NovelToon NovelToon
Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Naik Kelas
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rositi

“Meski kita sudah menikah, aku tidak akan pernah menyentuhmu, Mbi. Haram bagiku menyentuh wanita yang tidak mampu menjaga kesuciannya seperti kamu!” Kalimat itu Ilham ucapkan dengan tampang yang begitu keji, di malam pertama mereka.

Selain Ilham yang meragukan kesucian Arimbi walau pria itu belum pernah menyentuhnya, Ilham juga berdalih, sebelum pulang dan menikahi Arimbi, pria itu baru saja menikahi Aisyah selaku putri dari pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, Ilham bernaung. Wanita yang Ilham anggap suci dan sudah selayaknya dijadikan istri.

Arimbi tak mau terluka makin dalam. Bertahun-tahun menjadi TKW di Singapura demi membiayai kuliah sekaligus mondok Ilham agar masa depan mereka setelah menikah menjadi lebih baik, nyatanya pria itu dengan begitu mudah membuangnya. Talak dan perpisahan menjadi satu-satunya cara agar Arimbi terbebas dari Ilham, walau akibat talak itu juga, Arimbi mengalami masa-masa sulit akibat fitnah yang telanjur menyebar.

(Merupakan kisah Mas Aidan, anak Arum di novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 : Pernyataan Cinta Dan Kemanisan Hubungan Arimbi Dengan Mas Aidan

“Bagaimana kalau kita menikah?” mas Rio menatap saksama kedua mata Arimbi. Wanita itu tampak terkejut dan langsung menepis tatapannya. Arimbi terlihat sangat tidak nyaman. “Dek, ... aku serius.” Ia benar-benar memohon dan sampai merintih lirih.

Arimbi berangsur menunduk. “Pernikahan bukan cara menyelesaikan emosi istri Ilham, Mas. Lagipula, ini hidupku, kenapa juga aku harus mengikuti arahan istri Ilham terlebih dia bukan siapa-siapa aku.” Ia memberanikan diri untuk menatap mas Rio.

“Alasanku mengajakmu menikah tak hanya untuk meredam emosi Aisyah. Beneran enggak sekadar agar aku bisa melindungi kamu dengan leluasa melalui pernikahan kita. Alasanku menikahi kamu ... karena aku memang mencintaimu.” mas Rio masih berusaha meyakinkan. “Aku sudah langsung jatuh cinta kepadamu sejak awal pertemuan kita. Saat aku belum kecelakaan dan kamu baru bekerja di rumahku. Aku mencintaimu bermula dari kala pertama tatapan kita bertemu.”

“Namun Mas hanya boleh melanjutkan cinta Mas kepadaku, jika mamah Mas juga setuju. Karena andai Mas tetap memaksa, yang akan Mas dapatkan hanya luka. Luka untuk Mas, dan juga luka untukku yang sudah telanjur tak selevel dengan kalian di mata mamah Mas. Mas belum lupa, kan, alasanku keluar dari pekerjaan dan itu sampai ditebus oleh mas Aidan, masih karena kebencian mamah Mas?” ucap Arimbi tenang sekaligus tertata.

“Biarkan aku berusaha dulu, Dek. Tolong kasih aku kesempatan!” yakin mas Rio

“Saat memandangku sebagai pembantu saja, mamah Mas menganggap aku hi-na. Apa kabar jika pembantu yang dipandang hi-na, sampai dicintai oleh anak kesayangannya?” lanjut Arimbi yang kali ini memberanikan diri menatap mas Rio.

“Sekali, saja. Tolong kasih aku kesempatan sekali saja, Dek!” mohon mas Rio.

“Namun andai mamah Mas tahu, yang mamah Mas lakukan pasti langsung menye-rangku!” balas Arimbi tak kalah memohon. “Aku ingin hidup tenang dengan caraku yaitu tanpa terikat apalagi memiliki hubungan dengan siapa pun, Mas. Lagian, di luar sana pasti banyak yang lebih baik dariku dan pastinya sesuai kriteria mamah Mas!”

“Kamu bahkan belum kasih aku kesempatan, Dek!”

