Bagaikan petir di siang bolong, Karin yang baru saja menerima perasaan pria yang ia cintai, begitu terkejut ketika mengetahui bahwa pernikahannya dengan orang lain sedang di persiapkan oleh orang tuanya ,bagaimana dengan pria yang ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisaJm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Adrian yang tengah berada dalam perjalanan menuju luar kota untuk urusan pekerjaan baru saja mendapat telepon dari Karin yang memintanya untuk segera datang ke apartement, Adrian rela memutar arah menuju apartement Edgar begitu mendapat telepon dari Karin, setibanya di unit apartement Edgar, Adrian segera membuka apartement Edgar, beruntung Karin memberitahu password nya.
“Gelap sekali?”
Gumam Adrian lalu segera memeriksa listrik di sana melihat unit lain baik baik saja, benar saja lampu seketika menyala, Adrian segera masuk kedalam.
“Karin, kau dimana?”
Pekik Adrian mencari keberadaan gadis itu, Adrian berjalan menuju kamar Edgar lalu membukanya namun tak ada siapapun disana, pandangan nya kemudian tertuju pada kamar lain, begitu melihat kunci yang tergantung membuat Adrian segera berlari menuju kamar lalu segera membuka nya.
Pria itu terkejut melihat Karin yang sudah tergeletak dilantai, pakaiannya juga sudah basah oleh keringat, Adrian menepuk pelan pipi Karin berharap agar gadis itu segera terbangun, Adrian menggendong tubuh Karin lalu meletakkannya diatas ranjang, pria itu kemudian mencari handuk kecil di dalam lemari lalu mengusapnya ke wajah Karin.
“Dasar tidak waras! Dia ingin membunuh gadis ini atau bagaimana?”
Gumam Adrian menatap Karin, gadis itu bisa saja kehilangan nyawa karena sesak nafas, bagaimana bisa Edgar bisa melakukan itu padanya? Adrian menatap kasihan pada Karin, bagaimana jika Karin juga bernasib sama seperti wanita sebelum nya?
Tak lama terdengar suara pintu dibuka, Edgar baru saja kembali dari apartement Laura, pria itu mengerutkan keningnya begitu melihat apartement nya yang terlihat terang, bagaimana bisa? ia ingat sekali sebelum pergi sudah menantikan lampu, pria itu menatap kamar Karin yang terbuka membuat nya segera melangkah menuju kamar Karin.
“Adrian, apa yang kau lakukan disini? Kau apakan Karin?”
Ucap Edgar yang terkejut melihat keberadaan Adrian disana, dan yang lebih mengejutkan Karin tengah tak sadarkan diri diatas ranjang, tentu saja hal itu membuat Edgar berpikiran yang tidak tidak terlebih saat melihat Adrian memegang handuk kecil ditangannya, Edgar segera menghampiri keduanya lalu menarik Adrian menjauh dari Karin.
“Katakan, apa yang kau lakukan pada Karin?!!”
Sentak Edgar menatap tajam pada Adrian, Adrian mendorong tubuh Edgar dengan kasar lalu melayangkan sebuah pukulan diwajah tampan Edgar membuat Edgar terhuyung hingga terjatuh ke lantai, tak hanya sampai di situ, Adrian menarik kerah pakaian Edgar lalu kembali melayangkan pukulan diwajah pria itu.
“Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kau mengurung Karin di kamar dalam keadaan gelap, dan apa kau lupa jika dia sedang sakit?”
Pekik Adrian, Edgar yang mulai melemah pun berusaha untuk mendorong Adrian menjauh darinya lalu mulai berdiri, Edgar menatap Karin yang masih tak sadarkan diri, wajahnya memucat, tubuhnya dibasahi keringat, apa benar gadis itu menjadi seperti itu karena ulahnya?
“A-aku hanya memberinya pelajaran saja karena dia sudah menyakiti Laura, aku tidak...”
“Dasar b*doh, apa kau lebih mempercayai wanita ular itu dari pada Karin?”
Pekik Adrian kesal, sejak awal ia memang sudah tidak menyukai Laura begitu melihat wanita itu, entah lah aura wanita murahannya sangat terasa oleh Adrian tapi bodohnya Edgar tidak menyadari hal itu,
“Apa maksudmu? Kenapa kau...”
“Kalian sedang apa?”
Ucap Karin yang baru saja terbangun, Kedua pria itu menoleh pada Karin, Edgar yang melihat gadis itu sudah sadarkan diri langsung menghampiri nya.
“Kau baik baik saja?”
