milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden
Kegaduhan memenuhi kediaman keluarga Robert di siang hari. Suara langkah kaki tergesa dan teriakan perintah saling bersahutan. Wajah Ayah Robert memerah menahan marah, sementara Bunda Ara tak berhenti menangis di sudut ruangan. Ketakutan dan kekhawatiran menyelimuti mereka, seolah-olah dunia yang selama ini mereka bangun dengan susah payah runtuh begitu saja.
“Bagaimana bisa mereka m4ti? Siapa yang melakukan ini?” suara Ayah Robert bergetar menahan marah, tangannya mengepal erat. Di depannya, dua penjaga yang seharusnya menjaga Aruna kini tergeletak tak bernyawa. Sementara di kamar Aruna, suster yang selama ini merawat putrinya juga ditemukan dalam kondisi yang sama.
Ayah Robert menatap sekeliling, berusaha mencari jawaban di tengah kepanikan yang menguasai dirinya. Perasaan marah, bingung, dan cemas bercampur menjadi satu. Aruna, putri mereka yang baru beberapa hari tinggal bersama mereka, telah kabur. Gadis itu selalu sulit dipahami, tetapi tidak pernah terbayang di benaknya bahwa situasi bisa menjadi seburuk ini.
“Ini sudah kelewatan! Dia harus dihentikan! Aku akan memasukkannya ke rumah sakit jiwa! Anak itu sudah membahayakan banyak orang!” suara Ayah Robert meninggi, napasnya memburu. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti palu yang menghantam perasaan Bunda Ara.
“Jangan, mas… Aruna hanya… dia hanya perlu waktu…” Bunda Ara mencoba berbicara, namun suaranya tenggelam dalam isak tangis. Ia tahu putrinya bermasalah, namun melihat bagaimana Aruna terus menerus membuat kekacauan tak membuatnya berhenti berharap. Namun kali ini, harapannya terasa seperti serpihan kecil yang nyaris hilang.
“Jangan mencegahku, Ara ! Putri yang kau temukan itu membuat keluarga kita dalam bahaya !! “
Tiba-tiba, ponsel Bunda Ara bergetar. Pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dengan tangan bergetar, ia membuka pesan itu. Matanya membesar membaca setiap kata yang terpampang di layar
“Aruna ada di kediaman Maverley. Dia mengamuk di sana. Datanglah segera, atau lebih banyak nyawa yang akan melayang karenanya.”
Bunda Ara menahan nafasnya, wajahnya memucat. Tanpa ragu, ia menyerahkan ponsel itu kepada suaminya. Ayah Robert membaca pesan itu, rahangnya mengeras. Wajahnya yang sudah memerah kini terlihat semakin menakutkan. Dengan cepat, ia mengajak istrinya menuju mobil tanpa mengatakan sepatah kata pun.
“Kita harus ke sana. Sekarang!” Ayah Robert bergegas menyetir, memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Dalam perjalanan, suasana begitu mencekam. Bunda Ara hanya bisa duduk diam dengan air mata yang terus mengalir. Ia merasa begitu tak berdaya, tak tahu apa yang akan menunggu mereka di kediaman Maverley, tempat yang seharusnya aman, kini justru menjadi ladang kekacauan karena ulah putrinya.
Setibanya di sana, suasana kacau menyambut mereka. Beberapa pelayan tampak berlari ketakutan, sementara suara teriakan dan dentuman keras terdengar dari dalam rumah. Ayah Robert segera turun dari mobil, wajahnya penuh dengan kemarahan yang tak tertahan.
“Di mana Aruna ?!” teriak Ayah Robert kepada seorang pelayan yang tampak ketakutan.
“Di... di ruang tamu, tuan. Nona Aruna tidak bisa dikendalikan...,Nona kecil di sandera, tuan,” jawab pelayan itu dengan suara bergetar.
Mereka bergegas masuk, dan di sana, di tengah ruangan yang porak poranda, Aruna berdiri dengan tatapan kosong, tangan dan bajunya berlumuran darah tengah menyandera seorang bocah gembul. Bunda Ara menahan nafas, melihat putrinya yang dulu lembut dan penuh senyum kini berubah menjadi seseorang yang tak ia kenal.
Tuan Maverley yang melihat kedatangan Ayah Robert beserta istrinya segera meminta untuk menenangkan Aruna.
“Robert ! Kalian datang juga ! Cepat, suruh putrimu lepaskan cicitku ! Aku nggak mau cicitku lecet sedikitpun ! “ titah Tuan Maverley tegas.
“Baik paman, “ sahut Ayah Robert.
Bunda Ara tidak pernah menyangka, orang yang di cari Aruna adalah Audrey putri angkat mereka yang merupakan istri dari Chandra sosok pria yang diklaim Aruna sebagai calon suaminya. Memang saat pernikahan Chandra dan Audrey mereka tidak membawa Aruna, karena Aruna yang saat itu baru saja pulang dari RSJ dan harus dirawat dengan intens di rumah.
