NovelToon NovelToon
Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / One Night Stand / Selingkuh / Teen Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lifahli

"Mengemislah!"

Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.

Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Tertangkap Basah

...Happy reading!...

...•••...

Dini hari tadi, Kirana merasakan sentuhan halus di keningnya. Walaupun matanya terasa sangat berat dan kesadarannya semakin hilang karena kantuk yang mendalam, ia masih bisa merasakan hangatnya sentuhan bibir Ailard di keningnya.

Kirana sungguh tidak mengerti mengapa Ailard bersikap seperti itu. Namun, justru itulah yang membuatnya khawatir. Yang ia takuti adalah jika pria itu tak pernah ingin melepaskannya.

Jika Ailard merasa Kirana telah menyentuh batas toleransinya, begitu pula Kirana yang merasakan harga dirinya terkoyak hingga titik terendah. Ia teringat kejadian panas tadi malam yang untuk pertama kalinya membuat Kiran menangis di bawah kungkungan Ailard, dan untuk pertama kalinya pria itu menampilkan raut wajah yang seolah menyiratkan penyesalan. Meski begitu, Kirana tak sepenuhnya yakin akan hal itu.

"Kamu itu pelac*r saya, tetap jadi pelac*r saya selamanya!"

Dan ketika ucapan itu tersemat, Kiran tak kuasa menahan sesak di dadanya untuk yang pertama kali. Bukan, bukan karena ada perasaan emosional terhadap pria yang sedang menggempurnya itu, melainkan karena kesadaran yang menusuknya—betapa ia telah kehilangan kendali atas hidupnya sendiri. Kata-kata Ailard seperti rantai yang membelenggu, menegaskan kepemilikannya atas Kirana seolah ia tak punya pilihan untuk keluar dari jeratan ini.

...•••...

Empat hari tanpa kabar dari Ailard, pria itu bak menghilang setelah kepergiannya untuk perjalanan dinas. Tentu Kiran sangat tak peduli, ia tetap berada disana karena urusannya belum selesai, hutangnya belum terbayarkan. Menunggu sebentar lagi, ia tengah menunggu sebentar lagi untuk kembali menjalani hidupnya dengan tentram seperti tahun-tahun sebelum tiga tahun hidup bersama pria dominan itu.

"Dua hari lagi, nanti keluarga besar berkumpul dirumah Ailard. Tolong jaga cucu ibu, Rosemary ya Kiran. Kamu tahu sendiri kan Rose tidak terlalu menyukai keramaian." Ucap Tiara pada Kiran yang saat ini tengah menyambangi rumahnya atas keinginan dari Rose yang ingin bertemu neneknya.

Kirana tersenyum tipis, mengangguk paham. "Baik, Bu. Saya akan pastikan Rose merasa nyaman."

Tiara tersenyum lembut, menggenggam tangan Kirana seolah menyiratkan rasa percaya yang tulus. "Terimakasih ya, ibu bersyukur lho kamu bisa bantu membesarkan Rose selama tiga tahun ini."

"Ibu tidak perlu berterima kasih, Bu. Rose sudah seperti anak saya sendiri," jawab Kirana dengan nada tulus.

Tiara menatapnya dengan mata berkaca-kaca, seolah menyadari betapa dalamnya hubungan Kirana dan Rose. "Ibu tahu. Rose sangat beruntung punya kamu, Kirana. Kadang ibu berpikir, kamu lah yang sebenarnya cocok menjadi ibu bagi cucu ibu."

Kirana hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaan yang bercampur aduk di hatinya. "Tidak, Bu. Saya hanya menjalankan tugas dan tanggung jawab saya. Tapi, bagaimanapun juga, saya bukan ibu kandungnya. Rose pasti akan selalu membutuhkan kehadiran ibu kandungnya yang sesungguhnya."

Tiara mengangguk pelan, "iya kamu benar," ada jeda dari ucapannya, ia menarik napas sejenak sebelum kembali melanjutkan bicara. "Tapi putra ibu, Ailard, ia tidak mau Rose mengetahui siapa ibu kandungnya. kedengarannya egois memang, tetapi sebenarnya ia tidak mau menghadapi masalalunya itu. Ailard menjadi pribadi yang berbeda, ia jadi lebih dingin. Padahal... dulu ia sangat hangat, banyak tertawa, suka bercanda. Ibu berharap suatu saat nanti hatinya yang sekeras batu bisa melembut lagi," lanjut Tiara, suaranya penuh harapan.

"Ibu tahu, sulit bagi Ailard untuk membuka diri lagi, tapi ibu selalu berharap akan ada seseorang yang bisa mengubahnya. Seseorang yang bisa melihat sisi baik di dalam dirinya, seperti yang dulu ibu lihat."

Kirana terdiam, merasa ada beban tak terlihat yang dititipkan kepadanya. Meski selama ini ia sering merasa tertekan oleh sikap Ailard, ia juga tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa pria itu menyimpan luka yang dalam. Namun begitu ia sudah melewati batas toleransinya.

"Ibu yakin," Tiara melanjutkan, "di dalam dinginnya sikap Ailard, masih ada cinta dan kelembutan yang dia sembunyikan."

Kirana hanya bisa tersenyum tipis, sekalipun ibunya pria itu langsung yang mengatakan tentang kelembutan putranya dimasa lalu, namun tidak dapat mengubah tentang apa yang sudah pria itu lakukan padanya.

