Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Rencana baru.
"Menyesuaikan perintah istri Abang. Kamu ingin Abang membunuhnya, pasti Abang lakukan. Tapi hati Abang akan lebih baik kalau kamu bersedia melupakannya dan katakan pada hatimu bahwa anak ini adalah anak Abang. Lain daripada itu, hanya Abang laki-laki dalam hidupmu" Jawab Bang Rama sembari mengusap lembut perut Dilan.
Tak ada lagi perdebatan dari mulut Dilan. Istri Bang Rama itu mengangguk. "Iya, Dilan istri Abang, anak ini anak Abang."
Perasaan Bang Rama sudah berangsur tenang seiring dengan tenangnya sikap Dilan. Satu kecupan mendarat pada kening Dilan.
"Hati Abang masih berat, tapi Abang akan mencoba untuk membuka komunikasi dengan dia." Kata Bang Rama.
"Katakan yang baik, Bang. Jangan memanggilnya begitu." Tegur Dilan masih berhati-hati.
Bang Rama tidak menjawabnya. Saat ini di dalam hatinya masih sangat jauh dari kata ikhlas, tapi demi menenangkan Dilan Bang Rama pun mengurangi perdebatan.
:
Mama Arlian berpapasan dengan putra keduanya di depan pintu ruang tamu. Seperti biasa tidak ada kata sapa dari bibir putranya namun Mama Arlian tau putranya itu mengijinkannya untuk masuk melihat Dilan.
Bang Rama berlalu dan mengambil duduk di salah satu bangku kosong di teras depan rumahnya. Tangannya sibuk mengambil batang rokok dan menyulutnya.
"Dilan bisa istirahat??" Tanya Papa Hanggar.
"Bisa." Jawab Bang Rama malas.
Tak tau mengapa, meskipun hatinya belum bisa menerima nasib atas kepergian ibunya namun Bang Rama tetap menemui Papa Hanggar.
"Kamu harus bisa lebih banyak sabar. Jangan suka membentak ibu hamil. Ketahuilah banyak sesal dalam hati Papa karena kelalaian Papa." Kata Papa Hanggar.
Bang Rama menghembuskan asap rokoknya asal. Ia bagai meletakan raga namun hati dan telinga tidak menerima hadirnya sang Papa.
"Kamu ingin memulai hidup baru?? Kalau kamu ingin mengajak Dilan lupa dengan masa lalunya, belajarlah di tempat yang baru. Papa akan mengirim mu keluar pulau." Imbuh Papa Rama kemudian. "Atau kamu ada pandangan?"
"Geser saya ke Pesisir Timor..!!" Pinta Bang Rama.
Papa Hanggar langsung menoleh mendengar permintaan putranya. Tidak banyak tentara yang 'mau' dikirim kesana karena wilayah tersebut memang begitu rawan. Sudah beberapa kali Danki dan Danton gugur di medan perang.
"Daerah itu sangat berbahaya. Sangat dekat dengan wilayah musuh." Ujar Papa Hanggar yang pastinya tidak bisa langsung meluluskan permintaan putranya.
"Apa yang perlu di takutkan. Tentara memang di bentuk untuk keamanan negara. Selama kita tidak berbuat di luar jalur, patuh dengan kebiasaan setempat dan saling menghormati, tidak akan terjadi apapun disana." Jawab Bang Rama.
Mendengar jawaban tersebut, sejenak Papa Hanggar berpikir keras. Harus beliau akui bahwa putranya memang memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan. Karir Letnan Kibar Maharaja Sambas memang melejit tajam.
"Apa kamu sanggup dengan segala minimnya fasilitas?? Istrimu juga sedang hamil muda."
"Sanggup." Ucap tegas Bang Rama tanpa keraguan.
Mau tidak mau Papa Hanggar harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan pekerjaan meskipun sebagai manusia biasa nantinya pikiran dan hati Bang Rama akan terpecah untuk istrinya.
"Baik.. Papa akan atur kepindahanmu. Nanti di sana akan ada yang membantumu.
Bang Rama tidak menjawabnya, ia tetap santai saja dengan rokoknya. "Masih mau disini atau kembali ke kediaman? Aku mau ke barak..!!"
"Pergilah, Papa temani Mama dulu." Jawab Papa Hanggar.
***
Pagi hari, adzan subuh nyaris berkumandang. Dilan terbangun dan membuka gorden rumahnya. Tak lupa Dila membuat kebiasaan paginya untuk sedikit membuka pintu rumah agar udara pagi berganti.
Sungguh terkejut Dilan melihat Prada Decky dan Prada Jubair menghambur di kakinya.
"Ibuuuuu.. tolong kami..!!"
"Ada apa, Om????" Tanya Dilan sampai tidak bisa berkutik karena dekapan Prada Decky dan Prada Jubair.
Tak lama Bang Rama keluar dari kamar tengah sembari merenggangkan tubuhnya. Rasa kantuk belum sepenuhnya hilang tapi saat melihat kedua 'ajudannya' rasa kesalnya pun mendadak muncul. Segera Bang Rama membenahi letak sarungnya.
"Apa kalian ini..!! Pagi-pagi sudah merusuh. Lepaskan istri saya..!!"
"Dantoonn.. tolooong........" Prada Decky berniat menyentuh kaki Bang Rama namun karena terlalu gelisah, Prada Decky menabrak Prada Jubair.
Prada Jubair yang tidak siap akhirnya terhuyung menimpa Dilan. Posisi Dilan yang tidak seimbang akhirnya ikut terhuyung. Sayang seribu sayang, kedua tangan ajudan berpegangan pada sarung Bang Rama.
Srrttt..
Dilema Bang Rama berkelebat. Antara sarung dan istri, dirinya harus memilih salah salah satunya. Refleks Bang Rama pun mendekap Dilan.
"Waaaaaaa..." Prada Decky dan Prada Jubair ternganga melihat sesuatu di depan matanya.
"Abaaaang.. iiiiihh"
"Astaghfirullah..!!!"
plaaaakk.. plaaaakkkk..
"Lihat apa kalian????" Bentak Bang Rama. Ia menarik kembali sarungnya. "Maaf, dek..!! Abang nggak sengaja." Ucap Bang Rama salah tingkah.
Dilan yang tidak enak hati segera berontak dan segera menuju dapur menghindari Bang Rama.
"Duuuhhh.. Dilan nggak benar-benar lihat, kan???" Gumamnya sampai mengurut pangkal hidungnya.
"Aman Dan, masih terbungkus rapi." Celetuk Prada Jubair.
"Kamu kira buras??? Ini semua gara-gara kalian..!! Ada urusan apa kalian subuh begini datang kesini..!!" Bentak Bang Rama masih kesal.
"Ijin Dan.. kami jangan di mutasi ke pesisir timur..!!" Kata Prada Decky.
"Kalian harus menebus 'dosa' kalian disana." Jawab Bang Rama.
"Kami takut Dan..!!" Imbuh Prada Jubair.
"Kalian itu anak buah saya. Kalau kalian takut, untuk apa jadi tentara???? Jangan pernah bermental tempe..!!! Yang jantan kalau jadi laki..!! Lanang opo ikuuu..!!"
"Si_ap Dan..!!" Prada Jubair dan Prada Decky pun pasrah.
"Belum selesai masalah semalam, kau sudah buat masalah lagi. Saya 'celup' juga kalian di waduk..!!!!!!" Bang Rama sampai menepak kedua lengan ajudannya karena terlalu jengkel.
.
.
.
.