NovelToon NovelToon
Malam Yang Merenggut

Malam Yang Merenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: megawati

Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.

"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.

"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.

Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.

Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

Aleta bergegas mengajak Dara menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Pada saat Aleta telah duduk di belakang kemudi, empat orang pria terlihat mendekati mobil mereka.

BRAK!

Salah satu pria menutup kembali pintu yang telah Dara buka.

"Apa yang anda lakukan?" Pekik Dara.

Aleta yang baru sadar ada bahaya di sekitarnya, segera membuka pintu untuk menyelamatkan Dara. Tetapi, salah satu pria berbadan paling besar menghalangi pintu itu agar dia tak bisa keluar dari sana.

"Minggir kalian! Ra, cepet masuk!" Ucap Aleta terlambat membuka pintu di sisi Dara berada. Pria besar lain telah menghalangi pintu itu lebih dulu.

"Silahkan ikut dengan kami," kata salah satu pria itu kepada Dara.

"Siapa kalian? Jangan macam-macam!" Ucap Dara yang tak melihat celah untuk melarikan diri dari kepungan para pria yang kian bertambah jumlahnya. Di parkiran yang sepi itu, hanya ada mereka saja di sana.

Karena Dara tak mau menurut, mereka pun menyeret Dara dan memasukkannya ke sebuah mobil. Dara meronta-ronta berusaha melepaskan diri seraya melihat mobil Aleta yang dikepung para pria berpakaian serba hitam.

"Tolong! Aleta!" Teriak Dara.

Salah satu pria dari mereka segera membungkam Dara dengan membuatnya pingsan agar mereka mudah membawanya.

***

"Dimana ini?" Ucap Dara langsung duduk terbangun ketika siuman.

Dara kini sedang berada di atas ranjang berukuran besar dan bergaya klasik. Matanya mengedar di sekeliling ruangan untuk mencari tahu dimana dirinya berada.

Di ruangan luas dan terlihat sangat mewah itu, Dara bangun lalu bergerak menuju jendela. Dia sekarang berada di lantai tiga di sebuah rumah besar dan megah dengan halaman yang sangat luas.

Dara mengingat kembali kejadian sebelumnya. Dia dibawa para pria berbaju hitam masuk ke dalam mobil secara paksa. Hingga akhirnya, Dara tak sadarkan diri dan terbangun di tempat asing ini.

"Siapa orang-orang itu? Apakah Arman tahu tentang kehamilannya dan membawanya pergi jauh dari kota? Sebab, Dara tak pernah melihat lingkungan ini sebelumnya.

Tak terlihat ada rumah lain selain tempatnya berada sekarang. Dibalik gerbang besar di depan sana, hanya ada pepohonan dan satu-satunya jalan beraspal.

Dara bergegas menuju pintu setelah mengamati area di sekitarnya. Dia memutar kenop pintu dengan gerakan tergesa-gesa. Namun, pintu itu tak dapat di buka karena di kunci dari luar.

"Tolong, bukain pintunya! Ada orang diluar?" Teriak Dara sekencang mungkin.

BRAK!BRAK!

Dara menggedor pintu dengan dua kepalan tangan. Namun, tak ada tanda-tanda orang yang datang mendekat.

"Siapa pun, tolong aku!" Rintih Dara.

Rasa nyeri di perut Dara kembali terasa. Dengan langkah lemah, Dara kembali duduk di ranjang sambil memegangi perutnya. Berada di tempat asing dan tak tahu siapa yang menculiknya, membuat Dara kehilangan fokus pikiran.

"Tenang Dara. Kamu bisa membahayakan bayi ini kalau terlalu panik", gumam Dara pada dirinya sendiri.

Dara menarik napas dan menghembuskan perlahan, berulang-ulang. Namun, tak ada ketenangan yang dia dapatkan.

"Tas! Dimana tas aku?" Ucap Dara seraya mencari keberadaan tasnya.

Dara mengabaikan rasa sakit di perutnya, lalu mencari tasnya untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Akan tetapi, dia tak menemukan tasnya di seluruh ruangan itu.

Dibukanya lemari besar yang ada di sudut ruangan. Dia harus mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk melarikan diri.

Kosong! Tak ada apapun di dalam lemari itu. Dara memeriksa semua laci dan tak menemukan apapun, seolah kamar itu tak pernah digunakan sebelumnya.

"Bagaimana dengan Aleta? Apa dia baik-baik aja?" Ucap Dara yang baru teringat akan sahabatnya. Rasa khawatir kembali menjalar di sekujur tubuh sehingga membuat bulu kuduknya meremang.

KLAK!

Suara kuncinya pintu di putar dari luar. Dara menahan napas untuk sesaat, kemudian dia tersadar dan mencari-cari sesuatu untuk membela diri.

