Nabila tidak pernah membayangkan jika harus di hadapkan dengan situasi rumit seperti ini, dirinya harus terjebak dengan pernikahan semu bersama dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro.
Di usia pernikahan yang ketiga tahun ini dirinya harus berpisah karena Revan sudah ada wanita lain yang sejak dulu singgah di hatinya.
Nabila pun berusaha menerima semua keputusan Revan, dan tanpa dirinya tahu ternyata Allah sudah menitipkan janin di balik perceraiannya itu. Apakah Nabila bisa menemukan kebahagiaannya setelah ini?? temukan jawabannya hanya di manga toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Rencana Revan
Revan saat ini tengah gusar dirinya tidak menyangka kalau wanita yang selama ini dia pertahankan akan tega mengkhianati cintanya begitu saja, menyesal marah dengan keadaan. Itulah yang sedang meliputi otak pria beranak tiga itu, untuk sekedar menangkan hati dan pikirannya, pria ini mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membawanya menuju tempat hiburan malam untuk sekedar menghilangkan penat sesaatnya.
"Wah ada angin apa kamu datang kemari Bro," ucap sahabat Revan yang kebetulan pemilik club.
"Berikan aku minuman!" perintah Revan.
"Oh ya, baik, di sini juga ada para perempuan pilih saja sesuka hatimu," tawar Seno.
"Aku tidak tertarik dengan perempuan di sini," ejek Revan.
'Halah sok tidak tertarik istrimu yang murahan saja kamu embat,' ucap Seno dalam hati.
Seno pun menyuruh karyawannya untuk mengantar wine di meja Revan, untuk saat ini mereka berdua ada di ruangan private, sebagai sahabat Seno juga ikut menemani karena untuk saat ini dia bisa merasakan kalau sahabatnya ini sedang tidak baik-baik saja.
"Ayo Bro kita nikmati malam ini," ucap Seno sambil bersulang dengan Revan.
Untuk saat ini Revan mulai meneguk satu gelas wine, setelah sekian lama akhirnya dia mulai kembali mencicipi minuman memabukkan itu lagi, pikirannya saat ini sedang kacau bahkan sulit untuk di ungkapkan, perasaan bersalah atas Nabila dan juga anak-anaknya, serta rasa kecewa terhadap wanita yang dulu singgah di hatinya, apakah ini sebuah karma? Biarlah Tuhan saja yang tahu.
"Ah sial dasar jalang!" geram Revan, dalam ketidak berdayanya.
"Bro sudah hentikan kamu minum terlalu banyak," tegur Seno.
"Biarkan aku menikmati malam ini," ucap Revan setengah merancau.
"Nabila aku minta maaf pertemukan aku dengan mereka bertiga, aku janji tidak akan mengambil mereka dari dirimu karena aku sadar aku bukan Ayah yang baik untuk mereka." Revan masih tetap merancau mengeluarkan apa yang menjadi unek-unek di hatinya.
Malam semakin larut, Seno mulai menghubungi asisten pribadi Revan untuk segera menjemput atasannya yang sekarang sudah tidak sadarkan diri akibat kebanyakan meneguk minuman beralkohol yang jenis kadarnya tinggi.
Tidak lama kemudian Delon datang ke tempat yang sudah di beri tahu oleh Seno tersebut, tidak susah bagi Seno untuk menemui tuanya di tempat keramaian seperti ini bahkan dirinya dengan mudah menemukan tuanya yang sedang tidak sadar seperti ini bahkan saat ini tuannya tersebut sedang merancau tidak jelas, Delon begitu kasihan melihat sisi lain dari tuannya itu.
"Tuan ayo kita pulang," ajak Delon sambil merangkul pundak tuanya itu.
"Pak Seno terima kasih banyak sudah menghubungi saya," ucap Delon.
"Jaga bos mu itu, kayaknya dia saat ini sedang tidak baik-baik saja," ucap Seno sambil tersenyum mengejek.
Setelah itu Delon langsung membawa tuannya tersebut keluar dari kerumunan orang-orang yang sedang mencari kesenangan itu, setelah berhasil membawa tuannya keluar, saat ini Delon di pusingkan kembali mau dibawa kemana tuannya ini tidak mungkin dirinya harus membawa pulang ke rumah tuanya dalam keadaan mabuk seperti ini, malah akan menjadi masalah besar nantinya, sempat terbesit ingin membawa Revan ke apartemen milik tuannya itu, tapi lagi-lagi dirinya tidak membawa access card milik tuannya itu, pada akhirnya Delon memutuskan untuk membawa ke apartemen miliknya saja toh ini hanya satu malam saja.
"Ayo tuan kita keluar," ajak Delon sambil merangkul pundak tuanya itu.
