Melawan Luka

Melawan Luka

Bab 1 Melahirkan seorang bayi.

 Shafina berjalan menyusuri jalanan yang sepi dari pemukiman, sedari tadi gadis yang masih mengenakan seragam SMA nya itu telah menahan rasa sakit yang ada di perutnya, ah mungkinkah ini yang di namakan pembukaan pada orang yang ingin melahirkan, kenapa rasanya begitu sakit dan menyakitkan seperti ini.

  Lelah sudah kakinya berjalan hingga pada akhirnya netranya menangkap, sebuah rumah kosong yang berada di sisi kiri jalan, sepertinya bangunan tua itu sudah tidak berpenghuni lagi, lalu langkahnya perlahan mulai mendekati bangunan tersebut. Sambil tertatih gadis muda itu berjalan menuju bangunan kokoh peninggalan Belanda tersebut.

  Pintu tidak terkunci, segera gadis itu memasuki rumah tersebut, tubuhnya langsung terduduk lemas, di bukannya lilitan korset yang selalu menutupi perut buncitnya itu, sejak lima bulan yang lalu gadis tersebut menutupi perut menyembulnya dengan korset agar tidak ketahuan oleh siapa pun.

"Auuu sakit," rintih gadis yang mengenakan seragam SMA itu.

Giginya meringis kuat, menahan rasa mulas yang begitu luar biasa, perlahan dirinya membuka celana dalamnya yang sudah basah di penuhi oleh lendir, keringat membasahi seluruh tubuhnya, air mata jatuh membasahi pipih mulusnya, rasanya seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam kemaluannya itu, refleks gadis tersebut langsung melebarkan kakinya.

"Ya Allah, sakit. Aku sudah tidak tahan lagi," keluhnya yang masih ingat akan Tuhannya.

"Ah ....!" teriaknya seakan sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang kian menderanya.

"Ya Allah, ini sakit sekali," rintih seorang gadis yang berjuang menghadapi persalinannya itu.

Perlahan dirinya mulai berusaha mengejan sekuat mungkin, tanpa arahan dari siapapun gadis tersebut seakan paham, kalau sesuatu yang mendesak akan segera keluar dari jalan depannya itu, sambil meremas kuat rok abu-abunya, yang sudah di penuhi oleh cairan darah, gadis tersebut seakan sudah siap dengan desakan yang ada di dalam perutnya tersebut.

"Agh .... Ah!" teriaknya seraya mengejan.

Tidak lama kemudian, bayi berjenis kelamin perempuan itu keluar dari kemaluannya, tangisnya begitu menggema memenuhi ruangan tersebut, hingga pada akhirnya tangisan tersebut mampu menembus indera pendengaran tiga pemuda yang sedang berpesta miras di ruangan lain, tepatnya di ruang tengah.

"Heh, seperti ada suara bayi?" tanya pemuda yang bernama Romi itu kepada temannya.

"Ah, paling suara penghuni rumah ini," sahut Doni, sambil menyesap cairan kuning bening tersebut.

Semakin lama suara tangisan itu semakin jelas terdengar, hingga membuat salah satu pemuda tersebut lari ke ruang utama, dan benar pemuda yang bernama, Adli itu menemukan seorang bayi yang masih tergeletak di atas lantai tersebut, langkahnya langsung menghampiri ibu dan bayi tersebut, tangannya langsung mengangkat makhluk kecil kemerahan itu kedalam dekapannya, beruntung pria tersebut masih sadar di antara dua temannya yang sudah mulai teler dengan minuman beralkohol itu.

Tanpa pikir panjang Adli langsung memotong tali pusar bayi yang masih menempel di perutnya, dengan bermodalkan nekad, pria tersebut langsung memotong tali pusar tersebut dengan benda tajam yang selalu ada di saku celananya, kemudian dirinya melihat seorang perempuan yang tergeletak tak berdaya di atas dinginnya lantai semen tersebut.

"Kamu siapa, apa kamu pemilik rumah ini?" tanya seorang gadis lemah tersebut.

"Aku bukan pemilik rumah ini," sahut pria tersebut sambil mendekap bayi mungil itu.

Rasa jijiknya terhadap darah dia kesampingkan begitu saja, melihat makhluk kecil tanpa berdosa itu, dirinya langsung iba lalu membawanya ke dalam dekapannya hangatnya.

"Kamu masih kuat berdiri kan?" tanya pria bertato tersebut.

"Aku masih kuat," sahut Shafina.

"Kalau masih kuat, bersihkan dulu tubuhmu, apa kamu bawa baju ganti?" tanya pria itu lagi.

"Iya, kebetulan aku bawa baju ganti," sahut gadis tersebut yang memang sudah ada feeling, terhadap dirinya.

Dengan tertatih Shafina mulai berjalan, ke ruangan yang mirip seperti kamar mandi hanya saja di situ tidak ada air, mungkin tempat ini dulu di gunakan sebagai kamar mandi, di tempat inilah dirinya mulai mengganti baju dan memakai pembalut yang memang sedari tadi sudah di bawa karena mengira dirinya akan datang bulan.