Tidak ada apapun yang dapat dia gunakan sebagai senjata. Hanya ada perabot besar serta bantal dan guling. Tangan Dara langsung menyambar guling dan akan menggunakannya untuk memukul pria-pria yang menculiknya tadi.

Meskipun benda itu tak dapat menyakiti mereka, Dara dapat menggunakannya untuk mengecoh mereka, lalu kabur saat ada kesempatan.

Dara sudah berdiri dan bersiap-siap menghadapi mereka dengan jantung berdebar-debar hebat. Akan tetapi, orang yang muncul dari pintu bukanlah para pria yang telah menculiknya.

"Selamat malam, Nona. Perkenalkan, nama saya Siska, yang akan melayani anda mulai sekarang." Ucap wanita yang menggunakan seragam pelayan dan lima tahun terlihat lebih tua dari Dara itu membungkuk sopan saat memperkenalkan diri.

Dua wanita berpakaian pelayanan lain datang dari belakang sambil mendorong troli makanan dan satu troli lainnya di tutup kain putih. Di ikuti pria berjas putih yang kemudian mengunci pintu kamar, lalu memasukkan kunci itu ke saku celana.

Dara sempat melihat dua pria berbadan besar menjaga di dua sisi pintu dari luar sebelum pintu di tutup.

"Apa mereka sejak tadi ada disana? Kenapa ngak ada yang menjawab saat aku panggil tadi?" Batin Dara.

Dara memundurkan kaki ketika Siska dan tiga pelayan lainnya mendekat padanya. Dia mengangkat guling sebagai tameng di depan badannya.

Melihat ketakutan dari sorot mata Dara, Siska pun tersenyum hangat padanya.

"Jangan takut, Nona. Kami tidak akan menyakiti Anda. Letakkan guling itu dan berbaringlah di ranjang. Dokter Faizal akan memeriksa kondisi anda." Ucap Siska.

Dara bergeming di tempat. Pria yang dipanggil Faizal itu sigap mengambil guling Dara dan melepaskan dari tangannya dengan mudah.

"Silahkan berbaring, Nona. Anda sempat pingsan tadi. Saya harus memeriksa kondisi Anda," ucap dokter Faizal.

Dengan ragu-ragu sekaligus takut karena Faizal terlihat tinggi dan berperawakan besar, Dara pun menuruti ucapannya. Faizal segera membuka kain putih yang menutupi beberapa alat medis di atas troli.

"Bisakah Anda mengangkat sedikit baju Anda sebentar? Saya hanya akan memeriksa kandungan anda, Nona Dara Vandella." Ucap Dokter Faizal.

Berbeda dari postur dan wajahnya yang menyeramkan, suara Faizal terdengar lembut dan sopan.

"Dia tahu nama aku? Apa mungkin orang-orang ini ada hubungannya dengan keluarga Mama?" Batin Dara.

Dada Dara berdebar-debar semakin kencang. Apakah dirinya sekarang berada di rumah kerabat ibunya?

Dara pernah mendengar jika keluarga ibunya juga berasal dari keluarga terpandang. Bahkan, kekayaan keluarga Vandella setara dengan keluarga Fauza.

Sayangnya, Vina Vandella tak pernah sekalipun mengajak Dara mengunjungi keluarganya. Dara tak pernah tahu, dimana rumah kerabatnya dan bagaimana wajah-wajah mereka.

Dara lantas menaikan sedikit bajunya setelah yakin bahwa orang-orang di depannya memiliki hubungan dengan mendiang sang ibu. Faizal pun segera mengoleskan gel dan memeriksa perut Dara.

"Usia kandungan Anda sudah memasuki 4 Minggu, Nona. Selama Anda disini, saya akan terus memantau kondisi Anda. Jika ada keluhan, saya siap mendengarkan Anda, jangan dipendam seorang diri karena dapat membuat pikiran Anda lelah dan tentunya akan membahayakan kandungan Anda," terang Dokter Faizal.

"Saya juga akan selalu menyiapkan makanan sehat dan memastikan segala keperluan Anda terpenuhi," sahut Siska.

"Nah, silahkan Anda makan malam lebih dulu, Nona," ucap Siska sembari memberikan makanan kepada Dara untuk di makan.

Mendengar cara Faizal dan Siska berbicara, Dara menjadi sedikit tenang. Orang-orang didepannya sepertinya tidak memiliki maksud jahat padanya. Tetapi, tetap saja dia tak tahu dimana dirinya sekarang.

"Ini dimana?" Tanya Dara yang akhirnya bersuara setelah hanya mendengar ucapan Faizal dan Siska.

"Anda akan bertemu dengan pemilik rumah ini besok pagi, tidak sekarang. Kami harus memastikan Anda dalam keadaan sehat dan bisa bicara dengan majikan saya tanpa harus pingsan lagi." Ucap Siska sambil tersenyum kepada Dara.

