Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
latihan lanjutan I
Satu bulan berlalu, Waktu yang sangat panjang untuk menarik dua batu ini sampai ke halaman rumah. Panas hujan badai aku lalui bersama dua batu ini, hal yang paling menyulitkan adalah ketika jalannya sedikit menanjak, tak terhitung berapa kali aku menarik batu itu untuk melewati jalan yang seharusnya mudah di lalui bila berjalan kaki biasa. Tak terhitung pula berapa kali aku pingsan karena kelelahan. Sudah cukup aku lalui Susah susah tak ada senang bersama dua batu bertumpuk ini. Kini kita telah resmi bersahabat, aku menamai kedua batu itu Jaka dan Jeki.
"Jaka dan Jeki sekarang waktunya kita berpisah!" Ucapku pada ke dua batu itu.
Setelah menyelesaikan satu-satunya latihan ku, kondisi fisik kuk saat ini telah meningkat sangat signifikan, meskipun masih belum optimal , tetapi aku sudah bisa memfokuskan dikit demi sedikit aliran auraku kesatu titik pada bagian tubuhku untuk di perkuat.
Karena auraku telah tercampur dengan mana aku, jadi aku tak perlu lagi memfokuskan salah satunya, hanya perlu mengalirkannya saja ke tubuhku. Contohnya, ketika aku menarik dua batu besar ini, aku mengalirkan auraku ke bagian-bagian tubuh yang menjadi tumpuan, seperti punggung dan kakiku, sehingga memudahkan aku untuk melangkahkan kaki, dan berat batu seperti menjadi sedikit lebih ringan, meskipun tetap berat.
"Bagus! Akhirnya kau bisa menarik batu ini, meskipun dalam waktu satu minggu dan caramu mengontrol aur sedikit lebih baik dari sebelumnya, jangan kira aku akan memuji mu hanya karena kau telah menyelesaikan ini." Ujar Reno menghampiri ku.
"Aku kira aku sudah berkembang cukup pesat, ternyata baru sedikit saja dimata Reno." Gumamku.
"Iya-iya guru, setidaknya puji aku sedikit kek, biar aku jadi lebih semangat!" Celoteh ku.
"Jika kau ingin aku puji, besok kau tarik batu ini ketempat asalnya, dalam waktu sehari tidak boleh lebih!" Ujar Reno.
"Hehhh!!!! ..."
"Jangan mengeluh! Ingat sebelumnya kau mengeluhkan hal yang sama, tapi akhirnya bisa juga kan? Jangan pernah menyerah sebelum bertarung, percayalah pada dirimu sendiri!" Ucap Reno dengan tegas.
"Baiklah! Guru!" Mendengar ucapan Reno, aku kembali termotivasi, meskipun dia selalu saja marah kepadaku, aku rasa sebenarnya itu adalah cara dia, perduli padaku.
"Sepertinya kita akan kembali menjalani hari besama sama lagi, sahabat ku, Jaka, Jeki" Ucapku sambil mengelusnya.
"Apa kau menamai batu itu Jaka dan Jeki?" Tanya Reno.
"Iya, memang kenapa?" Jawabku.
"Ahaha sepertinya kau sudah gila, Jaka dan jeni nama yang sangat buruk!" Celoteh Reno.
"Jangan percaya dia, sahabatku, dia itu iblis!" Ucapku pada batu.
"Kau memang guruku! Tapi kau tidak boleh menghina sahabatku!" Celetuk ku pada Reno.
"Hmmm..."
"Sudah bercandanya! Ingat besok bawa kedua sahabatku ke tempat asalnya!" Ucap Reno.
"Sebelum kita selesaikan latihan hari ini, kau ambilkan dua ember berisi air penuh, lalu bawa kemari," Tuturnya. Akupun lekas pergi menuruti perintah dari Reno,tanpa bertanya untuk apa dua ember air itu, karena jika aku bertanya bukannya mendapatkan jawaban , aku malah mendapatkan cacian. Akupun kembali ke halaman sambil membawa dua ember air.
"Sekarang angkat satu ember itu, dan tumpahkan semuanya ke tubuhmu!". Ujar Reno.
"Hah? Mau ritual apa ini?" Gumamku, akupun langsung menuruti perintah Reno, daripada bertanya lebih baik langsung lakukan saja.
"Byuurrr!..."
"Satu lagi,tetapi tumpahkan secara perlahan". Ucapnya.
"Sumpah deh, ini maksudnya apa?" Gumamku, sambil menumpahkan air secara perlahan-lahan ke tubuhku.
"Byuurr! ..."
"Sekarang, udah tau perbedaannya?" Tanya Reno.
"Hah? Apa coba tiba-tiba nanya bedanya, emang apa bedanya kan sama-sama air?" Gumamku.
"Emm.. Bedanya, lebih susah menumpahkannya secara perlahan-lahan, karena berat," Jawabku.