"Kamu bawa aku kemana?" tanya Revan masih sadar meskipun dalam keadaan sempoyongan seperti ini.
"Ke apartemenku tuan," jawab Delon.
"Ya sudahlah." Hanya itu kata-kata yang keluar saat ini.
Revan sudah pasrah mau dibawa kemana saja dengan asisten pribadinya itu, karena untuk saat ini dirinya memang benar-benar sempoyongan meskipun kesadarannya masih ada tapi tubuhnya sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.
Delon pun membawa masuk Revan ke apartemen miliknya kemudian dirinya langsung membawa ke kamar tamu yang ada di apartemennya ini, sejenak dirinya berpikir untuk menghilangkan mabuk alkohol yang ada di tubuh atasannya itu, dengan sigap akhirnya Delon membawa air lemon agar di minum Revan untuk merendahkan mabuk alkohol dalam tubuhnya.
"Tuan ayo segera minum air lemonnya," pinta Delon.
Revan tidak menjawab tapi dirinya mau untuk meminum air lemon yang di perintah oleh asisten pribadinya itu, satu gelas dia teguk begitu saja setelah selang beberapa menit akhirnya Revan mulai merasa sedikit enakan, lalu dia mulai berucap.
"Delon biarkan malam ini saya menginap di rumahmu saja," ucap Revan yang di angguki oleh Delon.
*****
Keesokan harinya, tubuh Revan sudah merasa pulih kembali, kali ini dirinya harus cepat-cepat pergi ke kantor karena ada hal yang penting yang harus dia selesaikan, ketika Revan sedang berjalan di lorong apartemen bersama dengan asisten pribadinya, tiba-tiba saja dirinya tidak sengaja menabrak seorang gadis berhijab yang masih belia.
"Bruk ...." Suara benturan tubuh mereka.
"Auuu, sakit," lenguh gadis tersebut.
"Maaf nggak sengaja," ucap Revan.
"Om kalau jalan lihat-lihat dong! Nih lihat kaki aku sampai sakit seperti ini," ucap gadis itu yang masih dalam posisi terduduk.
"Ayo berdiri," ajak Revan sambil mengulurkan tangan.
"Nggak usah, maaf bukan muhrim!" tolak gadis itu sambil berdiri dengan sendirinya.
'Ini anak kok ngeselin bener ya masih untung aku bantuin,' gerutu Revan dalam hati.
"Permisi Om mau lewat," ucap gadis itu yang di angguki oleh kedua pria di hadapannya itu.
Revan mulai melanjutkan kembali langkah kakinya, sedangkan Delon sedang menahan senyumnya karena melihat wajah tuanya yang sudah kesal karena kejadian tidak terduga seperti barusan.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Revan dengan nada datarnya.
"Nggak ada tuan," sahut Delon sambil menggelengkan kepalanya.
"Jangan bilang kamu sedang menertawakan ku, gara-gara gadis kecil itu," ucap Revan yang membuat Delon terdiam.
"Maaf Tuan."
"Heeemb." hanya itu yang keluar dari mulut Revan.
Saat ini keduanya sudah memasuki mobil yang di kendarai oleh Delon, tidak butuh waktu lama karena memang jarak apartemen Delon dan kantor yang begitu dekat sehingga tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di depan gedung pencakar langit itu.
Revan dan Delon mulai masuk ke dalam gedung pencakar langit itu, semua mata tertuju dan menunduk kepada pria berkharisma itu, bahkan sesekali dari mereka ada yang menyapa meskipun atasannya terlihat sangar tapi Revan di kenal juga sebagai atasan yang ramah terhadap para karyawannya.
"Gimana apa orang-orang mu sudah menemukan apa yang aku pinta kemarin?" tanya Revan ketika sudah sampai di dalam ruangannya.
"Sudah Tuan nanti malam Tuan datang saja di apartemen Setiabudi Garden," jawab Delon.
Tersirat senyum licik di sudut bibir Revan entah apa yang akan dia lakukan nanti, yang pasti dirinya akan memberi pelajaran kepada seseorang yang sudah mengkhianati dirinya.
"Tunggu saja kejutan dariku," gumam Revan, dengan senyum liciknya.
Selamat malam teman-teman, bab ini masih tentang Revan ya, semoga kalian suka. Selamat membaca .....
masa para tamu meninggal.. bisa jadi berita spiral nanti 🤣
itu nama Kakeknya Nabila ya?🤔
Berarti sebentar lagi aku punya cicit 🤣🤣🤣 halu super #mode_on
.
kalau mengaduh.. itu artinya protes. dan kita diharamkan protes pada takdir dan ketetapan Allah