Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalami Mimpi Buruk
Baru saja Damar membaringkan tubuhnya di sebelah Naya, wanita itu tiba-tiba menangis terisak dengan mata yang tetap terpejam.
"Ayah jangan tinggalkan Naya." hiks hiks hiks "Naya tidak ingin sendiri." hiks hiks hiks.
Rupanya Naya sedang mengigau. Mungkin kejadian tadi pagi saat melihat tubuh sang ayah yang terbaring kaku hadir dalam alam bawah sadarnya. Damar kembali mendudukkan tubuhnya dan ingin membangunkan Naya namun wanita itu kini sudah tenang kembali.
Beberapa kali Naya mengalami mimpi dan mengigau sambil menangis meratapi sang ayah sehingga membuat Damar tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Pagi-pagi sekali saat Naya terjaga, ia melihat Damar sudah berpakaian rapi dengan pakaian kerjanya. Damar duduk di sofa sambil menatap layar laptopnya.
Beberapa saat kemudian terdengar pintu kamar di ketuk. Perawat mengantarkan sarapan seperti layanan room servis.
"Terima kasih." ucap Naya kepada perawat itu.
Damar menutup laptopnya dan memasukkan ke dalam tas kerjanya. Kemudian dia mendekat ke tempat tidur dan duduk di sana.
"Bagai mana tidur mu ? nyenyak ? tanya Damar sambil membuka penutup makanan yang ada di depannya dan juga Naya.
Ada secangkir kopi hangat, roti dan semangkuk bubur.
Naya hanya mengangguk menjawab pertanyaan Damar.
"Makanlah selagi hangat." kata Damar kemudian.
Ia lalu mengambil kopi dan menyeruputnya. Kemudian mengambil sepotong roti dan memakannya. Kemudian meminum kopinya lagi. Sementara Naya hanya mengambil air putih untuk membasahi tenggorokannya.
"Nanti dokter psikiater akan datang untuk memeriksa mu." kata Damar yang membuat Naya tampak terkejut.
Beberapa hari ini dia hanya di periksa oleh dokter spesialis saraf karena memang sesuai dengan sakit yang ia alami. Memangnya apa hubungan lumpuh dengan dokter psikiater.
"Tadi malam kau mengalami mimpi buruk. Aku takut akan mempengaruhi kesehatan mu." terang Damar lagi yang seolah menjawab pertanyaan dalam hati Naya.
Setelah Damar mengatakan itu, lagi-lagi pintu di ketuk dan ternyata Boby yang datang. Melihat kedatangan sang asisten, Damar pun menyudahi sarapannya dengan mengambil air putih untuk membilas tenggorokannya. Naya terkejut melihat Damar yang minum air putih bekas minumnya tadi. Air putih memang hanya ada satu gelas pada napan, tapi di meja nakas ada air putih dalam kemasan botol. Naya tidak berani untuk menegur karena sudah terlanjur dan Damar juga sudah beranjak dari hadapannya menuju kamar mandi.
"Bagai mana kabar mu, Nay ?" tanya Boby menyapa Naya.
Baru hari ini Boby memberanikan diri untuk menyapa temannya itu setelah melihat keadaan Naya lebih baik dari kemarin-kemarin.
"Aku tidak baik-baik saja, Boby." jawab Naya sesuai dengan apa yang dia rasakan saat ini.
"Kalau aku boleh memilih, aku ingin mati saja bersama ayah ku." kata Naya lagi yang mulai mengeluarkan air matanya.
"Astaga, Naya. Kau tidak boleh bicara begitu. Semua yang terjadi itu sudah takdir dari yang di atas. Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik yang kita tidak tahu." kata Boby yang kini duduk di hadapan Naya.
Sebagai seorang teman, Boby ingin memberikan semangat kepada Naya. Mereka memang cukup akrab karena sudah dua tahun bekerja pada bagian yang sama. Yaitu sama-sama sebagai asisten Damar. Hanya saja Boby lebih sering mendampingi Damar kerja di lapangan, sedangkan Naya mengerjakan tugas di kantor.
"Apa yang kau lakukan ?"
Boby langsung berdiri karena terkejut mendengar suara Damar yang tiba-tiba. Entah sejak kapan atasan mereka itu keluar dari kamar mandi. Bahkan Boby dan Naya tidak mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.