Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Sebelumnya, Dea yang terkejut dengan kehadiran athar yang tiba-tiba ada di belakangnya, dengan refleks segera menghindar.
"Apa yang kamu lakukan di bilik wc khusus perempuan? " sengit Dea, yang tak kalah menatap tajam.
"Jangan mengubah topik pembicaraan, dera. Sekarang ku tanya padamu apa yang kau lakukan dengan seorang pria berduaan ke sebuah restoran sedangkan status mu saja masih menjadi istri ku. "
Dea semakin menyipitkan matanya. "Lalu haruskah aku bertanya juga apa yang di lakukan suami ku sendiri dengan wanita lain di restoran ini?"
"Ku bilang jangan mengalihkan topik! "
Brak! Athar yang tersulut emosi menggebrak dinding berbahan kayu hingga menimbulkan suara nyaring yang khas, Dea yang mendengar nya langsung di telinganya, sontak menutup mata terkejut.
Athar terbelalak ketika melihat Dea yang membuka matanya kini mata bening itu sudah berkaca- kaca.
"Kau egois! " sentak Dea, rasanya dadanya begitu sesak, ia tercekat hingga tak mampu untuk melanjutkan kata- kata nya.
Melihat pemandangan yang begitu menyakitkan tersaji di depannya membuat athar akhirnya tersadar, tatapan tajamnya perlahan berubah melembut. Pria berahang tegas itu menghela nafasnya pelan.
"Ayo kita pulang. " Athar menarik lembut lengan Dea.
Tapi Dea menahan langkah. "Kemana? "
"Ke rumah mu. "
"Tapi aku tak mau. Aku kesini bareng dengan pak Gery maka aku akan pulang dengannya juga. "
Mata Athar kembali menyorot tajam ketika Dea menyebut nama laki-laki yang sudah membuat nya cemburu buta. "Jadi kau lebih memilih lelaki asing itu di bandingkan suami mu sendiri? "
Dea tertegun lantas mengangguk. "Ya."
Tiba-tiba saja athar kembali menyudutkan nya ke tembok. "Dera, jangan membuat ku semakin marah sekarang, turuti perintah ku atau jika tidak kejadian saat reuni bersama teman mu waktu itu terulang kembali! "
Glek! tanpa sadar Dea menelan ludah dengan kasar, sekujur tubuhnya terasa panas dingin, mengingat kembali kejadian acara reuni di hotel milik suami thalita waktu itu, saat athar yang ternyata membuntuti nya hingga melihatnya bersama dengan Aryaan, lelaki itu sontak menujukkan sisi buasnya yang tak pernah di lihat oleh siapapun.
Jika dengan Aryaan yang adalah temannya sendiri, athar begitu marah apalagi dengan gery, meski sebenarnya dengan kedua lelaki itu athar sama- sama salah paham karena kecemburuan nya yang terlalu besar meski athar sendiri tak menyadari itu.
Dea menggeleng cepat membayangkan kemungkinan peristiwa mengerikan itu terulang membuat nya memilih untuk menuruti perintah athar. Dia tak ingin gery yang tak tahu dan tak salah apa- apa terlibat dalam masalah ini.
Hingga akhirnya di sinilah Dea, di dalam mobil athar, mulanya semua baik- baik saja, meski sedikit terpaksa Dea menuruti ucapan lelaki itu untuk duduk diam, namun keanehan mulai terjadi saat tiba-tiba athar mulai bergerak resah, keringat mulai bercucuran di dahinya, erang*an yang terdengar dari lelaki itu nampak sedang menahan kesakitan.
Sementara athar berusaha mati- matian menahan gejolak hasr*atnya yang terus memberontak, meski saat melihat Dea gai*rahnya sudah sangat meledak- ledak, dirinya tak mungkin langsung menyergap Dea di sini. Jadi yang athar lakukan adalah mengendarai mobil nya meski sangat kesusahan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Argghhh! "
Dea menatap khawatir sejak tadi athar terus menggeram tertahan seolah sedang menahan sesuatu yang besar. dia sungguh khawatir terlebih lagi saat ini athar sedang mengendarai mobil dia pun takut terjadi sesuatu dengan kondisi athar yang seperti ini.
"Mas apa yang terjadi padamu, ku mohon katakanlah, " ucap Dea yang resah di sertai gelisah bercampur aduk dalam hatinya.