Shafina sudah kembali ke ruang utama di mana bayinya begitu anteng di dalam dekapan pria asing yang tidak dia kenal itu. "Mas, terima kasih sudah mau menolongku," ucap Shafina.

"Kamu bawa perlengkapan bayi?" tanya pria tersebut.

"Aku tidak punya baju bayi sama sekali," sahut wanita itu dengan tatapan kosongnya.

"Ini, kamu susui dulu bayimu ini," titah pria tersebut sambil menyerahkan mahluk kecil itu.

Bibir mungil itu mulai mencecap, puting ibunya, rasanya begitu sakit, tapi sayang gadis ini tidak berani untuk mengeluarkan isi hatinya kepada pria asing yang baru di kenalnya itu, andai saja pria yang di hadapannya itu seorang kekasihnya yang membuat dirinya menjadi seorang ibu seperti ini, pasti dirinya akan berani mengutarakan keluh kesahnya.

'Mas, Seno kamu ada di mana ini anakmu sudah lahir dia begitu cantik dan sangat mirip dengan dirimu Mas,' batinnya berucap di saat seperti ini gadis tersebut masih ingat dengan pria berengsek yang sudah lepas tanggung jawabnya itu.

Pria asing itu, tidak tahu di mana keberadaannya, dirinya menghilang dari pandangan begitu saja, entah apa yang ingin dia lakukan, hingga tidak berselang lama pria tersebut, membawa kain panjang, yang iya ambil dari rumahnya.

"Mas, kamu dari mana saja?" tanya Shafina yang sebenarnya sudah tidak kuat menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Aku habis pulang ambil kain untuk menutupi tubuh bayimu," sahut pria bertato itu.

Perlahan bayi tersebut dia pinta dari dekapan ibunya, tangannya begitu telaten melilitkan kain tersebut ke tubuh mungil itu, sehingga tubuh mungil itu menjadi hangat dengan lilitan bedong yang ala kadarnya itu.

"Ayo, kita keluar dari tempat ini, apa kamu masih kuat," ajak pria tersebut.

"Sebelum keluar dari tempat ini, apa boleh aku meminta tolong untuk meng'azani putriku ini," pinta Shafina.

Sejenak pria bertato itu terdiam, dirinya tidak tahu harus berkata apalagi, bagaimana tidak sebagai seorang muslim, entah kapan terakhir kalinya dirinya melafalkan kalimat Allah itu, bahkan dia sudah tidak pernah sama sekali menjalankan ibadah wajibnya, ah entah masih hafal atau tidak pada akhirnya pemuda tersebut meng'azani bayi mungil tersebut dengan suara rendahnya.

Selesai meng'azani bayi tersebut, pria bertato itu langsung mengajak gadis yang sudah menggendong bayinya itu dengan menaiki motor keluaran lamanya, deru mesin motor yang begitu kencang tiada terdengar bayi tersebut masih anteng dalam tidurnya, meskipun di goyang-goyangkan dengan jalanan desa yang berkerikil.

Dengan bermodalkan uang yang seadanya pria bertato itu nekad membawa gadis yang baru di kenalnya itu ke rumah bidan setempat, untuk memeriksa tubuhnya, apalagi dia tahu sendiri kalau gadis tersebut melahirkan tanpa bantuan siapapun, karena tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan apa salahnya membawa ibu dan anak tersebut ke rumah bidan setempat.

"Bu bidan tolong periksa saudara perempuan saya ini, dia habis melahirkan sendiri di rumahnya," ucap pria tersebut, setelah sampai di rumah bidan tersebut.

"Suami dari ibu ini di mana?" tanya bidan itu.

"Suaminya sedang bekerja di luar kota Bu," sahut pria itu dengan bohongnya.

Tanpa berlama-lama ibu dan bayi tersebut di periksa oleh ibu bidan dengan di bantu para perawat yang bekerja di klinik tersebut. Selesai mendapatkan penanganan yang tepat dari bidan setempat kini saatnya pria tersebut membayar semua biaya administrasinya, beruntung uangnya cukup untuk membayar biaya yang sudah tertera, hingga pada akhirnya pria tersebut langsung mengajak gadis yang baru saja menjadi ibu itu untuk di bawa pulang ke rumahnya.

🌹 Bersambung ......🌹

Catatan penulis

Assalamualaikum kakak-kakak, semoga kalian suka ya dengan bab pertama di cerita kedua ku yang ada di MT ini. Tetap ikuti ya insyaallah menarik untuk di simak. Selamat membaca.❤️❤️❤️🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

like
favorit
👍❤

2024-10-24

0

CintaAfya

CintaAfya

kk mampir di sini thor..

2024-09-17

1

Rurri

Rurri

ini, yg aku tunggu-tunggu.. ceritanya ringan tapi mengalir kuat dipikiran pembacanya/Good/

2024-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!