"Lalu bagaimana dengan teman saya? Orang-orang berbaju hitam tadi mengelilingi mobil Aleta. Apa Aleta juga ada disini? Dimana tas aku? Aku harus menghubungi Aleta sekarang!" Ucap Dara khawatir.

"Anda jangan khawatir. Nona Aleta Rawal sudah sampai di rumahnya dengan selamat. Dan anda tidak diijinkan memegang ponsel sekarang. Anda harus beristirahat total malam ini." Ucap Siska menjelaskan dengan ramah seraya menyiapkan makanan untuk Dara.

Dara menjadi seperti orang penyakitan karena tidak diijinkan makan dengan tangannya sendiri. Siska menyuapi Dara sampai menghabiskan seluruh makanan. Bahkan, Dara tak dibiarkan memegang gelas saat meminum susu untuk ibu hamil.

Setelah selesai, Faizal meninggalkan tempat itu. Dua pelayan wanita lain membawa Dara ke kamar mandi.

"Aku bisa mandi sendiri. Kalian keluar aja." Ucap Dara merasa risih ketika salah satu pelayan hendak membuka bajunya.

"Maaf, Nona. Kami bisa dihukum jika tidak melayani Anda." Ucap salah satu pelayan.

Melihat wajah sendu sang pelayan, Dara pun hanya pasrah menerima pelayanan mereka. Kedua pelayan itu bernama Dinda dan Diana.

Dua pelayan itu terus memuji kulit dan tubuh Dara selama menggosok tubuhnya di dalam bak mandi. Hal itu membuat Dara menjadi semakin tak nyaman karena tak terbiasa dimandikan seperti itu.

Setelah semua selesai, Dara dipaksa berbaring dan tidur biarpun waktu masih menunjukan pukul 8 malam. Dara pura-pura memejamkan mata hingga benar-benar tidur nyenyak.

Ketiga pelayan itu segera keluar dari kamar. Tentu saja, mereka kembali mengunci pintu dari luar agar Dara tidak melarikan diri.

***

Aroma manis menyeruak masuk melalui lubang hidungnya. Dara membuka mata dengan badan yang begitu ringan.

Sudah lama Dara tidak tidur senyenyak ini. Dia meregangkan otot dan siap memulai hari sambil menguap kecil. Hingga Dara tersadar jika dia tak berada di kediaman Rawal.

"Selamat pagi, Nona," sapa ketiga pelayan.

Mereka kembali melayani Dara seperti semalam. Dokter Faizal juga datang dan memastikan Dara meminum semua vitaminnya.

"Saya akan mengantar Anda menemui pemilik rumah ini, Nona. Jika Anda lelah berjalan, saya akan mengambilkan kursi roda untuk Anda," ucap Siska.

"Ngak perlu!" Tolak Dara dengan cepat.

Pada kenyataannya, kaki Dara benar-benar lelah ketika mengikuti Siska yang membawanya entah kemana. Namun, Dara menyembunyikan rasa lelah itu karena tak mau duduk di kursi roda.

"Kita sudah sampai. Silahkan masuk." Ucap Siska seraya membukakan dua pintu berukiran mewah dihadapan mereka.

Dara pun masuk ke dalam ruangan itu, tetapi tidak ada seorang pun di sana. Dia lalu duduk di sofa yang begitu empuk dan sepertinya jarang sekali di duduki.

Matanya sibuk mengamati setiap interior yang ada di dalam ruangan itu. Hingga dia tak sadar ada dua orang yang masuk ke dalam.

"Dara Vandella," panggil seorang wanita.

Dara menoleh ke arah datangnya suara. Dia mengerutkan kening kebingungan. Siapa dua orang itu? Dara belum pernah melihat pria dan wanita itu sebelumnya.

Rasa kebingungan Dara segera berubah menjadi keterkejutan yang teramat hebat ketika satu orang lainnya ikut masuk dan berdiri di tengah pria dan wanita itu. Jantung Dara seakan berhenti berdetak saat melihat sosok yang familiar di hadapannya.

"Ini ngak mungkin! Dia kenapa bisa ada disini? Apa semua ini?" Batin Dara kebingungan.

"Ada apa ini? Kenapa Anda ada di sini?" Tanya Dara dengan suara melengking tinggi hingga dia berdiri menegakkan badan untuk menuntut jawaban.

Pasangan suami istri pemilik rumah tersebut duduk di depan Dara. Dara pun juga ikut duduk sambil masih menatap lekat mata milik pria didepannya.

"Kenapa? Apa aku ngak boleh ada di rumah orang tuaku sendiri?" Tanya pria itu dengan santai sambil tersenyum. Dia kemudian duduk di samping Dara.

(Hmm, kira-kira siapa yah yang menculik Dara? Dan siapakah orang yang membuat Dara terkejut atas kedatangannya? Tunggu next partnya ya...)

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!