"Semoga saja Bu."

...•••...

Riuh rendah suara keluarga besar Wiratama terdengar memenuhi setiap sudut rumah milik Ailard. Tawa, obrolan hangat, dan suara anak-anak berlarian menyatu dalam kebahagiaan yang sesaat mengusir suasana dingin dan sepi yang biasa menyelimuti rumah itu. Kirana mengawasi dari kejauhan, sambil memastikan Rosemary tetap nyaman bermain bersama sepupu-sepupunya.

Ia yang terlalu memperhatikan tak menyadari kedatangan pria dominan itu dibelakang tubuhnya. "Saya tidak memiliki kesabaran lagi Kirana!" Suara bariton nya berhasil membuat bulu kuduk Kiran meremang, dan begitu ia berbalik Ailard sudah lebih dulu menarik tangannya dan membawanya masuk kedalam ruangan bersantai. Mengungkung tubuhnya dari belakang yang kini tengah berada diantara meja billiard.

"Mas, tolong jangan sekarang. Banyak keluargamu diluar sana, sebaiknya Mas berkumpul dengan mereka—"

Kiran menggigit bibirnya, menahan suara menjijikan yang keluar tanpa ia inginkan. Tubuhnya kaku saat Ailard terus mendekat dari belakang, mencium tengkuknya dengan sentuhan yang panas.

"Mas Ailard... jangan sekarang, tolong," ucapnya pelan, setengah memohon, namun suaranya bergetar. Ia tahu persis bagaimana Ailard jika sudah seperti ini—dia tak pernah menerima penolakan. Dan ia sepertinya sudah menyentuh batas toleransinya juga.

Ailard hanya terkekeh kecil, tangannya mulai melingkar di pinggang Kiran, menarik tubuhnya lebih dekat. "Kamu selalu bilang 'jangan sekarang,' tapi setiap kali juga kamu menyerah dengan sentuhan saya. Kenapa harus berbohong?" bisiknya di telinga Kiran.

Semua ini bermula ketika Ailard pulang dinas dari luar kota namun tidak disambut oleh Kiran, ia memang sengaja karena tidak mau lagi Ailard semaunya pada dirinya. Dan hingga sampai dua hari semenjak kepulangannya dari luar kota Kiran benar-benar menghindari Ailard dengan begitu tegas, pria itu sampai tantrum dan uring-uringan begitu Kiran mencoba menguji dirinya.

"Aku... aku hanya nggak mau mereka curiga, Mas," katanya lagi, mencoba alasan apa pun yang bisa menghentikan situasi ini. "Mereka pasti mencari Mas kalau terlalu lama."

Ailard menghentikan gerakannya sesaat, namun senyumannya tetap sinis. "Jangan beralasan Kirana, tetaplah diam dan nikmati apa yang saya berikan!"

Tubuh Kiran terasa lemas. Ia tahu tak ada gunanya berdebat. Perlawanan kecilnya hanya akan membuat Ailard semakin keras kepala.

Tangan kekar Ailard dengan mudah menyibak pakaian bawah baby sister yang dikenakan Kiran keatas hingga memperlihatkan CD nya saja, dan itu membuatnya merasa semakin tak berdaya.

"Mas... tolong," bisiknya pelan, lebih mirip desahan ketakutan ketimbang protes.

"Lihatlah, tubuhmu selalu mendambakan sentuhan saya Kiran. Jangan munafik." Gerakan Ailard lambat tapi penuh kuasa, seakan menikmati setiap detik yang berlalu saat ia mendominasi situasi. Kiran menahan napasnya, berharap ini segera berakhir.

"Mas, aku mohon jangan..." Kiran terus saja memohon, ia punya firasat tidak enak setelah ini, sungguhan tingkah laku Ailard yang kotor ini semakin menjadi-jadi.

"Sialan! Jangan memerintah saya!" Umpat Ailard dengan suaranya yang tercekat, ia tak bisa menahan rasa sesak dibalik celananya lagi yang selalu bereaksi setiap kali melihat tubuh Kiran.

"Saya tidak bisa lembut jika kamu terus membangkang Kirana!"

Ailard mengembuskan napas kasar dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh Kiran. Saat gumpalan yang terasa keras itu menyentuh tempat rahasianya, Kiran di tempatkan posisinya dalam posisi sedikit merunduk dan tangan pria itu kembali memegangi pinggangnya.

Ailard membuka zipper celananya, namun sebelum ia berhasil memenuhi inti milik perempuan ini, suara deritan pintu terdengar nyaring di pendengaran mereka.

Pintu terbuka. Kiran mengangkat kepalanya, dan matanya bertemu dengan wanita yang hendak memasuki ruang bersantai. Wanita itu menjerit saat melihat mereka berdua.

GEDEBUK!

Ibu Tiara langsung pingsan dan jatuh ke lantai. Ailard yang melihat itu membelakakan matanya, syok melihat ibunya menangkap basah mereka.

1
Nus Wantari
lanjut thor
Septanti Nuraini
kapan update lagi
nonaserenade: Sudah update tapi sedang proses penerbitan dari Novelton nya ya kak, palingan sebentar lagi terupdate. Terimakasih sudah menunggu bab selanjutnya🙏🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!