"Cihh, dasar goblok! Bukan itu maksudnya!" Celoteh Reno.
"Terus yang benar apa?" Tanyaku,
"Kadang-kadang pinter, kadang kadang bodohnya tidak ketulungan!" Celotehnya.
"Dengarkan aku baik-baik, saat kau menumpahkan air itu dengan secara langsung, tubuhmu akan terkejut perubahan suhu, sedangkan jika perlahan-lahan, walaupun sama-sama ada perubahan suhu akan tetapi tubuhmu diberi waktu untuk beradaptasi dengan baik, dan itu yang kau lakukan selama ini, kau mengalirkan auramu dengan cara yang kasar, meskipun berhasil akan tetapi jika diteruskan seterusnya, tubuhmu akan mengalami kerusakan yang fatal secara perlahan-lahan, apalagi yang kau lakukan bukan hanya mengalirkan aura, tapi menahannya juga , jadi tubuhmu mengalami tekanan berlebih, untungnya dari awal fisikmu sudah lumayan terlatih dan di tambah dengan pelatihan selama ini, sehingga fisikmu mamu menahannya sejauh ini, tapi jika di teruskan dengan cara seperti itu, tubuhmu akan rusak, jadi aku sarankan ketika kau mengalirkan aura ke tubuhmu atau membaluti tubuhmu dengan aura lakukanlah secara perlahan-lahan! Ngerti ga!" Ujar Reno.
"Oh seperti itu, Aku mengerti sekarang." Ucapku sambil menganggukkan kepala. Pantas saja terkadang tubuhku tiba-tiba bergetar dengan sendirinya saat sedang latihan.
"Baguslah jika kau mengerti, sekarang waktunya istirahat." Ucap Reno.
"Tapi guru, ada yang ingin aku tanyakan" Ucapku,
"Apa lagi?" Sentaknya.
"Apa tidak ada pakaian lagi yang ukurannya lebih besar? Pakaian ini terlalu sempit untukku," Ucapku.
"Ehmm.. Tapi menurut ku kau pantas memakai itu!"
"Ayolah guru jangan mengejekku, ini sangat tidak nyaman!" Cetuk ku.
"Emangnya aku peduli, lagian cuman punya satu-satunya celana malah di hanyutkan, dasar orang dongo, lagian kau harusnya merasa terhormat! Menggunakan pakaian peninggalan Rosella, jika tidak ingin memakainya, lepaskan saja, cepat!" Ujar Reno.
"Yaa, engga begitu juga guru," Jawabku.
"Yasudah, jangan mengeluh!" Ucapnya, kami pun, pulang untuk beristirahat. Saat aku tiba du kamar, Alaina datang membawakan aku pakaian.
"Ali, ini aku bawakan beberapa pakaian, Reno bilang kamu membutuhkannya." Ucap Alaina.
"Burung sialan, aku memang meminta pakaian, tetapi ini sih sama saja, bahkan celananya terlalu pendek." Gumamku.
"E-ehh.. I-iya terimakasih Alaina, maaf merepotkan mu." Jawabku, akupun terpaksa menerima pakaian yang Alaina bawakan untukku, karena aku tidak mungkin menolaknya, dan juga aku memerlukan pakaian ganti.
"iya tidak apa-apa, bagaimana hasil latihan mu?" Tanya Alaina.
"Baik sekali, saat ini aku merasa bertambah kuat". Jawabku sambil tersenyum.
"Syukurlah, aku juga merasa begitu, auramu menjadi sedikit lebih halus dari sebelumnya." Ucap Alaina sambil tersenyum.
"Iya aku akan lebih berusaha, Alaina." Ucapku.
"Iya aku berharap yang terbaik untukmu, yasudah, jika kamu sudah berganti pakaian, segeralah untuk makan." Ucap Alaina, lalu pergi ke kamarnya.
"Oke, baiklah." Jawabku.
"Ngobrol berdua dengan Alaina, adalah metode pemulihan yang paling manjur, rasa lelah ku seperti hilang begitu saja." Gumamku, selepas Alaina pergi akupun langsung mengganti pakaian lalu pergi makan, setelah selesai makan aku kembali ke kamarku untuk segera tidur.
Keesokan harinya, aku bangun lebih awal bertujuan agar aku dapat menyelesaikan latihan hari ini sebelum matahari tenggelam, agar keesokan harinya aku dapat latihan ke tahap selanjutnya. Akupun mengikatkan tali yang terikat pada dua batu sebelumnya, ke tubuhku.
"Cobalah alirkan auramu lebih halus!" Sebelum mulai menarik batunya, aku teringat ucapan Reno.
"Fokus...!!!"
"Alirkan seperti air ..."
"Pelan-pelan... Perlahan tapi pasti! ..."
"Oh jadi rasanya seperti ini" Gumamku, memang sedikit berbeda tubuhku terasa lebih ringan dan lebih bisa menerima dengan baik aura yang mengalir.
