mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Veron
Aku tak lagi merasakan tubuhku. Kesadaranku tenggelam jauh ke dalam kegelapan, seperti ditelan oleh lautan tanpa dasar. Yang ada hanyalah kehampaan. Tapi di balik itu, sesuatu sebuah kekuatan mengalir deras dalam diriku, seolah sudah lama tertahan, menunggu untuk dilepaskan. Aku tak mengendalikan tubuhku lagi. Dan entah bagaimana, di tengah kehampaan ini, aku tahu: aku telah berubah.
Dari sudut mata Veron, aku bisa melihat bagaimana tubuhku kini melayang di udara. Simbol-simbol aneh menyala terang di seluruh tubuhku, seakan-akan tubuhku dipenuhi oleh ukiran mistis yang bercahaya merah gelap. Khususnya di punggungku, sebuah simbol besar berbentuk garis bintang memancarkan aura yang mengintimidasi. Rasanya... seperti aku bukan lagi diriku sendiri.
Langit di atas mulai berubah. Awan-awan berputar cepat, gelap, disertai suara gemuruh yang semakin keras. Seolah-olah alam pun merasakan dampak dari kekuatan yang bangkit dalam diriku. Angin bertiup kencang, menderu di sekitar kami, sementara petir merah melintas di langit seperti naga liar yang tak terkendali.
“Apa ini!?” Veron menatapku, wajahnya berubah, campuran antara kebingungan dan ketakutan. Tapi aku, atau lebih tepatnya sosok yang sekarang menguasai tubuhku, tak menunjukkan emosi apa pun. Hanya pandangan dingin yang memancar dari mataku yang kini bersinar merah.
"Zraaak!" Dengan satu gerakan pelan, aku mengarahkan tanganku ke langit. Saat itu juga, sebuah kilatan petir merah memotong langit, menyerbu ke bawah seperti tombak api dari neraka. "Ctarrrr!" Petir itu langsung menghantam Veron dengan kekuatan dahsyat, menghancurkan setiap pertahanan yang coba dia bangun.
Veron berusaha menangkis dengan sayapnya, mencoba menghalangi serangan petir itu. "Bzzzt!" Sayapnya terbakar hebat, hangus, dan tak lama kemudian runtuh ke tanah, meninggalkan aroma daging yang terbakar di udara. “Arghhh!” teriaknya penuh kesakitan. Matanya membelalak, jelas terkejut oleh kekuatan yang baru saja dilepaskan oleh tubuhku. Tapi tatapan dinginku tetap tak berubah, seolah serangan ini hanyalah pemanasan.
Di tengah rasa sakitnya, Veron mulai memahami apa yang sebenarnya dia hadapi. Dia menatap simbol-simbol yang bercahaya di tubuhku, terutama simbol di punggungku yang memancarkan cahaya bintang yang begitu kuat. “Simbol ini...” gumamnya dengan napas tersengal, “Ini... teknologi dari Zaman Keemasan. Eksperimen yang seharusnya sudah hilang... ribuan tahun lalu.” Suaranya dipenuhi dengan keputusasaan yang perlahan menggeliat ke permukaan.
Veron akhirnya tersadar bahwa kekuatan yang terbangkitkan dalam tubuhku bukanlah hal yang biasa. Ini adalah sesuatu yang jauh di luar jangkauan kekuatannya, sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan bangkit lagi di dunia ini. “Akhir dunia... sudah dekat,” desisnya, suaranya rendah dan penuh kepasrahan. “Dengan kemunculan makhluk seperti kau... dunia ini akan hancur.”
Aku, atau sosok yang mengendalikan tubuhku, hanya melayang diam di udara. Tidak ada kata-kata yang keluar, hanya kekuatan yang semakin membara. Langit di atas kami menggelegar lebih hebat lagi, petir menyambar-nyambar, dan badai mulai berkumpul di satu titik di atas kepalaku. Dengan gerakan pelan namun penuh kuasa, aku mengangkat kedua tanganku ke langit.
Awan gelap yang berputar kencang seolah-olah merespon perintahku. "Cctaarrrr!!!" Sebuah petir merah raksasa tersedot turun dari langit, langsung menuju ke punggungku, seperti diserap oleh simbol berbentuk bintang yang menyala terang. Cahaya petir itu menyebar ke seluruh tubuhku, memberiku energi yang begitu besar, seolah tubuh ini adalah wadah yang tak pernah bisa dipenuhi sepenuhnya.
Veron, yang sudah pasrah, menatapku dengan mata yang dipenuhi ketakutan. Dia jatuh berlutut, wajahnya mencerminkan kepasrahan total. “Ini... akhirnya...” bisiknya pelan, tak mampu berbuat apa-apa lagi. Dia tahu, nasibnya sudah tertulis.
Dengan satu gerakan cepat, aku mengarahkan kedua tanganku ke arah Veron. Petir merah yang tersedot ke tubuhku mulai berdenyut hebat, berkumpul di tanganku. "Cttaarrr!!!" Dalam satu detik, aku melepaskan serangan terakhirku. Dua aliran petir merah yang sangat dahsyat keluar dari tanganku, mengarah langsung ke Veron yang kini tak berdaya.
"Boom!!!" Petir itu menghantam tubuh Veron dengan kekuatan yang luar biasa, menciptakan ledakan dahsyat yang mengguncang seluruh area pertarungan. Tanah di sekitarnya meledak, membentuk kawah besar, seolah-olah dunia ini tak bisa menahan kekuatan yang baru saja dilepaskan. Suara ledakan itu begitu keras, menggema hingga ke tempat-tempat jauh.
---
Di tempat lain, Lady Evelyne sedang berada dalam perjalanannya, menunggangi kudanya dengan cepat di sepanjang jalan hutan. Tiba-tiba, dia berhenti, tubuhnya menegang. “Boom!” Suara ledakan dari kejauhan menggema ke seluruh wilayah, membuat tanah di bawah kakinya sedikit bergetar.
Dia menoleh ke arah asal suara, matanya menyipit, menatap ke kejauhan dengan cemas. “Apa yang terjadi di sana?” gumamnya pelan. Wajahnya dipenuhi kecemasan. “Semoga... Kaelan selamat,” tambahnya, sebelum memacu kudanya lebih cepat lagi, menuju arah ledakan itu.
---
Kembali ke lokasi pertarungan, saat asap ledakan perlahan menghilang, kawah besar terbentuk di tanah. Petir masih berdenyut pelan di sekitar kawah, meninggalkan jejak-jejak merah di udara. Namun, di tengah kehancuran itu, aku atau lebih tepatnya sosok yang kini mengendalikan tubuhku tetap berdiri di tengah-tengah, melayang di udara, tanpa emosi. Petir di sekelilingku berdenyut pelan, mengitari tubuhku seperti api yang tak pernah padam.
Dan Veron... dia sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah jejak tubuh yang hangus di tanah, bukti dari kekuatan yang baru saja dilepaskan.
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