Pandangan Bunda Ara dan Ayah Robert tidak sengaja melihat tangisan Audrey yang memohon agar Aruna melepaskan putrinya membuat hati keduanya berdenyut. Audrey menatap mereka dengan tatapan sendu, dari pancaran matanya terlintas memohon agar mereka dapat menyelamatkan putrinya. Sementara Azalea berada dalam gendongan Mami Cellia masih terisak menangis saat melihat kembarannya disandera.
“Lepacinnnn labiesss !! Lepacinn ndaaa hiks !! Melah nih melahhh tangan Ana hiks ! Nda ada ot4kna !! “
Bukannya melepaskan, Aruna dengan tangan ringan men4mp4r pipi Alana yang mana membuat Alana menangis keras.
“Tidakkkk !! Anaaaaa hiks !! Jangan pukul putriku, Aruna !! “ teriak Audrey panik.
“Aruna!” teriak Bunda Ara, namun putrinya tak menggubris, hanya melirik dengan pandangan dingin yang membuat bulu kuduk merinding. Robert menghampiri Aruna dengan penuh amarah, tapi Bunda Ara menahannya, memohon dengan isakan.
“Jangan mas, dia hanya butuh bantuan kita...”
Namun bagi Robert, ini sudah berakhir. Ia tak akan membiarkan Aruna terus melukai orang lain. Keputusan sudah bulat jika ini adalah jalan satu-satunya untuk menghentikan kegilaan ini, maka Aruna harus dirawat di tempat yang bisa mengendalikan setiap sisi liar yang dimilikinya.
Dan di depan mereka, di tengah ruangan yang porak poranda, Aruna hanya tersenyum tipis, seolah semua yang terjadi hanyalah permainan yang menyenangkan baginya.
“Huwaaaaaaa !!! Kakekkkkkkkkkkk tolong Anaaaaaa !! “ teriak Alana yang berada dalam dekapan Aruna. Entah mengapa Alana merasakan kenyamanan saat melihat Ayah Robert.
“Ayah, tolong Ana ayah. Tolong putriku, tolong selamatkan putriku “ isak tangis Audrey menggema di telinga Ayah Robert
“Dimana Chandra dan Mas Cakro, kenapa belum datang juga, “
“Mami, bagaimana ini mami hiks.. “ Audrey menatap mertuanya dengan penuh khawatir. “ Ana, A-aku takut Ana terluka “
Mami Cellia bingung harus bagaimana. Dia tidak menyangka kejadian ini akan seperti ini. Sementara beberapa bodyguardnya masih memperhatikan gerak gerik Aruna dan memikirkan bagaimana caranya melumpuhkan Aruna tanpa dia tidak melukai Alana yang di sandera oleh Aruna.
“Aruna hentikan ! Lepaskan Ana ! Kasihan dia, Aruna ! “ suara Ayah Robert kembali menggema.
“Tidakkk papa ! Aruna tidak akan melepaskannya kalo Chandra belum menikahi Aruna ! “
“Heeeee, kenapa citu nyebut nama daddy Ana ? Daddy Anna cudah punya isteli ! “ seru Alana kesal saat nama daddynya dibawa-bawa. Ucapan Alana barusan membuat Aruna kesal.
“Diam !! “ bentaknya.
“Ekheeeeeee !!! Nda mau punya mama tili, nda mau punya mama tili, cetles tiap hali nanti. “ rengek Alana takut. Ia mulai bergerak kesana kemarin membuat Aruna kesal.
“Diam atau kamu ak—”
“LEPASKAN PUTRIKU ARUNA !! “ suara keras menggema di seluruh ruangan membuat atensi mereka semua teralihkan. Chandra datang tidak sendirian, ada petugas dari rumah sakit jiwa yang datang bersamaan dengan Chandra, Asisten Rafael dan Tika.
“Lepaskan keponakanku, wanita gil4 !! “ teriak Tika emosi.
Alana yang melihat kedatangan sang daddy tersenyum kecil. Tidak sabaran dia berusaha melepaskan dirinya membuat Aruna semakin mengeratkan pegangannya. Alana yang kesal sontak menggigit tangan Aruna dengan kuat hingga Aruna melepaskannya.
Aruna yang marah tanpa sengaja mendorong Alana dengan cukup kuat sehingga menyebabkan Alana tersungkur dan kepalanya mengh4nt4m keramik.
BUGH !
“ANAAAAAAAAAAA !! “ Darah segar mengalir dari kepala Alana.
Para bodyguard segera menangkap Aruna yang memberontak kala kedua tangannya dikunci. Petugas rumah sakit jiwa langsung menyuntikkan obat bius kepada Aruna.
Sementara Chandra dan lainnya berlari menghampiri Alana yang sudah tidak sadarkan diri.
“Cebollllll badaaaaakkkk !!! Hiksss cebolll, kau harus kuat hikksss, jangan tinggalin bubu !! “ teriak Tuan Maverley histeris.
“Cepat, siapkan mobil !! Kita ke rumah sakit !! “ teriak Papi Cakro panik.
“Hiks, Anaaa… kembalanku hikssss. C3t4nnn Aluna pampillllll hikssss tak tutuk jadi cetleeeesss !! “ umpat Azalea saat melihat petugas dan bodyguard membopong tubuh Aruna yang tak sadarkan diri setelah diberi suntik bius.