"HIAAAAAAATTTTTTTT.....!!!! Jaka Jeki ayo kita berangkat!" Teriakku sambil menarik batu, namun ketika aku baru saja hendak melangkah kan kakiku, Reno melemparkan batu dengan sangat cepat ke arahku.
"Whuuussss...!!!!"
"PLAAAAKKK!!"
"Aduuuh sakit...!!!" Teriakku.
"GA PAKE TERIAK BISA ENGGAK, HAH?! MASIH PAGI NIH!!!" Teriak Reno dari kejauhan.
"Hehee maaf guru, aku terlalu bersemangat" Ucapku sambil menggaruk kepala.
"Huh, pagi-pagi udah kena omel aja" Gumamku, setelah Reno kembali masuk kedalam rumah,akupun kembali fokus pada latihan ku,
"Fokus...!"
"Alirkan..."
"Hyatt!! Lets go Jaka, Jeki" Teriak kecilku, saat menarik batu itu, entah mengapa jika tidak berteriak sebelum menarik batu rasanya seperti ada yang kurang.
Tak berselang lama akupun langsung kelelahan, karena mau gimanapun kondisi fisikku belum bisa menampung seluruh auraku, saat ini aku baru mampu menahan dan mengalirkan auraku seperlimanya saja, karna jika di paksakan aku pasti langsung kehilangan kesadaranku seperti sebelumnya. Setelah beristirahat akupun lanjut menarik Jaka dan Jeki ketempat asalnya.
Saat ini aku hanya mampu menarik Jaka dan Jeki 60 langkah kaki setiap jam jika lebih dari itu aku pasti kehilangan kesadaran. Sedangkan setelah aku hitung untuk sampai ke tepian sungai membutuhkan kurang lebih 1200 langkah kaki, sedangkan matahari terbenam 9 jam dari aku mulai latihan, jadi dapat disimpulkan untuk bisa tepat waktu menarik Jaka dan Jeki ke tempat asalnya, aku harus menarik Jeki kurang lebih 134 kaki setiap jam tanpa istirahat. "Gila, memikirkannya saja membuat aku pusing" Gumamku.
Akupun melanjutkan menarik Jaka dan Jeki, Waktu pun berlalu hingga matahari pun telah terbenam, aku tidak mampu membawa Jaka dan Jeki sampai ketepian sungai, bahkan setengah perjalanan pun belum sampai, ini sudah sangat jauh melewati rencana awal. meskipun begitu di setiap sehabis istirahat aku merasakan kemampuanku bertambah dikit demi sedikit, tubuhku sekarang lebih mampu menerima tekanan saat aku menambahkan jumlah aura. tetapi aku masih merasa diriku masih sangat-sangat lemah, karena tidak mampu memenuhi ucapanku sendiri.
Akupun berniat melanjutkan menarik Jaka dan Jeki hingga malam gelap tiba, menyelesaikan pada malam ini. 'aku tidak akan berhenti hingga tubuhku sudah sampai pada batasnya! aku ingin tahu sejauh mana aku berkembang!" gumamku. dengan sisa tenaga dan stamina yang tubuhku miliki aku tarik kedua sahabatku, dan tak berselang lama akupun tiba, 'Tiba di pertengahan jalan.
"Sahabatku, apa kamu tidak bisa berjalan pulang sendiri?" Gumamku sambil terengah-engah.
Akupun memutuskan untuk melanjutkannya esok hari, biarlah Reno berkata apa nantinya karena ketidaksanggupan ku. setidaknya ini tidak menghabiskan waktu satu bulan seperti sebelumnya, dan ini merupakan kemajuan pesat untukku.
Aku telah mampu mengalirkan auraku lebih baik dari sebelumnya, dan menambah batas waktu,tubuhku bisa mempertahankannya lebih lama. Aku sudah bisa menambah jumlah aura yang aku tekan, tinggal sedikit lagi sehingga aku bisa menahan semua aura yang aku miliki, seiring berjalannya latihan, tubuhku bisa beradaptasi dengan cepat.
Aku merasa latihan selama ini semata-mata hanya untuk melatih tubuhku agar bisa menerima semua tekanan aura yang aku miliki nantinya.
Reno juga pernah berkata, aku harus bisa menekan aura semaksimal mungkin seperti Alaina, yang mengeluarkan auranya seperti manusia pada umumnya dari jumlah aslinya. Itu semua di lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan suatu hari nanti, dan agar tidak menarik perhatian musuh.
Tetapi untuk mencapai tingkatan seperti Alaina, sepertinya aku butuh waktu sedikit lebih lama, karena kutukan yang ada di dalam tubuhku, yang menggangu berkembangnya diriku dalam mengontrol aura. Aku juga tidak tahu mengapa aku memiliki kutukan, mungkin di kehidupan aku sebelumnya, aku adalah anak durhaka.