Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib Monica
.
.
.
"Dad sekarang telepon polisi untuk menangkap para mafia itu." perintah Ray.
"Tapi Daddy belum kebagian menyiksa Monica." Darmendra.
"Daddy tidak perlu turun tangan, kami sudah membuatnya lumpuh, sekarang Tante menor itu sudah tidak bisa berjalan lagi." Ren.
"Ha..." Darmendra tercengang mendengar perkataan si kembar.
"Dad tutup mulutnya, nanti kemasukan lalat," Ram, Darmendra tersadar dan langsung menutup mulutnya.
Darmendra pun menelpon polisi dan mengirimkan alamat yang akan dituju. Agar polisi tidak kesulitan.
"Bagaimana dengan Tante itu?" tanya Darmendra.
"Biarkan saja, nanti polisi yang menanganinya." jawab Ray santai.
"Mari kita tinggalkan tempat ini." Roy.
Tanpa menunggu lama mereka pun meninggalkan tempat itu sebelum polisi datang. Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang mereka parkirkan sekitar 100 meter dari bangunan tersebut. setelah mereka masuk ke mobil, mereka pun meninggalkan tempat itu. Dengan kelajuan sedang Darmendra menjalankan mobilnya.
Sementara polisi telah datang ketempat kejadian. Dan polisi segera mengamankan mereka yang masih belum sadarkan diri. Begitu pula dengan Monica, tubuhnya begitu lemah dan tidak dapat lagi untuk berbicara. Akhirnya Monica dilarikan kerumah sakit. sudah dipastikan Monica akan mengalami kelumpuhan dan juga bisu.
Darmendra dan si kembar sudah tiba di mansionnya, setelah memarkirkan mobilnya di garasi mereka semua turun. Vera langsung menghampiri si kembar. Vera tidak tahu apa yang terjadi pada si kembar.
"Darimana saja kalian? kenapa sudah sore begini baru pulang?" cecar Vera.
"Kita tadi pulang sekolah langsung jalan jalan, Oma." jawab Ram.
"Benar begitu? Oma kuatir loh?"
Darmendra pun tidak bisa lagi menjawab, semua pertanyaan Omanya, si kembar yang jawab. Tentu saja mereka tidak akan berkata jujur, kalau mereka menjawabnya dengan jujur sudah pasti Oma mereka akan semakin kuatir.
"Ternyata anak anakku juga sangat pandai berakting." batin Darmendra.
"Mommy masak dulu ya untuk kalian, kalian tadi tidak mau makan, maunya makan di rumah saja," Diva meluruskan akting mereka jadi terlihat natural.
"Jadi mereka belum makan?" tanya Vera.
"Mereka yang tidak mau, Mommy." jawab Darmendra, lengkap sudahlah kebohongan mereka.
Diva sudah berada di dapur saat ini. Diva menyiapkan bahan bahan yang akan ia gunakan untuk membuat menu masakannya.
Diva hanya memasak yang mudah dan cepat saja. agar anak anaknya tidak menunggu lama. dan benar saja, tidak sampai 30 menit masakan yang dimasak Diva sudah terhidang dimeja. si kembar pun duduk di kursi masing-masing. Darmendra juga tidak ketinggalan, karena memang sudah merasa lapar, mereka pun makan dengan lahap.
Setelah merasa kenyang, si kembar pun beristirahat dikamar. Darmendra memang sudah menyiapkan kamar untuk mereka semua. Setelah Darmendra tau kalau ia memiliki anak kembar 7, Darmendra langsung bergerak cepat menyiapkan keperluan si kembar.
Si kembar pun segera mandi dikamarnya masing-masing. setelah selesai mandi dan berganti pakaian, si kembar berkumpul dikamar Ray sang kakak sulung.
"Bagaimana ya nasib Tante menor itu?" tanya Ram.
"Tentu saja Tante itu akan lumpuh selamanya." Roy.
"Aku tidak tahu, mengapa rasanya aku begitu dendam kepada Tante itu?" Ram.
"Iya, aku juga," Rakha.
"Kok kita bisa merasakan hal yang sama." Raffa.
"Sudahlah, lebih baik kita istirahat. jangan lagi membahas Tante itu bikin mood ku buruk saja." Ray, baru kali ini Ray berbicara panjang.
Lalu mereka pun tidur berjejer disatu ranjang.
