Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 kegelisahan yang di pungkiri
Jenazah Seno tiba di rumah duga telat pukul 08 pagi, di sini Shafina mencoba untuk tegar sekuat mungkin dirinya menahan rasa sakit yang sejatinya sangat rapuh untuk dia hadapi.
Apalagi ketika dirinya melihat seorang gadis kecil yang mungkin sedikitnya masih kurang memahami apa itu kematian. Chantika gadis kecil itu terlihat kebingungan melihat cinta sejatinya sedang tidur dan tidak bangun-bangun.
"Mama kenapa Papa tidur terus tidak bangun-bangun?" tanya seorang anak yang sejatinya ayahnya telah tidur untuk selamanya.
"Sayang, Papa sedang tidur jangan ganggu ya," sahut Shafina, dia bingung harus menerangkan bagaimana terhadap anaknya.
"Tapi kenapa para tetangga berdatangan dan dia sambil menangis melihat Papa," tunjuk anak kecil itu.
"Om, Om Gilang, Papa kenapa?" tanya gadis kecil itu yang beralih bertanya kepada Gilang karena dengan ibunya tidak mendapat jawaban yang sesungguhnya.
"Sayang ... Kamu harus kuat ya, Om yakin Chantika anak yang kuat, Papa telah pulang ke rumah Allah," ucap Gilang dengan hati-hati.
"Maksudnya Om." gadis kecil itu mulai kebingungan.
"Sayang, Papamu sudah meninggal," jujur Gilang, dia tidak mau menutupi semua, baginya Chantika berhak tahu agar tidak kaget nantinya.
"Apa! Berarti Papa pergi meninggalkan Mama dan Chantika!" pekik gadis kecil itu.
Gilang tidak menjawab pria itu hanya mendekap tubuh kecil itu memberikan sandaran yang nyaman terhadap anak dari sahabatnya itu.
"Papa, jangan tinggalkan Chantika, Tika janji tidak akan jadi anak yang nakal, tapi Papa jangan pergi," ungkap gadis kecil itu.
jenazah Seno mulai di antar ke pemakaman umum, semua tetangga turut mengantarkan karena selama lima tahun hidup di pulau Sumatera Seno terkenal sebagai orang yang ramah dan suka menolong tetangga yang sedang kesusahan meskipun kehidupannya di sini begitu sederhana.
Bahkan semua orang di sini turut kehilangan akan sosok Seno, di hadapan pusara suaminya, Shafina berusaha tegar dan kuat semua ini dia lakukan agar Sang buah hati juga tidak terlalu larut dalam kesedihan.
Pemuka agama sudah selesai membacakan doa untuk almarhum Seno semua orang satu persatu sudah mulai meninggalkan makam, dan tinggallah Shafina dan Chantika beserta Gilang dan keluarga kecilnya.
"Mas, tenanglah di sisi Allah, kamu orang baik, pasti Allah akan menempatkan mu di tempat yang indah, yaitu surganya Allah," ucap Shafina sambil memegangi baru nisan suaminya.
"Papa bobok yang nyenyak ya, pasti setiap hari Tika akan menyambangi Papa di sini," ucap bocah kecil itu.
Gilang pun langsung mengajak keduanya untuk pulang karena hari sudah mulai siang sinar mentari begitu terik, maka dari itu Gilang segera menyuruh Shafina ikut pulang bersamanya.
Sesampainya di rumah Shafina, ibu dan anak itu terasa diam, biasanya di rumah sederhana ini selalu ada Sang ayah yang menemani, dua wanita beda generasi ini seakan ada yang berbeda ketika separuh nyawanya pergi untuk selamanya.
"Ma, apa Papa di sana bahagia?" tanya Chantika.
"Insya Allah Papa bahagia, karena beliau orang yang sangat baik," jelas Shafina.
******
Di tempat lain saat ini Sabrina di landa kegelisahan, pasalnya wanita paruh baya itu sudah tahu tentang kabar duga mengenai anaknya, tapi apalah daya gengsi mereka yang kebesaran membuat dirinya enggan untuk bertandang ke pulau Sumatera.
Meskipun di dalam mulutnya dia menyangkal kalau anaknya sudah tidak ada waktu lima tahun yang lalu, tapi naruli sebagai seorang ibu tidak bisa di bohongi dia merasakan kesedihan yang sebenarnya sangat mendalam.
