Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : Tidak bisa menerima.
Episode sebelumnya.
''Banci!''
Seno dan Adam saling tatap penuh kemarahan, apa lagi Seno ... ia semakin geram saat tau jika pria ini adalah pria yang sama saat terakhir kali bertemu di danau.
''Jangan ikut campur urusanku!'' Seno menarik tangannya dengan kasar.
''Tentu saja ini menjadi urusanku! Nandini adalah calon istriku. Jangan pernah berani menyentuhnya walau se-inci sekalipun.'' Tekan Adam dengan penuh percaya diri, hingga Seno membulatkan kedua matanya tidak percaya.
''Ca-calon istri?'' gumam Seno dalam hati, lalu melihat Nandini.
''Nandini! Apa yang dia katakan benar?''
Nandini tidak menjawab, namun ia menampilkan senyum mengejek sambil melipat kedua tangannya di dada.
''Sudah sudah, pergi kalian dari sini! Bikin gaduh saja di rumah orang.'' usir ibu Sonya.
''Nak, ayo kita pergi.'' Ajak ibu Nina pada Nandini.
Nandini menggandeng tangan Adam penuh percaya diri sambil berkata, ''Ngerti kan sekarang ... ngerti dong ... masa nggak ngerti. Aku ini walau orang kampung, tapi aku ini cantik, tinggi, putih. Di buang oleh mu tidak akan rugi.''
Setelah mengucapkan kalimat itu, Nandini dan semuanya pergi lalu masuk kedalam mobil Adam.
Sedangkan Seno mengepalkan kedua tanganya dengan geram, sungguh harga dirinya terkoyak oleh mantan istrinya yang ia kira polos dan tidak tau apapun, sekarang berani menghina dirinya.
••••
''Arrggg .... sialan!'' Teriak Seno yang sudah berada di dalam rumah.
Prang!
...Prang!...
Prang!
Seno membanting beberapa hiasan di atas nakas, membuat sang Ibu dan Siska menjerit secara bersamaan.
Prang!
''Berani sekali dia kurang ajar padaku! Aku tidak terima dia menghinaku!''
Arrrghhh!
''Mas, kamu kenapa? jangan seperti ini.'' Siska mendekat namun ia ragu, karna takut kena serepet oleh suaminya.
''Ya ampun Seno! Ini semua koleksi Ibu, kenapa kamu lampiasin kemarahan mu pada koleksi Ibu sih. Lampiasin aja tuh sama istrimu yang tidak berguna itu.''
''Ibu apa-apa sih.'' Siska mendelik tak suka.
''Bu, kau lihat tadi! Nandini yang polos sekarang begitu angkuh dan sombong. Berani sekali dia menghinaku. Dulu jangankan melawan, menatap mataku saja dia takut.''
Ibu Sonya mendengus tak suka. Sebenarnya ia cukup terkejut melihat penampilan dan sikap Nandini yang berbeda, namun apalah daya karna Nandini pun sudah bukan lagi menantunya.
''Biarin aja, toh dia bukan lagi istrimu. Ngapain juga kamu permasalahkan. Terkecuali kamu nikahin lagi tuh si Nandini dan bawa ke rumah ini lagi. Ibu juga sudah capek liatin rumah berantakan terus semenjak ada Siska.''
''Bu!'' Siska tidak terima.
''Apa! Ba Bu, Ba Bu.'' Sewot Ibu Sonya, yang lansung mendapatkan bentakan dari Seno.
''Diam kalian!'' Bentak Seno tidak bisa menahan emosinya lagi.
Keduanya langsung terdiam...
Entahlah kenapa ia bisa semarah ini, entah dia marah karna hinaan yang di lontarkan Nandini, atau karna Nandini sudah memiliki calon pengganti dirinya.
Ia cukup terganggu dengan perubahan drastis mantan istrinya itu, namun juga ia bingung kenapa dia bisa semarah ini melihat perubahan Nandini, terutama dalam penampilan yang cukup menarik baginya.
Nandini terlihat jauh lebih cantik dari biasanya, dan itu membuat Seno tidak suka. Ia tidak suka kecantikan Nandini di lihat oleh orang lain selain dirinya.
''Nandini. Nandini. Nandini! Lihat saja, aku pastikan kau akan tunduk kembali di bawah kakiku.'' Geram Seno yang langsung pergi keluar dari rumah, meninggalkan Siska yang masih bersitatap dengan mertuanya.
''Mas ... Mas ... kau mau kemana?'' Siska ingin mengejar suaminya, namun tangannya dicekal oleh ibu Sonya.
''Mau ke mana kamu.''