“Seperti yang tadi saya bilang, Mas. Kesempatan yang aku berikan hanya akan membuat mamah Mas menye-rangku. Mamah Mas akan makin membenciku!” yakin Arimbi.

Rio tidak mengerti, kenapa Arimbi dengan begitu mudah berasumsi padahal mereka belum mencoba. “Kita coba dulu, Dek. Pelan-pelan. Dirahasiakan dulu juga enggak apa-apa kalau kamu memang belum siap?”

Arimbi yang masih menatap kedua mata mas Rio penuh keseriusan langsung menggeleng tegas. “Setelah apa yang terjadi, juga menyadari keadaanku yang seperti ini, sadar diri dengan jauh lebih selektif akan membuatku bisa mendapatkan kebahagiaanku, Mas!” Setelah berucap demikian, Arimbi yang ingin menutup obrolan empat mata mereka sengaja berkata, “Sudah yah, Mas. Tolong jangan memaksakan keadaan. Kalaupun memang harus ada hubungan, aku enggak bisa lebih dari teman, Mas.”

“Dengan Mas Aidan ...?” mas Rio sengaja memotong ucapan Arimbi.

Walau sempat bingung kenapa pria di hadapannya malah menyinggung hubungannya dengan mas Aidan, Arimbi tetap menyikapi mas Rio dengan tenang. “Dia orang baik.”

“Karena itu juga, dia memiliki kesempatan?” batin mas Rio masih berasumsi.

“Kesempatan?” lirih Arimbi sengaja mengulang karena tidak paham.

Mas Rio yang masih menatap Arimbi penuh keseriusan segera mengangguk. “Kalian sangat dekat.”

“Karena dia orang baik, dan keluarganya juga tidak melarangnya membantuku!” yakin Arimbi yang juga menegaskan, tidak ada yang spesial antara dirinya dan mas Aidan, selain karena mas Aidan pernah menolongnya lepas dari jerat Ilham.

“Biarkan aku jadi orang baik juga buat kamu. Aku mohon!” yakin mas Rio lagi tak mau menyerah.

Lelah, Arimbi refleks menghela napas pelan. “Terserah Mas, tapi tolong, tetap jaga batas agar tidak ada fitnah. Sekalian aku juga mau pamit ke belakang, masih banyak pekerjaan yang harus aku bereskan. Aku mau jualan lagi.”

“Aku bantu, Dek!” tawar Rio.

“Jangan. Nanti tetangga langsung heboh. Mas rutin ke sini saja, pasti sudah jadi bahan heboh!” yakin Arimbi yang langsung pergi karena ia memang merasa sudah pamit.

“Masalah baru,” batin Arimbi sambil terus melangkah memasuki dapur. Luka di kepalanya yang untungnya tak sampai dijahit saja masih terasa sakit, eh sekarang mas Rio memaksa menjadi teman dekatnya. “Kok mas Rio sampai merasa hubunganku dan mas Aidan dekat, ya? Memangnya kami sedekat itu? Atu hanya karena mas Rio suka aku, makanya dia dengan sangat mudah cemburu?” pikir Arimbi yang langsung mendapat banyak pertanyaan dari sang mamak. Mengenai luka di kepalanya akibat Aisyah, juga obrolannya dengan Rio. Namun tanpa membuat sang mamak khawatir, Arimbi meyakinkan semuanya baik-baik saja.

“Bu, ... Ibu jawab jujur, ya?” ucap Arimbi yang kali ini berucap dengan sangat hati-hati.

Ibu Warisem langsung tegang. Ia memasukan sayur ke wajan berisi air mendidih sambil fokus menatap wajah khususnya kedua mata Arimbi

“Tadi, ... mas Rio bilang, ... aku sama mas Aidan kelihatan seperti ada hubungan. Memangnya menurut ibu juga begitu?” Hanya bertanya begitu, Arimbi sudah langsung harap-harap cemas.

Ibu Warisem mengangguk-angguk. “Iya. Kalian manis banget. Memang, beneran ada hubungan?” Namun ia juga langsung memberikan dukungan. “Ya enggak apa-apa. Kelihatannya mas Aidan baik banget. Kemarin saja, dia mau-mau saja menyusun kelapa mudanya ke karung. Angkut sendiri walau keberatan. Ibu setuju, Mbi.”