"Kamu sudah pergi, aku sudah tidak punya anak lagi, stop membayangi pikiranku." Sabrina selalu meyakinkan dirinya.
Sedangkan Arga dirinya hampir saja sama seperti Sabrina merasakan kehilangan tapi tidak dengan mulutnya, mulutnya berkata kalau dirinya sudah tidak peduli lagi dengan nasib sang anak, baginya Seno sudah mati sejak dulu.
"Ma, sudah jangan pernah memikirkan dia lagi, dia yang sudah memilih untuk tidak hidup bersama kita, bahkan waktu itu dia tidak pernah berpikir kalau kita sangat menyayangi dirinya," tegas Arga kepada istrinya.
"Pa tapi semalam aku bermimpi, sebenarnya ada rasa rindu, tapi itu semua sudah aku tepis, mama sangat benci di perlakukan seperti itu terhadap anak yang susah payah kita dapatkan," terang Sabrina.
"Bener banget, kita sudah memutuskan untuk tidak menganggapnya ada, jadi tidak usah menangisi kepergiannya," ungkap seorang Arga yang masih Keukeh dengan pendiriannya.
Mungkin mereka contoh orang tua yang tidak memiliki hati nurani, hanya karena anaknya tidak mau menuruti keinginannya mereka berdua seolah membuat kesepakatan sendiri untuk benar-benar merupakan Seno, anak semata wayangnya.
******
Malam harinya, angin malam begitu dingin menusuk relung hati Sabrina, semenjak tadi malam wanita ini tidak bisa tidur nyenyak rasa gelisah di hatinya kian menderu menganggu ketenangan batinnya.
Meskipun dia mencoba untuk membohongi kenyataannya tapi tidak dengan hatinya, rasa penyesalan akan sikap egoisnya sebenarnya ada hanya saja dirinya tidak mau untuk mengakui semua.
"Perasaan apa ini," gumam Sabrina.
Weeesh!!!
Angin malam seakan menyeruak membuat hatinya kian bergetar entah perasaan apa yang saat ini menderanya tapi untuk saat ini hatinya tidak baik-baik saja matanya singkron langsung mengeluarkan air mata, entah sedih atau bagaimana, biarlah Sabrina sendiri yang mengetahui perasaan itu.
"Jangan ganggu perasaan Mama, mama sudah ikhlas dengan kepergianmu," terang Sabrina.
Lama kelamaan wanita paruh baya itu tertidur, di dalam tidurnya dia bertemu dengan anaknya bahkan di dalam mimpi tersebut Seno mengenakan pakaian putih wajahnya sangat berseri.
Anak itu hanya tersenyum manis di hadapannya, ada rasa rindu yang ingin Sabrina sampaikan, hanya saja semakin Sabrina mendekat Seno semakin jauh dari jangkauannya.
"Sayang, Mama rindu Nak," ucap Sabrina.
Seno hanya tersenyum simpul, lalu mulai melangkahkan kakinya, " kalau Mama rindu temui aku di pulau Sumatera," ucapnya setelah itu bayangan Seno menghilang dari pelupuk mata.
"Sayang, jangan pergi Mama kangen, maafkan mama," ucap Shafina.
Tanpa di sadari Sabrina terbangun dalam keadaan keringat membasahi tubuhnya serta pipinya yang sudah basah karena air mata.
"Hah, mimpi apa aku ini, Seno apa kamu ingin mama datang, menengokmu di sana?" tanya Sabrina terhadap dirinya sendiri.
"Ma kenapa?" tanya Arga yang ikut terusik dengan kecemasan istrinya.
"Pa, mama bermimpi bertemu dengan Seno dia berkata kalau mama rindu maka temui lah dia di pulau Sumatera," adu Sabrina.
"Memangnya mama rindu kepada Seno?" tanya Arga.
"Sebenarnya sih iya," ucap Sabrina hati-hati.
"Ya kalau rindu datang saja besok Papa temani," sahut Arga yang sejatinya juga sangat rindu.
"Tujuan kita kesana hanya untuk Seno Pa, jadi tidak usah kita pedulikan wanita ular itu dengan anak haramnya," cetus Sabrina.
"Baiklah kalau itu kemauan Mam," Terang Arga.
🌹Bersambung 🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