Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 - Tugas Pertama
Selama Keyvan sibuk dengan pekerjaannya, Mikhayla menghabiskan harinya dengan berdiam diri di dalam kamar. Wajah seriusnya menatap sendu halaman luas di bawah saja, berharap sekali akan kedatangan super heronya di sana.
Mikhail. Iya, dia merindukan sang papa. Meski tadi malam sempat membuat kepala Keyvan hampir pecah dengan ulahnya, ketika sendiri dia akan berbeda.
"Papa, Khayla absen sudah dua kali mata kuliah pak Harun ... kalau nilai Khayla jatuh, Papa pasti marah kan?"
Dia bermonolog seraya mencebikkan bibir, matanya mengembun. Kehidupan bebas yang dia miliki hancur sudah, sebuah tragedi yang sama sekali tidak dia ingini itu terjadi begitu saja.
Mikhayla menghela napas pelan, saat ini Keyvan belum memberikan kebebasan. Dunianya masih sekeliling kamar saja, makan juga disiapkan pelayan.
Bukan hal aneh sebenarnya, di rumahnya pun Khayla biasa begitu. Beberapa kali Rani akan direpotkan jika dia enggan keluar kamar, bagi Khayla kamar adalah surganya. Akan tetapi, jika saat ini dia merasa tersiksa sesungguhnya.
Tanpa ponsel, tanpa dia tahu dunia luar bagaimana. Sungguh hal ini benar-benar memberatkan seorang Mikhayla, dia frustasi jika terus diperlakukan seperti ini.
Beberapa lama dia menunggu, matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Deru mobil kini terdengar, sudah pasti itu Keyvan, suaminya. Dia yang sejak tadi betah memandangi pemandangan di luar sana sontak berpindah ke tempat tidur, bersembunyi di balik selimut dan mengeluarkan jurus pura-pura tidur.
Mikhayla memejamkan matanya secara paksa, berharap Keyvan tidak akan mengusiknya jika nanti masuk ke dalam kamar. Dia semakin gugup kala pintu kamar terdengar dibuka dari luar, langkah pria itu mulai terdengar.
Semakin dekat, detak jantung Mikhayla semakin menderu tak karuan. Keyvan melemparkan jasnya ke tubuh Mikhayla, meski sudah bersembunyi di balik selimut tebal itu tetap saja lemparan itu terasa.
"Bangun," titahnya terdengar dingin, Mikhayla membuka matanya perlahan.
Hati-hati sekali Mikhayla membuka selimutnya, wajah lelah Keyvan terlihat nyata di hadapannya. Kemeja putih yang sengaja di gulung hingga siku itu semakin membuat pesona Keyvan terpancar.
Seharian apa dia tidur begitu?
Keyvan membatin melihat Mikhayla yang tampak ragu turun dari tempat tidur. Ada kemajuan, istrinya sudah mandi dan pakaian yang sempat diminta Keyvan pada Wibowo siang tadi. Tidak salah ukuran paling kecil begitu pas di tubuh mungilnya.
"Jasnya harus aku apakan?" tanya Mikhayla meraih jas yang sempat Keyvan lemparkan padanya, tatapan mata pria itu tetap saja seperti kemarin. Ya, menyeramkan, pikir Mikhayla.
"Di rumah, apa yang kamu lakukan? Kalau ada pakaian kotor bagaimana?"
"Aku tidak paham, karena itu tanggung jawab mbak Rani ... aku cuma taunya pakai," jawabnya jujur tanpa kebohongan sama sekali, memang benar dia begitu mau bagaimana lagi.
"Benarkah?" tanya Keyvan kemudian memejamkan matanya, Keyvan pahami jika istrinya memang bukan putri terbuang dari keluarga miskin yang bisa diperbudak. Hanya saja, yang kali ini dia benar-benar menghela napas perlahan.
"Iya ... tapi aku suka lihat mbak Rani cuci baju, sesekali juga pernah lihat Mama bantuin setrika baju Papa kerja," jawabnya kemudian berusaha meyakikan Keyvan agar wajah berkerut itu tidak lagi terlihat di matanya.
Keyvan tidak mengucapkan apa-apa, dia tatap wajah istrinya yang terlihat takut di sana. Padahal, sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk membuat Mikhayla mencuci pakaiannya.
"Mendekatlah," titah pria itu seraya menggerakkan jemarinya, suara irit dan Khayla duga suaminya ini benar-benar berbanding terbalik dari sang Papa.
"Lakukan tugasmu," titah Keyvan kemudian meminta Mikhayla kian dekat.
Dengan jaraknya sudah sedekat itu, tatapan Mikhayla hanya terfokus pada dada bidang sang suami. Wanti-wanti apa yang akan dilakukan Keyvan selanjutnya, untuk beberapa saat dia biarkan Mikhayla berpikir apa tugasnya.
"Dia minta apa? Peluk? Atau bagaimana?"
Dia bingung, apa sebenarnya mau Keyvan. Dia mencoba menebak-nebak kehendak pria ini, hingga dia menghela napas panjang sebelum kemudian memejamkan matanya.
"Begini?"
Keyvan menelan salivanya, dia tampak bingung ketika sang istri tiba-tiba memeluknya. Dia berdesir, padahal yang memeluknya hanya gadis ingusan yang kepalanya sebatas dada Keyvan.
Cukup lama dia melakukannya, Keyvan bahkan menahan napas. Pria itu terpaku meski tangannya seolah ingin membalas, tangan Khayla melingkar di tubuhnya, meski dia juga tidak mengerti sebenarnya Khayla ikhlas atau tidak.
"Ehem."
Keyvan berdehem seraya menyentuh ujung hidungnya, jika terlalu lama bisa dipastikan dia yang akan kalah. Mendengar Keyvan berdehem, Mikhayla melepas pelukannya.
"Sudah," ucapnya seakan telah menyelesaikan tugas yang sesungguhnya.
"Aku tidak memintamu memelukku," ucapnya datar dan demi Tuhan Mikhayla malu sekali, ingin rasanya dia banting meja kalau perlu tempat tidur sekalian.
"Hah?"
"Bukakan dasiku," titahnya kemudian tanpa rasa bersalah, Mikhayla yang merasa malu berusaha biasa saja dan membuka dasi sang suami sebisanya.
"Pelan-pelan, aku bisa lebih kasar jika kamu memperlakukanku kasar begini, Mikhayla," tutur Keyvan kemudian, tanpa dia ketahui jika Mikhayla tengah malu luar biasa saat ini.
.
.
.
- To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