Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.9
"Nazila." seru Kevin saat tiba-tiba saja Nazila limbung bertepatan dengan ia yang baru saja menginjakkan kakinya di atas pelaminan.
Kevin pun melirik Noran yang tampaknya acuh tak acuh. Kesal melihat sikap Noran, tanpa peduli dengan orang-orang yang sibuk memperhatikannya, Noran pun segera menggendong Nazila turun dari pelaminan. Kedua orang tua Noran juga bi Arum dan Mang Giman pun ikut menghampiri.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Diana saat melihat Kevin menggendong Nazila yang kini telah resmi menyandang status sebagai menantunya.
"Saya juga tidak tau, nyonya. Tiba-tiba saja Nazila pingsan saat berada di atas." sahut Kevin sambil terus berjalan menuju lift.
Bi Arum terus menangis melihat masih tragis sang keponakan. Ia pun melihat bagaimana pria yang kini menyandang status sebagai suaminya tersebut secara terang-terangan memeluk wanita lain tanpa mempedulikan perasaan Nazila.
Ini baru sebagian kecil penderitaan Nazila, bagaimana selanjutnya. Itu yang kini jadi pikiran Bi Arum.
Kini Nazila telah dibawa ke salah satu kamar hotel yang memang telah disewa Kevin sebelumnya untuk beristirahat seraya menunggu waktunya untuk menghadiri resepsi pernikahan Noran. Namun, siapa sangka, saat berada di dalam ballroom, bukannya Noran dan Sarah yang berdiri di atas pelaminan, tapi Noran dan Nazila. Tentu, Kevin jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang telah terjadi. Dan Kevin seketika emosi, saat melihat bagaimana Noran justru bermesraan di pelaminan di hadapan Nazila. Walaupun ia tak tau mengapa pengantin wanitanya bisa tiba-tiba berubah, tapi tetap saja perbuatan Noran itu tidak ia benarkan. Ingin rasanya ia naik ke atas pelaminan lalu menghajar Noran hingga babak belur karena telah mempermalukan Nazila di hadapan banyak orang, tapi ia harus menahan diri. Ia tidak mungkin membuat kegaduhan di pesta pernikahan orang lain, hingga tiba-tiba ia menangkap raut wajah yang tidak baik-baik saja dari Nazila. Dan benar saja, baru saja ia hendak menghampiri Nazila, Nazila sudah terlebih dahulu limbung dan hampir jatuh ke lantai andai saja tidak segera ia tangkap.
"Bagaimana dok keadaannya!" tanya Kevin pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Nazila.
"Tekanan darahnya rendah. Sepertinya pola makannya akhir-akhir ini tidak teratur dan stres atau keadaan tertekan membuatnya sampai jatuh pingsan." ujar dokter itu membuat Kevin termenung dan bi Aru menangis pilu.
Bagaimana hati bi Arum tak pilu, ia sangat tau bagaimana penderitaan Nazila selama ini, lalu kini hidupnya akan semakin rumit dengan drama pernikahan ini.
Lalu Bi Aru berdiri, bersamaan dengan munculnya Noran dari balik pintu.
"Kau ... kalau kau hanya berniat menghancurkan hidup Nazila, lebih baik lepaskan dia!" tunjuk bi Arum murka. "Bukankah dia sudah menolak pernikahan ini, tapi mengapa kalian memaksanya. Aku tau, kau masih ingin menyalahkan dan menuduhnya, bukan? Sudah dia katakan, dia sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Bukannya seharusnya ia yang menuntutmu karena telah mengambil kehormatannya tanpa izin, hah? Tapi tidak. Dia bahkan tidak menyalahkan kau sama sekali. Kau ingin menuduhnya menjebakmu, iya? Untuk apa? Kau tau prinsipnya? Dia tak pernah ingin menikah sampai kapanpun. Aku awalnya kecewa dengan prinsip itu, tapi kini aku sadar, ternyata pilihannya itu jauh lebih baik daripada ia dinikahi pria berwajah polos tapi berhati iblis sepertimu." teriak bi Arum tak terima apa yang terjadi pada Nazila.
Namun perlahan, suara teriakan itu berubah jadi isakan lirih. Diana yang tak tahan pun ikut menangis dan memeluk tubuh Bu Arum sambil mengusap punggungnya untuk memberikan ketenangan.
