Niatnya untuk membalas dendam membuatnya rela menikah dengan pria yang baru dia kenal. Zevana berniat untuk membalaskan dendam terhadap pria bernama Aksa atas kematian sahabatnya. Agar Aksa bisa merasakan sakit hati yang sama, Zevana memilih jalan lewat jalur cinta. Membuat Aksa jatuh cinta, setelah itu mencampakkannya.
Aksa adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan. Dia tidak percaya dengan cinta, karena baginya cinta hanyalah hal konyol. Dibalik sikap dinginnya, ternyata Aksa menyimpan luka di hati yang membuatnya tidak percaya akan adanya cinta sejati.
Berhasilkah Zevana meluluhkan hati Aksa demi misi balas dendamnya?
🩸
🩸
🩸
"Aku tidak biasa menjalin hubungan hanya dengan satu wanita saja. Jika kamu menginginkan pernikahan ini tetap terjadi, maka bersiap-siaplah untuk sakit hati."_ Aksa.
Yang penasaran dengan ceritanya, kepoin yuk...
Salam dunia perhaluan 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Lewat Jalur Cinta.
Flashback on
Lucas membuka pintu kamar kakaknya. Sudah satu bulan ini kakaknya, Rangga, datang ke Jakarta untuk mengunjunginya. Nampak Rangga sedang mematut dirinya di depan cermin, pria itu sudah nampak rapi dan wangi.
"Bang Rangga mau kemana? Tumben sekali wangi banget." Tanya Lucas. Tidak biasanya kakaknya itu memakai parfum sampai sewangi itu.
Rangga membalikkan tubuhnya dan menatap adiknya, "Abang mau menemui Nadia, Luc. Abang mau menyatakan perasaan Abang sama dia. Kira-kira dia mau gak ya sama Abang?"
Lucas tersenyum senang dan merangkul Rangga. Selama tinggal di Jakarta, Nadia memang sering menemani Lucas mengajak Rangga jalan-jalan keliling kota Jakarta. Dan Lucas bisa melihat dari tatapan mata Rangga yang seperti tertarik pada Nadia.
"Abang tenang saja, aku yakin kalau Nadia juga pasti suka kok sama Abang."
"Tapi Abang grogi nih Luc. Abang takut ditolak."
"Duh bang, jangan insecuree gitu dong bang. Abang harus yakin kalau Nadia juga pasti cinta sama Abang. Buktinya selama satu bulan ini dia mau nemenin Abang jalan-jalan keliling kota Jakarta."
"Tapi Luc..."
"Udah udah bang, pokoknya Abang harus yakin dan semangat. Oke?"
Rangga menganggukkan kepalanya. Dia pergi ke taman dengan diantar oleh Lucas. Sebelumnya Rangga memang sudah membuat janji dengan Nadia dengan meminta Nadia untuk menunggu di taman dekat rumah wanita itu.
"Semangat ya bang Rangga." Lucas kembali menyemangati sang kakak saat mereka turun dari dalam mobil.
Rangga mengangguk. Dia merapikan kembali pakaiannya dan menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkan pelan-pelan. Dengan memegang setangkai bunga mawar merah ditangannya, Rangga melangkahkan kakinya masuk menuju ke dalam taman. Sementara Lucas menunggu didalam mobil.
Didalam taman Nadia sudah menunggu Rangga. Wanita itu beranjak bangun dari duduknya saat melihat kehadiran Rangga disana.
"Ada apa bang Rangga meminta aku datang kemari?" Tanya Nadia.
Rangga tidak langsung menjawab, dia merasa sangat gugup sekali. Ini adalah untuk pertama kalinya dia ingin menyatakan perasaan pada seorang wanita.
Rangga mengeluarkan mawar merah yang sejak tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya. Dia menyodorkan bunga itu ke arah Nadia.
"Nadia, Abang suka sama kamu. Abang cinta sama Nadia." Ucap Rangga dengan suara bergetar karena gugup.
"Apa?? Cinta??" Nadia menertawakan Rangga. "Ya ampun bang, yang bener aja, gak mungkin lah aku mau sama cowok kayak Abang."
"Ma-maksud Nadia apa?" tanya Rangga tak paham.
"Bang, selera aku tuh seperti Aksa Madeva, cowok tampan dan tajir. Bukan cowok kampungan seperti Abang. Apalagi kalau aku harus punya ipar seperti Luci, ih ogah banget. Malu-maluin tau bang."
Sudah lama Nadia memang tergila-gila pada Aksa Madeva. Bahkan tembok kamarnya sampai dipenuhi oleh foto-foto pria itu. Selama ini dia mau menemani Rangga pergi-pergi keluar karena Rangga adalah kakak dari sahabatnya. Nadia tidak pernah memiliki perasaan sedikitpun pada Rangga.
"Tapi kamu kan sahabatan sama Lucas adiknya Abang." ucap Rangga. Dia tidak mengerti mengapa Nadia seperti merasa jijik jika harus memiliki saudara ipar seperti Lucas.