"Diamlah dera, kita hampir sampai. " desis athar tanpa menghiraukan Dea lagi, pria itu fokus menyetir.
Sampai akhirnya dengan perjuangan, mereka pun tiba di rumah Dea.
Dea yang belum tahu tentang kondisi athar, tak menaruh curiga dia pikir athar mengerang kesakitan karena penyakit pria itu yang dia sendiri tak tau, jadi dengan cepat setelah turun Dea membantu athar keluar dari mobil nya.
Rencananya Dea akan membawa athar dulu ke rumahnya baru dia akan menelpon kevin atau Aryaan untuk mengabari soal kondisi athar hingga dia bisa di bawa ke rumah sakit.
"Ayo mas ku bantu masuk dulu, baru nanti kita bisa ke rumah sakit. " Ucapan Dea berubah lebih lembut, dia sungguh cemas dengan kondisi athar yang seperti ini, pada akhirnya mau sekeras apapun Dea berusaha untuk mengabaikan lelaki itu, dia tak akan bisa itu karena cinta untuk athar yang semakin bersemi dalam hatinya.
Dea membantu athar yang kesulitan berjalan masuk ke dalam ruang tamu rumahnya hingga akhirnya athar duduk di sofa.
"Kamu tunggu di sini, aku akan menelpon untuk meminta bantuan. "
Dea hendak pergi namun dengan cepat athar menarik tangannya.
"Tidak perlu." ucap pria itu, buluk kuduk Dea seketika merinding melihat sorot mata athar yang berubah menatap nya, seperti predator yang sedang mengincar mangsanya.
"Tapi penyakit mu harus segera di periksa."
"Itu tidak perlu, karena kamu sendiri adalah obatnya."
lengan kekar athar dengan cepat menarik leher Dea mendekat, lalu pria itu meraup bibir ranum Dea dengan sedikit kasar.
Dea terbelalak, ingin mendorong athar menjauh namun Dea sendiri rasanya tak sanggup.
Athar memaggut bibir Dea dengan begitu rakusnya hingga Dea merasa kesulitan bernafas.
Barulah ketika Dea mengumpulkan kekuatan nya, dia bisa mendorong lelaki itu pergi.
"Sadarlah mas! apa yang kau lakukan?! "
"Tolong Aku Dea, spertinya aku sudah terpengaruh obat perang* sang, aku tak tahu tapi dugaan ku ini ulahnya ranty. "
"L- lalu apa yang bisa ku lakukan? "
"bantu aku terlepas dari pengaruh obat ini. " nafas athar sudah mulai tak beraturan.
Dea bukannya bodoh, dia tahu apa yang pria itu maksud namun dia menggeleng tegas pantas bangkit menjauh.
Dea memang mencintai athar, status mereka pun adalah suami- istri dan sangat di anjurkan untuk melakukan itu.
Namun dia tak ingin melakukan hubungan tersebut tanpa ada cinta athar di dalamnya, dia ingin melakukan hubungan atas persetujuan dua belah pihak bukan karena pengaruh obat perang* sang.
Dea berbalik hendak pergi, namun mendengar erangan kesakitan athar dia sungguh tak tega, athar nampak sangat menahan kesakitan dan pasti rasanya sangat tersiksa.
Dea akhirnya berbalik, melihat athar yang ada di sana dan terus menatap nya, dia merentangkan kedua tangannya.
Mereka saling menatap, Dea mengangguk dengan memberikan senyum nya, menyadari Dea yang akhirnya memberikan lampu hijau membuat athar segera menyergap sang istri, menciptakan rasa manis itu lagi, athar membawa Dea masuk ke dalam kamar tanpa melepas ciu*man mereka.
Kini Dea terlentang di atas kasur, dengan tubuh kekar athar yang kini mengukung tubuh mungilnya. Tangan athar menyelusup ke sela- sela jari Dea.
"Anghhm.. " Dea menutup mulut menahan suara de*sahannya ketika bibir athar mulai berpindah menyusuri setiap lekuk tubuh nya.
Dan ketika kini mereka sama-sama polos, athar memulai permainan nya, sebelum itu dia menatap Dea lekat- lekat, dengan masih wajahnya yang memerah karena has*ratnya Athar mengecup kening Dea dengan lembut, tatapannya pada Dea begitu mendamba.
"Jadilah istri ku seutuhnya, malam ini, dera. "
*
*
*
Bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.