Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.
Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.
"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio
----
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 - Sendiri
Tubuhnya terasa remuk karena peperangan semalam, pelan-pelan Zia membuka matanya. Sejenak butuh waktu untuk mengumpulkan nyawa, tempat tidur terbaik yang pernah dia tempati.
Hotel bintang lima, istimewa sekali dia tadi malam. Wanita itu duduk kemudian menggerakkan lehernya. Tidak ada siapa-siapa di sini, hanya sendiri dan dia menatap ke sisi tempat tidurnya.
Wanita itu tersenyum getir, pria yang semalam memeluknya hangat tidak dia temukan lagi. Hanya ada sebuah paper bag hitam di sana, Valenzia meraih benda itu untuk memastikan apa isinya.
Satu set pakaian lengkap dan bisa dipastikan sangat pas dengan tubuhnya. Mikhail cukup mudah mengingat dan memastikan ukuran pelengkapan Valenzia.
Secarik kertas ada di bagian bawahnya, tulisan tangan yang begitu rapi dan sangat cantik di mata Valenzia. Sebuah ucapan selamat pagi dan kalimat pamit yang mengutarakan dia harus ke kantor lebih dulu.
Tidak ada kata maaf karena meninggalkannya, namun di sana Mikhail meninggalkan beberapa lembar uang dengan jumlah yang tak sedikit untuk ongkos dan makan Valenzia hari ini.
"Ck, dasar curang."
Dengan langkah yang begitu pelan dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak mungkin bisa pergi hari ini, matahari sudah meninggi bahkan hampir tengah hari.
Rekor bangun paling terlambat dan bisa dipastikan pesan dari Zidan akan menumpuk di ponselnya. Usai dengan acara mandinya, Valenzia menghidupkan ponselnya.
Sesuai dugaan, teman-temannya dan Zidan panik lantaran dia tidak berada di kantor. Erika sudah mengirimkan caci maki padanya, sementara 75 panggilan dari Zidan membuat hatinya teriris seketika.
Tak ingin membuat kekhawatiran mereka berlanjut, Valenzia mengirimkan pesan kepada keduanya jika dia baik-baik saja. Bukan hilang atau hanyut terbawa arus sebagaimana dugaan Erika.
Masih banyak yang menyayangi dia, meski sang ibu luar biasa acuh tentang dirinya. Akan tetapi adanya Zidan dan beberapa sahabatnya cukup untuk membuat Valenzia merasa berharga.
Baru saja hendak menutup ponselnya, satu pesan masuk dan itu adalah Mikhail. Jemarinya spontan membuka jendela percakapan dan hal itu membuat dia seakan menantikan pesan Mikhail.
"Sial!! Ngapain dibuka sekarang oon!!" Zia tengah merutuki kebodohannya.
Jangan lupa makan, tubuhmu tipis sekali.
Sebuah pesan singkat yang menurut Valenzia mengandung penghinaan itu terpampang jelas. Semudah itu Mikhail mengetiknya tanpa beban, Valenzia kembali mematikan ponselnya. untuk membalas pesan itu dia terlalu malas.
Tidak ingin terlalu lama di sini, Zia segera bersiap untuk pergi ke kafe siang ini. Sengaja lebih cepat, karena dia merasa tidak punya tujuan lain kecuali tempat itu.
Meninggalkan hotel dengan langkah panjangnya, sama sekali dia tidak berniat untuk melihat ke belakang. Perutnya sedikit keroncongan, dan tenggorokannya memang terasa kering.
Cuaca panas dan rasa lapar yang begitu menyiksa membuatnya khilaf dan memesan beberapa makanan untuk siang ini. Balas dendam lantaran sejak tadi malam perutnya tidak terisi.
Lumayan, makan siang kali ini dia menggunakan uang tambahan dari Mikhail. Jadi tidak akan mengusik sisa uang yang ada rekeningnya saat ini.
Sejenak dia bisa melupakan apa yang terjadi, pada akhirnya dia tidak sesedih itu. Mungkin karena Mikhail memperlakukannya sebaik itu.
"Zia."
"Syakil?!! Kok bisa ketemu di sini?" Bibirnya bahkan belepotan terlalu menikmati makan siangnya.
"Ya bisalah, kamu yang kenapa bisa di sini, Zia ... bukannya kamu magang perusahaan besar itu ya, apasi namanya lupa aku." Pria itu menarik kursi di hadapan Zia tanpa menunggu dipersilahkan.
