Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Pertemuan Pertama
Di dalam pesawat milik TNI AU dari Lombok menuju Jakarta, Dokter Heni bertemu pertama kali dengan Seno yang sedang terluka. Tangan cekatannya sebagai dokter langsung memberikan pertolongan segera pada Seno.
"Nah, sudah oke sekarang. Gimana, apa sudah terasa lebih baik?" tanya Dokter Heni setelah membalut kaki Seno yang berdarah sekaligus lengan Seno yang mengalami patah tulang. Walaupun pada nantinya ketika sudah tiba di Jakarta, Seno tetap akan dirawat dan diperiksa lebih lanjut di rumah sakit.
"Terima kasih. Sudah agak mendingan, Dok."
"Sama-sama. Itu sudah tugas saya sebagai dokter untuk membantu pasien. Semoga lekas sembuh dan bisa bertugas kembali, Ndan."
Heni asal menebak saja sehingga memanggil Seno dengan sebutan komandan. Ia menganggap bahwa Seno komandan prajurit angkatan darat yang saat itu bersama mereka. Dilihat dari segi usia dan pakaian dinas serta atribut yang dikenakan oleh laki-laki itu sehingga Dokter Heni berpikiran hal tersebut.
"Saya belum jadi komandan, Dok." Seno pun menjawabnya.
"Sebentar lagi dia jadi komandan, Dok. Dia duda lapuk, Dok. Lagi cari istri solehah spek bidadari ya kayak dokter beginilah. Sudah pintar mengobati, cantik, baik hati pula." Salah satu rekan Seno ikut menimpali dengan berteriak dan berlanjut mereka terkekeh bersama.
Seketika suasana riuh di dalam pesawat terdengar. Selepas mereka tegang dengan latihan gabungan, Seno dan Dokter Heni menjadi hiburan tersendiri untuk para prajurit lainnya di dalam pesawat.
"Nama dokter siapa?" tanya Seno tiba-tiba. Sebab Dokter Heni saat ini sedang tidak memakai jas dokter.
"Oh iya, kita belum berkenalan. Maaf," ucap Dokter Heni tulus meminta maaf seraya mengusap pipinya karena masih tersisa jejak air matanya akibat menangisi kepergian cinta pertamanya yang baru saja berpulang pada Sang Pencipta.
"Perkenalkan saya Heni Widyastuti. Panggil saja Heni," ucap Dokter Heni memperkenalkan diri.
"Seno," ucapnya.
Dokter Heni hanya memberikan senyum tipisnya pada Seno. Lalu hening pun tercipta di antara keduanya. Hanya suara gemuruh pesawat yang tengah mengudara serta sayup-sayup perbincangan para prajurit lainnya yang terdengar.
"Dari informasi komandan, dokter mau ke Jakarta karena ingin melayat. Siapa yang meninggal?" tanya Seno.
Deg...
Dokter Heni membasahi bibirnya terlebih dahulu sebelum menjawabnya.
"Kakak saya meninggal dunia di Jakarta. Pemakamannya jam sepuluh pagi" jawab Dokter Heni seraya berusaha membuang rasa gugupnya jauh-jauh seakan takut ketahuan berbohong mengenai status.
Sejujurnya ia tidak ada maksud membohongi Seno maupun para prajurit di sana supaya dirinya bisa diangkut dalam pesawat milik TNI. Prasetyo Pambudi walaupun menyandang status sebagai cinta pertama sekaligus mantan tunangannya, tetapi ia juga menganggapnya sebagai kakak. Karena usia Prasetyo Pambudi lebih tua daripada dirinya.
Terlebih ia tak dekat dengan Seno dan para prajurit lainnya. Mereka semua baru pertama kali bertemu dan mengenal. Yang dipikirannya hanya ingin segera tiba di Jakarta untuk menguatkan Bening dan melihat prosesi pemakaman cinta pertamanya tersebut. Tak ada hal lain yang tengah dipikirkannya kala itu dalam benak Dokter Heni.
Lagi pula jika ditelaah lebih lanjut apa yang dilakukan Dokter Heni juga tidak merugikan siapa pun mengenai perihal mengatakan pada orang lain bahwa Prasetyo Pambudi adalah kakaknya.
Akhirnya dari cerita singkat Dokter Heni padanya, Seno pun paham kala itu bahwa mendiang wakapolri Jenderal Prasetyo Pambudi adalah kakak Dokter Heni. Yang ada di pikiran Seno tentu saja kakak yang dimaksud adalah sebagai kakak kandung.