“Setuju apaan, Bu. Mas Aidan jauh lebih kaya dari mas Rio. Berkali-lipat pokoknya! Mas Kala kan anaknya pak DPR Kalandra, Bu!” balas Arimbi.

“Hah ...? Jadi mas Aidan anaknya pak DPR Kalandra yang pas pemilihan keliling sini?” ibu Warisem benar-benar terkejut.

“Loh, memangnya Ibu baru tahu?” balas Arimbi tak kalah terkejut karena sang ibu ternyata belum tahu.

Meninggalkan obrolan Arimbi dan sang ibu yang menjadi manis hanya karena membahas mas Aidan yang diketahui anak DPR pak Kalandra, di rumah Ilham, Aisyah sudah kedinginan di kamar Ilham. Ia membuka lemari di sana, memilih salah satu koko lengan panjang milik Ilham kemudian memadukannya dengan sarung. Tangan hingga kakinya memang sudah tertutup. Namun kepala yang tak luput dari tato dan bekas tindik ...? Aisyah ketar-ketir. Menyayangkan keadaan kenapa ia tidak membawa banyak pakaian ganti.

“Innalilahi Aisyah anaknya petinggi pesantren! Ini kenapa lantai banjir begini? Niat biar saya terpeleset terus stroke apa bagaimana?”

Seruan sang ibu mertua yang seharian ini sangat cerewet, sukses membuat Aisyah kaget. Ketar-ketir Aisyah kebingungan mencari pelindung kepala dan juga wajahnya.

Sementara di luar, ibu Siti masih geram menatap setiap air yang menghiasi lantai dan ia yakini merupakan bekas Aisyah. Dan karena sumber berhentinya memasuki kamar Ilham, tanpa pikir panjang ia langsung menerobos pintu kamar putranya itu. Dari dalam memang ada yang berusaha menahan, tapi ia tidak peduli dan sengaja mengerahkan seluruh tenaganya hingga pintu kayu laban yang memang sangat kokoh itu, terbuka sempurna dengan agak terbanting.

1
Sripeni Verayanti
mas Azzam niat banget jail ke bu Siti 🤣
Farel Podungge
suci apax...
anikbunda lala
ojo mati sik si gege...kandangin dulu biar disiksa temen dijeruji
Nartadi Yana
hahahaha
Nartadi Yana
sabar dg kekurangan diri jadikan cambuk untuk lebih baik mas azam
Chen Aya
mampir thor
anikbunda lala
kok aku yang deg deg an ya
Nartadi Yana
kok bisa keluar tu si ojan kan sudah dikurung ya
Sripeni Verayanti
the power of Restu Ortu is the best way
Nartadi Yana
cocok deh Ilham penipu juga ditipu kapokmu kapan
Nartadi Yana
hamba Allah yang nggak pernah sholat isinya hanya dendam pakai cadar hanya untuk mengelabuhi orang
Usmi Usmi
🤣🤣🤣 wanita suci taik
Farel Podungge
itulah balasanx jka kita memfitnah orang lain 🙏🏽
Sri Lestari
prinsip hidup saya sebelum menikah uang masing2,,,,,baik boleh bodoh jangan Arimbi
Nartadi Yana
semoga rejekimu lancar mbi
Nartadi Yana
ntar atimbi jadi istrinya mas Aidan dan sukses punya rumah makan kaya mama Arum.
Nartadi Yana
itu akibat buang berlian dapatnya malah sampah WC umum lagi kapokmu kapan
Nartadi Yana
tuh karmamu langsung sampai ham bukan talak ditipu mentah mentah dan kamu sudah dibeli dengan gelar dan dibayarkan hutangmu
Nartadi Yana
banyak kejutan cadarnya bukan karena iman tapi ...
Nartadi Yana
berarti niat dari awal Ilham sudah berniat jelek, itu bohong sama kiyai kalau kuliah pakai beasiswa , akan menumpuk kebohongan selanjutnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!