"Hm, MN Group ... lupa terus padahal nanya mulu," gerutu Zia menatap kesal pria itu, salah satu mahasiswa paling mencolok dengan ketampanannya yang kerap digadang-gadangkan sebagai blasteran surga.
"Iya itu, kenapa mau si, Zi?"
"Nggak kenapa-kenapa, cuma tertarik aja siapa tahu nanti lulus bisa kerja di sana," jawab Zia langsung pada intinya, memang itu yang dia inginkan sejak dulu.
"Aku bisa membuatmu lebih dari karyawan di sana," ungkap Syakil dengan wajah serius namun akan tetap selalu dianggap candaan oleh Zia.
"Caranya?"
"Jadi istriku dulu," jawabnya seenteng itu, dia tengah berusaha kembali menaklukan hati Zia.
"Dih, memangnya kamu siapa? Anak yang punya?"
"Hahaha nggaklah, aku cuma becanda, Zi." Syakil tertawa sumbang kemudian, tampaknya memang sulit menggantikan Zidan dari benak Zia.
"Sudah kuduga," ucap Zia kembali menyantap makan siangnya, seorang Syakil memang selalu bercanda hingga Zia bingung mana kalimat dia yang bukan candaan.
"Kalau aku benar-benar anak yang punya, memangnya kamu mau jadi istriku?" tanya Syakil kemudian, dia menatap lekat mata itu. Daya tarik wanita yang telah dimiliki pria lain memang berbeda.
"Tetap nggak bisa, Zidanku mau dikemanain nanti."
Seperti yang Syakil duga, jawaban Zia akan selalu sama. Ini adalah alasan kenapa Syakil tertarik pada Zia, kesetiaannya tidak perlu diragukan, beruntung sekali pria yang berhasil memilikinya kelak.
-
.
.
.
Wajah masam Mikhail perlihatkan tanpa peduli tatapan orang-orang di sana. Baru kali ini ada seseorang yang berani mengabaikan pesan darinya. Hanya dibaca, dan bahkan setelah 20 menit dia menanti balasan ponselnya belum bergetar juga.
"Menyebalkan sekali!! Dia jual mahal? Hah? Awas kalau ketemu, kubuat tidak bisa berjalan."
Dia mengomel, meski tak begitu besar akan tetapi karena jarak mereka cukup dekat jelas saja bisa di dengar beberapa orang di sana.
"Ada masalah apa, Pak Mikhail?" tanya salah satu rekan bisnisnya hati-hati, sejak tadi wajah Mikhail memang sedikit menakutkan.
"Ehem, ti-tidak, Pak ... maaf, saya boleh permisi ke toilet dulu." Mikhail tak bisa menahan kekesalannya saat ini, namun dia juga tidak bisa melampiaskan kemarahannya pada mereka.
"Silahkan," ujar pria tampan yang merupakan pemilik restoran tempat dimana mereka makan siang kali ini.
Mikhail meninggalkan mereka dengan dada yang terasa sesak. Oksigen di sini seakan tak cukup untuknya. Berkali-kali dia tatap layar ponselnya kini, dia menatap tak percaya lantaran pesannya benar-benar tak berbalas hingga detik ini.
"ZIA!!" teriaknya kesal lantaran wanita itu tak segera mengangkat teleponnya, tampak sengaja menghindari pria itu hingga kekesalan Mikhail kian menjadi.
Satu kali, dua kali, tiga kali dan kini kali ke empat dia menghubungi Zia. Pria itu memejamkan mata ketika suara halus itu terdengar olehnya. Bagai menemukan angin segar, Mikhail menghela napas kasar kini.
"Kamu sengaja?" tanya Mikhail tanpa menjawab sapaan Zia yang sudah berusaha sopan padanya.
"Saya makan siang, Pak ... bukannya Bapak sendiri yang bilang kalau tubuh saya tipis?!!"
Dia tidak menjawab, hanya menggigit bibirnya kecil kemudian menarik sudut bibir. Yang melihat tingkahnya kini tentu menganggap Mikhail kurang waras.
"Siapa? Zidan?" Senyum itu mendadak hilang, dia mendengar suara orang lain di seberang sana.
"Kamu bersama pria lain, Zia?" Rahangnya mengeras kala mendengar Valenzia menjelaskan kepada seseorang yang di sana bahwa yang menelpon bukan siapa-siapa.
"Apa, Pak? Nggak jelas, di sini banyak angin !!" teriak Zia membuat telinga Mikhail sakit seketika.
Tuuut tuuut
"Zia? Ziaaaaa!!"
Tbc
Seperti biasa, othor bawain rekomendasi buat kalian.