Tanya Edgar, Karin menganggukkan kepalanya namun seketika gadis itu mengerutkan keningnya begitu melihat wajah Edgar yang penuh lebam, apa yang terjadi? kenapa wajah pria itu banyak lebam? Karin menatap Adrian, pakaian pria itu terlihat kusut, apa mereka baru saja bertengkar?
“Apa yang terjadi?”
Tanya Karin membuat Edgar dan Adrian saling menatap.
“Tidak apa apa, kau baik baik saja Karin? Kau ingin sesuatu?”
Tanya Adrian, Karin menggelengkan kepalanya namun seketika ia teringat jika terakhir kali ia berada di dalam kamarnya itu dalam keadaan gelap gulita dan hal itu disebabkan oleh pria dihadapannya itu.
“Menjauhlah kak, aku tidak akan memaafkan mu!”
Ucap Karin pada Edgar, Edgar tentu saja sadar atas kesalahannya tapi semua itu juga disebabkan oleh Karin sendiri.
“Karin, aku...”
“Keluar!”
Pekik Karin membuat Edgar akhirnya menurut lalu segera keluar dari sana, sedangkan Karin kini menatap Adrian.
“Terima kasih kak Adrian, dan maaf karena sudah merepotkan mu.”
Ucap Karin benar benar berterima kasih pada Adrian, Adrian menganggukkan kepalanya, entah mengapa ia benar benar sangat peduli pada gadis itu padahal ia tidak terlalu mengenalnya, Adrian kemudian segera pamit pada Karin lantaran hari yang sudah mulai gelap.
Karin terdiam seraya menatap langit langit kamarnya, kenapa ia begitu takut kegelapan? Kenapa ia merasa ada yang mencengkik nya? Aneh tapi setiap orang pasti punya ketakutan sendiri.
Malam pun tiba, Edgar yang baru saja keluar dari kamarnya kini menatap kamar Karin yang tertutup rapat, bagaimana dengan keadaan nya? Apa dia sudah makan? Edgar kemudian segera memesan makanan diaplikasi online untuk ia makan bersama Karin, tak butuh waktu lama makanan yang ia pesan pun tiba membuat Edgar segera mengetuk pintu kamar Karin.
“Karin, ayo makan.”
Ucap nya membuka pintu kamar Karin, terlihat Karin yang tengah tertidur pulas diatas ranjang membuat Edgar segera menghampiri nya, Edgar menatap lekat wajah gadis itu lalu mendekatkan wajahnya menatap setiap inci wajah gadis itu, hingga tanpa ia sadari wajahnya dengan wajah Karin hanya berjarak beberapa cm saja.
Namun seketika pria itu terkejut begitu Karin membuka matanya secara tiba tiba.
“Mengagetkan saja!”
Ucap Edgar seraya memegangi dadanya, Karin hanya diam seraya memutar bola matanya malas.
“A-ayo makan, aku sudah memesan makanan.”
Ucap Edgar, Karin hanya diam lalu menganggukkan kepalanya namun ia belum beranjak dari atas ranjangnya, Edgar pun segera keluar menyiapkan piring dan sendok, hingga tak lama Karin keluar dari kamar menggunakan piyama, tak ada yang salah sebenarnya namun tak lama Edgar menyadari jika Karin tak memakai dalaman membuat Edgar bisa melihat dua gunung kembar milik Karin.
“Ka-kau tidak memakai dalaman?"
Tanya Edgar pada Karin, pria itu tentu saja menjadi gugup melihat sesuatu yang bisa membangunkan juniornya.
“Tidak, aku terbiasa tidur tanpa menggunakan pakaian dalam, lagipula kak Edgar juga tidak mungkin tertarik atau tergoda dengan milik ku yang rata ini kan?”
Ucap Karin santai, Edgar hanya diam tapi matanya tidak bisa diam, memang benar milik gadis itu rata tapi Edgar juga pria normal yang tentu saja tergoda dengan benda itu, Sepanjang makan malam Edgar benar benar tidak bisa fokus sedikit pun, tapi gadis itu justru terlihat sangat tenang, hingga setelah makan malam selesai, Karin segera masuk kedalam kamarnya meninggalkan Edgar di sofa.
Tak lama Karin keluar membawa kotak p3k lalu menghampiri Edgar, Edgar mengerutkan keningnya namun hanya diam saja, terlebih saat Karin mulai mengobati lukanya, namun pria itu tidak bisa menahan rasa sakit saat Karin mulai menekannya dengan cukup kasar.
“Jangan banyak bergerak!”
Sentak Karin lalu menarik tangan Edgar namun pria itu kembali meringis kesakitan membuat Karin terkejut lalu menatap telapak tangan Edgar yang terluka.
“Ini kenapa?”