oleh Daren dan Alvaro terjadi, kali ini perusahaan Rafael tidak bisa memenangkan tender tersebut, dengan alasan bahwa negoisasi yang dilakukan tidak sejalan dengan evaluasi yang telah dilakukan.

Tidak ingin menunggu lebih lama lagi ditempat itu, Rafael, Daren dan Alvaro memutuskan untuk pergi, karena sudah tidak ada lagi alasan mereka untuk berlama-lama disana.

Sejak negoisasi berakhir, Daren dan Alvaro sudah mengira jika tender kali ini tidak akan mungkin bisa mereka menangkan. Daren kesal, karena ia merasa hasil kerja kerasnya tidak membuahkan hasil sama sekali, namun Alvaro terus memberikan pengertian untuknya, hingga akhirnya Daren mencoba untuk menerimanya.

Pukul 9 malam waktu Bern, Rafael dan kedua sahabatnya menghabiskan waktu mereka disalah satu restaurant untuk makan malam. Meskipun tidak dapat memenangkan tender, Rafael tetap merayakannya, setidaknya itu bisa membayar hasil kerja keras Daren dan juga Alvaro.

"Aku rasa ini merupakan karma kau juga, Raf." Tutur Daren yang sedang ingin mengutarakan kekesalan yang sejak tadi ditahan dihatinya.

"Karma? Apa maksudmu?" Rafael menyimpan gelas yang sebelumnya berada dalam genggamannya.

"Kau sadar tidak? Sebelum-sebelumnya kita selalu berhasil memenangkan tender dan perusahaan kita pun baik-baik saja, bahkan selalu meningkat mulai dari harga saham hingga penjualan kita. Tapi semenjak kau menikah, keadaan seakan berbalik." Daren mulai tidak sabaran.

"Lalu apa hubungannya dengan karma?" Rafael masih menatap temannya dengan emosi yang tertahan.

"Kau tidak pernah memperlakukan istrimu dengan semestinya, sadar atau tidak kau selalu menyakiti perasaannya, dan itulah sebab kau selalu gagal tahun ini, kekecewaan istrimu lah yang membuat semuanya berantakan." Tukas Daren.

"Daren cukup." Sahut Alvaro sebelum sahabatnya itu kembali melanjutkan kalimatnya dan membuat emosi Rafael semakin naik.

"Aku akan ke toilet." Tukas Rafael yang langsung bangun dari duduknya.

"Sebaiknya kau pikirkan dan rasakan lagi. Ingat, Raf! Kau akan merasa dia berharga kalau dia sudah tidak bersamamu lagi." Celetuk Daren lagi yang berhasil menghentikan langkah kaki Rafael.

"Hentikan, Ren." Sela Alvaro lagi dan disaat yang bersamaan Daren memilih untuk meninggalkan tempat tersebut.

Jika dulu Alvaro yang sangat menggebu-gebu dalam hal untuk memberitahu Rafael mengenai perasaan Adeline, kini justru Daren lah yang sangat ingin mengutarakan bagaimana Adeline begitu mencintainya. Daren seperti itu karena dia sudah lelah melihat Rafael yang terus-terusan tenggelam dalam dukanya tanpa mau melihat cahaya yang berada didekatnya.

Sedangkan Rafael yang tengah didalam toilet, kini dia sedang membasuh wajahnya, dan ia menatap dirinya didepan cermin dengan begitu seksama. Rafael menatap miris dirinya, karena kini dia sudah tidak memiliki siapapun.

Rafael keluar dari toilet, dan matanya terhenti ketika melihat seseorang yang ia kenali tengah duduk tak jauh dari tempat Rafael berdiri saat ini, namun sepertinya orang tersebut tidak melihat keberadaan dirinya.

"Saat ini Rafa masih mengharapkan wanita itu kembali, akan sangat sulit untukmu memasuki hatinya, Del. Jika dia saja tidak berusaha untuk keluar dari kegelapan, dia tidak akan bisa melihat cahaya yang kamu berikan, dengan kata lain, dia tidak akan bisa merasakan cinta darimu sekeras apapun kau berusaha." Tutur Efran

"Aku tahu itu, Fran."

"Lalu, apa lagi yang kau tunggu? Seperti yang kau tahu jika Rafa berpikir bahwa Rachel masih hidup, dan seandainya dia benar kembali bagaimana?"