Diva membuka pintu, dilihatnya si kembar sedang tidur. Diva tersenyum melihat pemandangan itu. Darmendra yang kebetulan lewat melihat Diva tersenyum pun menjadi penasaran.
"Ada apa?" tanya Darmendra.
"Aku cuma melihat cara tidur anak anak. melihat mereka seperti itu, siapa yang sangka kalau mereka anak anak yang kejam." Diva.
"Bukankah mereka bocah yang menggemaskan?" tanya Darmendra.
"Iya kalau dalam mode imutnya. tapi kalau dalam menghadapi lawan atau musuh, mereka seperti monster." Diva.
"Mari kita ke balkon."
"Ngapain ke balkon."
"Pengen ngobrol aja." Diva akhirnya pun mengikuti Darmendra menuju balkon.
Darmendra duduk dikursi begitu juga Diva.
"Gimana anak anak bisa begitu hebat?" tanya Darmendra to the point.
"Aku hanya mengingatkan saat menemukan Mona, jadi aku berpikir anak anak juga pasti dalam bahaya. jadi aku memasukkan mereka kekelas bela diri. karena aku berpikir, aku tidak mungkin menjaga mereka setiap saat. Dengan mereka belajar ilmu bela diri setidaknya mereka bisa menjaga dirinya sendiri. aku juga tidak menyangka kalau mereka anak anak yang hebat." Diva.
"Hmmm, aku semakin kagum padamu." Darmendra.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya?" Diva.
"Tapi kau melakukannya dengan sangat baik. Diusia yang sangat muda kau sudah bisa menjaga tujuh bayi sekaligus." Darmendra.
"Aku tidak sendirian, aku dibantu baby sitter. mereka yang menjaganya sewaktu aku melanjutkan kuliahku yang tertunda." Diva.
"Tapi tetap saja aku merasa kagum. Kalau gadis lain, mungkin akan menyerah atau bahkan tidak mau menjaga anak. tapi kamu berbeda." Darmendra.
"Mungkin ini sudah takdir yang digariskan Allah untukku. sebelumnya aku hanya sebatang kara, tapi sejak kehadiran mereka hidupku terasa lebih indah." Diva.
Darmendra menatap Diva lekat lekat. Diva tidak menyadari karena ianya duduk menyamping.
"Mungkin kamu adalah Dewi penolong yang diutus Tuhan untuk menolong anak anak." Darmendra.
"Aku juga tidak tahu, entah kenapa hatiku merasa tergerak untuk menolong mereka." Diva.
"Semua yang terjadi bukan suatu kebetulan, tapi itulah takdir. Dan kamu telah ditakdirkan untuk menjadi Dewi penolong untuk mereka." Darmendra.
"Ya sudah, aku juga mau istirahat, capek." Diva, Darmendra pun mengangguk.
Diva berjalan menuju kamarnya, dia pun segera mandi. Diva berendam didalam bathtub dengan wangian aroma terapi.
Kurang lebih setengah jam, baru iapun membersihkan diri dari sisa busa sabun yang menempel ditubuhnya. Diva memutar kran shower untuk mengguyur tubuhnya disana. Setelah selesai mandi, Diva pun berganti pakaian. Diva berbaring di ranjang king size yang empuk. Dengan perlahan lahan matanya pun mulai terpejam. Saking lelahnya Diva pun langsung tertidur.
Dikamar Darmendra, Darmendra pun sedang berendam di bathtub. Darmendra merilekskan tubuhnya. Seperti Diva dan si kembar, Darmendra juga merasakan hal yang sama.
Saking paniknya saat mendengar kabar bahwa salah satu putranya diculik. Darmendra hingga lupa memberitahukan kepada Robert bahwa dia tidak masuk kekantor. Tentu saja Robert kelimpungan mengurusi semuanya sendiri.
Darmendra masih berada didalam bathtub dan tidak sadar ia pun tertidur.
Vera masuk kedalam kamar si kembar, melihat si kembar sedang tertidur, tentu saja Vera tidak ingin mengganggu nya.
"Kenapa gak jadi?" tanya Jordan saat Vera datang menghampirinya.
"Mereka lagi tidur, kasihan kalau diganggu mungkin mereka kecapean." Vera.
"Hmmm, biarkan saja dulu, nanti kalau mereka bangun juga bakalan keluar dari kamar." Jordan.
"Iya Daddy benar." Vera.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇
wellcome😘😘
tapi gakpapa sih
aku se7 tunggu mereka dewasa barulah diberitahu