''Nyusul Mas Seno, Bu ... takut kenapa-kenapa.''
''Nggak usah lebay! Lebih baik beresin semua kekacauan ini.'' ibu Sonya membentak. ''Gini nih, kalau istri nggak becus jagain suami! Dalem rumah rasanya panas setiap hari, ada ... aja pertengkaran dan masalah!''
''Kok, Ibu jadi nyalahin aku sih.'' Siska tidak terima.
''Ya iya lah ... siapa lagi yang mesti di salahkan selain dirimu? Semua masalah yang ada di rumah ini berawal dari kehadiran mu. Kau itu perempuan pembawa sial untuk keluargaku!''
''BU!'' Siska membentak, ia sudah benar-benar tidak habis pikir dengan mertuanya ini.
''Ibu jangan lupa, kalau Ibu juga mendukung hubungan ku dan Mas Seno. Kenapa sekarang malah terus menyalahkan aku ... Ibu juga turut andil atas kegaduhan dirumah ini.''
Ibu Sonya berkacak pinggang, karna Siska lagi dan lagi selalu menjawab setiap omelannya, dan itu yang membuat Ibu Sonya tidak suka pada Siska. Berbeda dengan Nandini yang selalu manut apapun yang ia katakan
''Iya, dulu saya memang mendukungmu karna yang ada pikiran ku, jika kamu lebih baik dari pada Nandini. Tapi nyatanya, Apa? Nandini jauh lebih baik dan bisa mengerti bagaimana menghormati mertuanya.
Cih, dia juga bisa mengurus segala sesuatunya sendiri tanpa merengek minta pembantu! Kamu itu merusak segala hal baik dalam rumahku, kedamaian ini trus saja tertimpa sial akibat kehadiranmu.''
''Terus saja bu! Terus saja menyalahkan segala hal padaku, dan terus saja bandingkan aku dengan mantan menantu kampunganmu itu. Jika Ibu sakit dan minta bantuan padaku, awas saja. Akan aku biarkan Ibu mati membusuk.''
PLAK!
''Berani sekali kamu ya! Sudah lagaknya nggak sopan, pencuri pula.'' dengus Ibu Sonya, langsung pergi meninggalkan Siska yang masih memegang pipinya yang masih terasa panas.
Gigi Siska mengatup menahan gejolak amarah yang tertahan, ia cukup muak dengan mertuanya itu.
Siska pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. ''Mertua busuk itu harus di singkirkan.''
TUT.
''Lihat saja dimana batas kesabaranku! Kau terus saja meracau seperti burung beo, maka aku pastikan mulai besok kau tidak akan memiliki nyali untuk berbicara.''
•
•
DISISI LAIN..
Di sebuah restoran. Nandini dan Adam duduk berdampingan, di depan mereka ada Ibu Nina dan Jiny yang sedang mengintimidasi mereka berdua dengan tatapan tajam.
''Haaahh ...'' Ibu Nina membuang nafas lega, saat sang anak baru saja menceritakan semuanya, ia bersyukur jika anaknya tidak terjerumus ke jalan yang salah.
''Apa rencana mu selanjutnya, Nak. Ibu harap kamu pulang bersama ibu ke kampung sayang ... ibu khawatir.''
Ibu Nina menggenggam tangan Nandini dengan mata berkaca-kaca. Dosa apa yang sudah ia dan mendiang suaminya lakukan, hingga putri kecil yang mereka sayangi bisa mengalami hidup pahit bahkan tidak di hargai oleh suaminya sendiri.
''Bu ...''
''Hiks ... maafkan Ibu sayang ... maafkan Ibu yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untukmu. Nak. Ibu ini Ibu yang tidak berguna! Maafkan Ibu, hiks ...''
''Bu ...'' Nandini berdiri dan memeluk Ibunya yang sedang memukul dada dengan kuat.
''Maafkan Ibu, Nak.''
Nandini memeluk Ibunya. ''Jangan seperti ini, Bu ... Dini sayang Ibu ... sayang Jiny juga. Jangan menyakiti diri sendiri, Bu ... ibu adalah Ibu yang terbaik dan terhebat. Nandini bangga mempunyai Ibu seperti, Ibu.''
Ketika Nandini dan Ibunya sedang berpelukan, beda dengan Jiny yang sedari tadi masih setia memelototi Adam.
''Kenapa?'' Tanya Adam pada Jiny.
''Nggak apa-apa, hanya heran aja kok ganteng ganteng ada upilnya.''
''Hah!'' Adam melotot dan refleks mengusap hidungnya.
''Hi hi hi ... kena tipuu, mbeee.''
''Kau!''
•••
...LIKE.KOMEN.VOTE...
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