"Bagaimana mungkin dia bisa kembali jika Rafa sendiri yang sudah memakamkan jasadnya meski tidak dikenali." Tukas Adeline mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa Rachel memang sudah tiada.

"Kita hanya berandai-andai, jika itu benar terjadi, Rachel kembali, apa yang akan kau lakukan, Del? Apa kau akan tetap bertahan disisinya?"

Adeline terdiam mendengar pertanyaan dari sahabatnya, namun Efran juga penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikan oleh Adeline jika situasi seperti itu terjadi.

"Baiklah tidak perlu Rachel, bagaimana jika justru Rafa menemukan wanita baru yang dicintainya, apa kau bisa tetap disisinya?" Efran mengganti pertanyaannya.

"Jika suatu saat wanita itu kembali atau kak Rafa menemukan wanita yang cocok untuknya, maka aku akan pergi dan akan kupastikan jika aku tidak akan pernah memunculkan diri dihadapannya lagi. Lagi pula, bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas dan cintaku akan tetap hidup untuknya."

Jawaban yang tidak terduga bagi Efran, dan dari jawaban itu Efran bisa menilai sebesar apa cinta yang dimiliki oleh Adeline pada pria yang sudah menyandang sebagai suami Adeline tersebut. Namun, Efran juga berjanji pada dirinya sendiri, jika hari itu terjadi, dialah yang akan membantunya untuk pergi sekaligus membantu Adeline untuk keluar dari bayang-bayang Rafael.

Hari sudah semakin malam, dan Efran mengantar Adeline untuk kembali pulang ke rumahnya, pulang ke rumah dimana Rafael berada, bukan ke apartment milik Adeline.

Setibanya didalam rumah, Adeline terkejut ketika melihat Rafael berdiri dihadapannya.

Tatapan Rafael sedikit berbeda kali ini, Adeline bahkan tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi pada pria dihadapannya saat ini, tidak ingin terlibat dengannya, Adeline memutuskan untuk mengabaikannya.

Baru berjalan satu langkah, langkah Rafael lebih cepat darinya. Jantung Adeline berdetak lebih cepat saat melihat Rafael berjalan ke arahnya dengan menggebu-gebu. "Kak.. hmmmph.." belum menyelesaikan ucapannya, bibir Adeline dibungkam oleh Rafael.

Bibir Rafael mendarat tepat pada bibir Adeline, dan hal itu membuat Adeline membelalakkan kedua matanya. Dia terkejut dengan apa yang Rafael lakukan terhadapnya saat ini sehingga secara spontan dia pun mendorong tubuh pria itu.

"Kak, apa kau mabuk?" Tanya Adeline sedikit kesal karena Rafael sudah bertindak seenaknya.

"Apa aku terlihat seperti orang yang sedang mabuk?" Tatapan itu terlihat seperti predator yang siap melahap mangsanya, tidak ingin meladeninya, Adeline memilih untuk pergi, namun tangannya ditahan oleh Rafael dan lagi-lagi pria itu menempelkan bibirnya dibibir Adeline.

Ciuman itu terasa kasar dan memaksa bagi Adeline, merasa tidak boleh terbuai dengan perlakuan Rafael saat ini, Adeline menggigit bibir Rafael dan membuat pria itu melepaskan ciumannya.

"Apa yang kau lakukan, kak?" Protes Adeline dengan nada yang sedikit tinggi karena kesal.

"Merasakan cinta darimu. Lakukan hal yang harus kau lakukan dan biarkan aku merasakan cinta yang besar darimu itu. Tunjukkan itu padaku malam ini." Adeline terkejut mendengar penuturan Rafael kali ini, dan tanpa permisi pria itu kembali melahap bibir Adeline dengan sangat rakus.

Apa maksudnya? Apa dia mendengar pembicaraanku dengan Efran tadi? Tapi bagaimana bisa?

Adeline masih tidak merespon ciuman yang diberikan oleh Rafael. Bahkan kini tangan Rafael sudah menelusup masuk ke punggung Adeline melalui blouse yang digunakan oleh Adeline saat ini. Ciuman semakin dalam dan terasa panas malam itu hingga Rafael berinisiatif untuk menggendong tubuh Adeline tanpa melepaskan ciuman mereka.

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!