"Saya turut berduka atas kepergian kakak Dokter Heni. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah," ucap Seno tulus.
"Terima kasih," jawab Dokter Heni lirih.
Setelah hampir dua jam perjalanan, pesawat TNI AU yang membawanya ke Jakarta pun mendarat dengan selamat. Setelah mengucapkan banyak terima kasih pada rombongan gabungan TNI tersebut, Dokter Heni berlari dengan segera menuju pintu keluar. Seno yang sudah turun dari pesawat dan berada di atas kursi roda, sempat melihat sejenak wajah cemas bercampur kesedihan mendalam Dokter Heni yang tengah berlari seakan mengejar waktu.
☘️☘️
Seno dan Riko telah kembali ke rumah dinas usai berbicara empat mata. Aya sedang tidur siang. Sedangkan Aldo tengah membereskan baju di kamar. Dikarenakan sore hari Aldo akan kembali ke Magelang.
Riko, Seno, dan Dokter Heni saat ini tengah duduk di ruang tamu.
"Dok, yang sabar-sabar ya hadepin Seno. Dia baik dan aslinya jinak kok. Cuma memang agak bebal dan gemesin kayak kita ini lagi diuji nel3n cabai dalam jumlah banyak," ledek Riko seraya tertawa.
Seno seketika memandang Riko dengan tatapan tajam seakan mata Seno ingin menembakkan laser bertubi-tubi pada Riko.
"Cie, ada yang enggak suka nih. Ehem-ehem..." goda Riko.
Dokter Heni hanya memberikan senyum tipisnya. Lalu, Seno pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sejak tadi Seno sudah melihat gestur tubuh Dokter Heni yang sedikit grogi saat mereka duduk bertiga. Dalam benaknya ia sengaja memberikan ruang untuk Riko dan Dokter Heni duduk berdua. Bisa saja istrinya itu ada sesuatu hal yang dibicarakan dalam benak Seno. Ia percaya bahwa Riko bukan pengkhianat seperti Gani.
Kini tinggallah Dokter Heni dan Riko di ruang tamu.
"Ehem," dehem Riko memecah keheningan.
"Dok, Mbak Bening dan Mas Arjuna terus cari Anda. Katanya kontak dokter sudah enggak bisa dihubungi. Apa dokter sengaja pergi dan mengganti nomor ponsel?" tanya Riko secara lugas.
"Iya, Mas. Maaf, saya memang sengaja pergi jauh dan akhirnya terdampar ke tapal batas ini dan sekarang malah jadi istri sahabat Mas Riko yang kayak es di kutub itu. Hehe..." jawab Dokter Heni seraya terkekeh sendiri.
"Mbak Bening enggak lama lagi akan lahiran," ucap Riko tiba-tiba.
"Hah, lahiran lagi?"
Sontak Dokter Heni terkejut mendengar jika Bening tak lama lagi akan melahirkan kembali.
"Iya, Dok. Adiknya si kembar. Sepertinya Mbak Bening dan Mas Arjuna mau mewujudkan permintaan mendiang komandan yang pengin punya banyak cucu," jawab Riko.
"Kira-kira kapan Bening akan lahiran?"
"Sepertinya sebulan lagi. Apa Dokter Heni mau ke Jakarta jenguk Mbak Bening?"
"Penginnya begitu. Cuma sekarang sudah ada suami. Jadi tunggu acc Mas Seno boleh apa enggak ke sana," jawab Dokter Heni lirih.
Walau bagaimana pun kondisi rumah tangganya dengan Seno yang penuh keunikan ini, ia ingin tetap menghargai dan menghormati suaminya tersebut. Sebagai seorang istri wajib meminta izin dari suami ketika kita hendak melangkahkan kaki keluar rumah. Terlebih dirinya akan pergi jauh ke Jakarta walaupun dengan niat baik ingin menjenguk Bening lahiran nantinya. Tetap izin dari Seno berarti untuknya.
Tiba-tiba keduanya terlonjak mendengar sahutan seseorang di belakangnya.
"Boleh. Asal sama aku perginya," sahut Mayor Seno dengan suara khasnya yang dingin nan tegas.
Deg...
"Jadi, dari tadi dia dengerin pembicaraanku dengan Riko dari jauh." Dokter Heni mendengus sebal dalam hatinya.
"Mulai anuu nih, Kang Kulkas dingin. Haha..." batin Riko tertawa keras.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