Ya, Rangga menyadari kekurangan adiknya yang memang sedikit berbeda. Lucas memang gemulai dan tidak seperti pria-pria normal pada umumnya. Namun dia pikir Nadia dan Lucas bersahabat dengan baik, tapi kenapa Nadia malah berkata seperti tadi tentang Lucas.
"Ya sahabat sih sahabat. Tapi kalau sampai jadi ipar ya ogah lah Bang."
Nadia menepuk-nepuk bahu Rangga, "Ya udah bang, aku mau pulang. Mending Abang pulang kampung aja dan cari cewek kampung yang mau sama Abang."
Setelah berkata seperti itu Nadia bergegas pergi meninggalkan taman. Rangga menjatuhkan bunga ditangannya, hatinya terasa seperti dibuat hancur oleh penolakan Nadia barusan. Dia merasa sangat patah hati dan kecewa.
Dari kejauhan Lucas mengepalkan kedua tangannya melihat raut wajah kakaknya yang terlihat sangat sedih dan kecewa. Dia merasa tidak terima penolakan dan hinaan yang dilontarkan oleh Nadia di depan Rangga.
Flashback end
💫
💫
💫
Jari telunjuk Aksa menyentuh kening Zevana dan membuat garis lurus ke hidung, hingga berhenti di bibir gadis itu. Sudah sejak satu jam lalu Aksa terbangun dari tidurnya dan menatap wajah wanita yang beberapa minggu ini selalu menemani tidurnya.
"Selamat pagi," ucap Aksa saat Zevana membuka kedua kelopak matanya.
"Pagi," balas Zevana. Dia merasakan kepalanya terasa sedikit berat.
"Apa tidurmu nyenyak?"
"Lumayan. Kamu tidak siap-siap ke kantor?" Tanya Zevana saat melihat Aksa masih mengenakan pakaian tidur dan masih berbaring santai di ranjang.
"Hari ini aku berangkat agak siangan. Aku sudah meminta Dani untuk menghandle semuanya sampai aku datang."
Mendengar nama Dani membuat Zevana teringat sesuatu. Haruskah dia menemui asisten suaminya itu dan menanyakan tentang Nadia. Mungkin saja Dani mengetahui sesuatu tentang apa yang terjadi malam itu dengan Nadia.
"Hari ini aku keluar ya?"
"Mau kemana? Menemui sahabat kamu yang menggelikan itu?" Tanya Aksa.
Zevana mengangguk pelan, "Hmm, hanya sebentar. Setelah itu aku akan mampir ke kantor kamu dan makan siang bareng sama kamu."
Masih dengan posisi tidur saling berhadapan, Aksa mengangkat satu tangannya untuk merapikan rambut Zevana yang menutupi wajah cantik istrinya.
"Kamu kelihatannya sedang tidak sehat. Apa tidak sebaiknya kamu dirumah saja? Biar sahabat kamu itu yang datang berkunjung kemari." Aksa merasa khawatir melihat wajah Zevana yang seperti tidak bersemangat dan wajah istrinya itu terlihat sedikit pucat.
"Apakah boleh." Tanya Zevana memastikan.
Aksa menganggukkan kepalanya, "Memangnya ada hal penting apa yang ingin kamu obrolkan dengan sahabat kamu itu?"
Zevana hanya diam menatap Aksa. Sejak kejadian di cafe semalam, otaknya benar-benar dibuat berfikir dengan keras. Zevana ingin menolak untuk percaya atas ucapan Aksa. Namun disisi lain dia juga bisa melihat kejujuran dari sorot mata Aksa, jika memang tidak pernah terjadi apa-apa diantara Aksa dan Nadia.
"Tidak ada hal penting, hanya ingin ngobrol biasa saja," jawab Zevana.
"Mama kamu bilang, kamu memiliki dua sahabat akrab. Kenapa aku tidak pernah melihat sahabat kamu yang satu lagi?" Aksa teringat cerita mama Devi kemarin, jika Zevana memiliki dua sahabat baik. Namun Aksa hanya mengenal Lucas sebagai sahabat yang sering ditemui oleh istrinya.
"Dia pindah kota, ikut dengan orang tuanya." Zevana terpaksa berbohong, dia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada Aksa.
"Zevana, kamu sudah mendapatkan jawaban yang ingin kamu dengar. Sekarang boleh aku yang bertanya sesuatu padamu?"
"Tanya apa?"
Selama beberapa saat Aksa nampak terdiam dan menatap wajah istrinya itu dengan lekat.
"Kenapa kamu seperti ingin tau sekali dengan apa yang terjadi antara aku dan wanita yang meninggal dengan bunuh diri itu. Apakah kamu mengenal siapa wanita itu?"
Zevana sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Aksa. Haruskah dia menjawab jika wanita yang bunuh diri itu adalah sahabatnya. Bagaimana reaksi Aksa nanti jika tau tujuannya mendekatinya adalah untuk balas dendam atas apa yang terjadi pada Nadia, bukan karena cinta.
Mungkinkah ini saat yang tepat untuk membalas Aksa. Dengan mengatakan semua kejujurannya. Tapi bagaimana jika memang benar Aksa tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada Nadia?
"Wanita itu... Dia..."
...💖💖💖...
pekaaa banget melihat perubahan istrinya...