"Dia gadis yang baik nyonya. Tapi nasibnya saja yang kurang baik. Kenapa ia harus mengalami ini? Apa salah Nazila? Jangan sakiti dia lagi! Kalau kalian tidak suka melihat keberadaannya, kami bersedia membawanya pergi sejauh mungkin agar kalian tak pernah lagi melihat wajahnya. Saya mohon nyonya, kasihanilah gadis malang itu." lirih Bi Arum yang masih tersedu di dalam pelukan Diana.
Tangan Kevin mengepal erat. Bagaimana pun, ia sosok yang paling membenci bila ada seorang wanita yang disakiti. Kenangan masa lalu kedua orangtuanya membayang di pelupuk mata. Bagaimana ibunya dulu kerap dimarahi dan disiksa sang ayah sebelum mereka berpisah. Barulah setelah bertemu dengan papa sambungnya yang sekarang, ia merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Mereka bukan hanya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, tapi juga ada nenek, kakek, opa, Oma, juga om dan Tante yang begitu menyayanginya. Lalu kini, ia kembali melihat drama kesakitan seorang istri yang padahal mereka baru saja menikah tapi sang suami sudah menggoreskan luka begitu mendalam pada Nazila, sahabat dari saudari kembarnya tersebut.
Dengan kasar, Kevin menarik tangan Noran dan menghempasnya begitu saja di luar kamar. Dengan tangan terkepal di dalam saku celana, Kevin menatap tajam Noran yang juga dibalas Noran dengan tatapan serupa.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan? Bukankah pengantinmu seharusnya Sarah, tapi kini mengapa menjadi Nazila?" tanya Kevin tanpa basa-basi. Ia sangat-sangat penasaran mengapa sampai Nazila yang berada di atas pelaminan dengan Noran.
Noran tertawa sumbang lalu tersenyum mengejek, "Jangan tertipu dengan wajah polosnya!" Noran memperingatkan Kevin tentang sifat Nazila yang menurutnya berbanding terbalik dengan wajahnya. "Kau tau, ternyata sifatnya itu tak sepolos wajahnya. Dia itu musang berbulu domba. Di hadapan semua orang ia bersikap sok dingin, acuh, dan polos , tapi nyatanya hatinya begitu busuk. Tepat seminggu sebelum pernikahan ini terjadi, ia menjebakku hingga tertidur dengannya. Entah bagaimana ia melakukannya sehingga aku tanpa sadar telah merenggut kesuciannya. Tapi lucunya, ia masih berpura-pura tidak memerlukan pertanggungjawaban, padahal aku tau, sebenarnya itulah yang ia nanti-nantikan. Pernikahanku dan Sarah batal, lalu ia menjadi pengantin pengganti, sungguh rencananya yang begitu sempurna. Dan kini ia berhasil, ia berhasil menjadi istri dari CEO PT Malikindo dan nyonya Malik Ashauqi. Sungguh aku tak menyangka, aku memiliki sekretaris yang begitu multitasking." ungkapnya sembari tertawa hambar.
Kevin pun dengan gerakan cepat mencengkram kerah baju Noran dengan sorot mata begitu tajam.
"Jaga ucapanmu! Nazila bukan gadis seperti itu. Aku lebih mengenalnya dibandingkan kau. Apa katamu tadi, dia menginginkan posisi sebagai istri dari CEO PT Malikindo yang tidak seberapa ini? Hahaha ... kau tau, aku yang melamarnya saja ditolak. Bila ia memang menginginkan harta, maka tak perlu bersusah payah karena aku bisa memberikan segalanya untuk Nazila tapi tidak. Ia tidak sedikit pun berminat. Karena Nazila yang ku kenal memang bukan gadis seperti itu." ucap Kevin tegas penuh keyakinan karena sebesar itulah keyakinannya pada Nazila.
Tapi Noran, tetaplah Noran. Sebab saat ini egonya lah yang lebih mendominasi daripada akal sehatnya. Kekecewaan dan kemarahan membuatnya tak dapat berpikir jernih. Ucapan Kevin hanya ia anggap angin lalu. Ia tetap menyalahkan Nazila atas segala yang menimpa dirinya. Tak peduli pesta pernikahannya yang belum usai, ia justru pergi tanpa mempedulikan Nazila sama sekali yang dia anggap hanya sedang bersandiwara.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
g menye-menyeee
⬜🟥⬜⬜⬜🟥⬜
🟥🟥🟥⬜🟥🟥🟥
🟥🟥🟥🟥🟥🟥🟥
⬜🟥🟥🟥🟥🟥⬜
⬜⬜🟥🟥🟥⬜⬜
⬜⬜⬜🟥⬜⬜⬜