Bagaimana perasaanmu jika teman kecilmu yang dahulunya cupu, kini menjadi pria tampan, terlebih lagi ia adalah seorang CEO di tempatmu bekerja?
Zanya andrea adalah seorang karyawan kontrak, ia terpilih menjadi asisten Marlon, sang CEO, yang belum pernah ia lihat wajahnya.
Betapa terkejutnya Zanya, karena ternyata Marlon adalah Hendika, teman kecilnya semasa SMP. Kenyataan bahwa Marlon tidak mengingatnya, membuat Zanya bertanya-tanya, apa yang terjadi sehingga Hendika berganti nama, dan kehilangan kenangannya semasa SMP.
Bekerja dengan Marlon membuat Zanya bertemu ayah yang telah meninggalkan dirinya sejak kecil.
Di perusahaan itu Zanya juga bertemu dengan Razka, mantan kekasihnya yang ternyata juga bekerja di sana dan merupakan karyawan favorit Marlon.
Pertemuannya dengan Marlon yang cukup intens, membuat benih-benih rasa suka mulai bertebaran dan perlahan berubah jadi cinta.
Mampukah Zanya mengendalikan perasaannya?
Yuk, ikuti kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velvet Alyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Rahasia
"Tapi kamu juga harus menceritakan satu rahasia kamu." Ujar Marlon lagi.
Zanya berpikir sejenak, ia ingin tahu apa rahasia yang akan Marlon katakan, tapi ia tidak mungkin membuka rahasia yang dimilikinya.
"Setuju!" jawab Zanya akhirnya.
Marlon mengambil tangan Zanya. "Ayo, kita buat segel janji!" ujarnya sambil menangkupkan tangan Zanya ke tangannya, lalu menggenggamnya, sehingga jari jemari mereka berkaitan.
Begini bentuk segel yang di buat Marlon dengan tangannya dan tanganZanya.
Zanya mengernyit, lalu tertawa. "Bukannya segel janji itu biasanya pakai jari kelingking?" tanyanya.
"Segel dengan jari kelingking terlalu lemah, ini lebih kuat, karena semua jarinya berkaitan, kalau kelingking lepas, masih ada 4 jari lainnya, kan?" ujar Marlon.
"Oke, baiklah." Jawab Zanya.
"Janji?" tanya Marlon.
"Janji!" jawab Zanya.
"Kamu mau tau, lantai 18 dan 19 itu apa?" tanya Marlon. " Aku pernah lihat kamu beberapa kali nyoba ke lantai itu."
Zanya menatap Marlon. "Maaf, saya hanya penasaran." Jawab Zanya.
"Maka dari itu, aku mau kasih tau kamu, tapi kamu harus jaga rahasia, karena gak ada orang lain yang tau selain Dwi, dan sahabatku. Orangtua dan kakekku pun gak pernah tau hal ini." Ujar Marlon.
Zanya masih menatap Marlon, menunggu Marlon melanjutkan ucapannya.
"Lantai 18 dan 19 itu adalah galeri lukisanku." Ujar Marlon.
Ah, rupanya dia masih melukis? Pikir Zanya. Pantas saja ia beberapa kali melihat Marlon pergi ke lantai itu.
"Anda melukis?" tanya Zanya.
"iya. Beberapa aku jual di website. Kapan-kapan aku ajak kamu ke lantai itu, untuk lihat-lihat lukisanku." Jawab Marlon.
Zanya mengangguk-anggukkan kepala dengan senang.
"Jadi apa rahasia kamu?" tanya Marlon.
Zanya berpikir sejenak. "Saya suka pada teman SMP saya, tapi dia gak tau kalau saya suka dia." Ujarnya.
"Apa? cuma itu?" tanya Marlon.
Zanya mengangguk. "itu rahasia besar bagi saya, Pak. Karena, kalau sampai dia tau hal itu, saya pasti malu banget." Jawabnya.
Apa-apaan itu? Dia malah menceritakan kisah cintanya? Pikir Marlon. Dirinya sengaja memancing Zanya agar menceritakan rahasia yang ingin diketahuinya, tapi gadis itu malah menceritakan kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Sungguh menyebalkan, gerutu Marlon dalam hati.
***
Jakarta, pukul 19:00.
Zanya turun dari mobil Marlon, mereka baru pulang dari pertemuan dengan Pak Deddy Red Dragon, untuk mengukuhkan kerja sama pembangunan hotel dan resort di pantai tanjung setia. Hari ini adalah hari kedua mereka di jakarta, namun hari pertama mereka bekerja karena kemarin mereka terlalu lelah untuk bekerja.
"Kak Marlon!" Sebuah suara memanggil Marlon.
Zanya ikut celingukan mencari arah suara, lalu melihat gadis berambut pendek berjalan ke arah mereka. Gadis itu adalah Ayra, ia memakai mini dress yang sangat seksi, senyuman menghias di wajahnya.
"Kak Marlon, aku tadinya mau ke kantor kamu, karena teleponku gak di angkat-angkat. Kebetulan banget kita ketemu di parkiran, temenin aku jalan-jalan, yuk!" ujar Ayra dengan manja.
Marlon menatap Zanya, kemudian menatap Ayra, kemudian kembali menatap Zanya. "Aku pergi sebentar, kamu silahkan ke wisma duluan." Ujarnya.
"Baik, pak!" jawab Zanya, kemudian berbalik sambil memutar bola matanya, lalu pergi meninggalkan parkiran.
***
Marlon mengajak Ayra duduk di taman, ia terpaksa menemui gadis itu, hanya untuk menjaga hubungan baik saja. Karena bagaimanapun juga, yang telah berbuat salah padanya dan keluarganya adalah Gilang, bukan ayra.
"Mau cari tempat duduk yang lain, Ayra? Disini terlalu dekat dengan parkiran, takutnya kamu gak nyaman." ujar Marlon saat Ayra duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari parkiran.
"Gak apa-apa, Kak. Disini aja, aku nyaman-nyaman aja selama ada kamu." Ujar Ayra sambil tersenyum.
Marlon pun duduk di samping gadis itu. Ia berencana untuk memberi pengertian kepada Ayra untuk berhenti menemuinya, karena ia sedang mendekati gadis yang ia suka.
"Kalau duduk berdua gini, aku jadi inget waktu awal-awal kita kenal dulu, Kak. Waktu itu kamu masih SMA, ya? Aku masih SD. Tapi aku udah suka sama kamu." Ujar Ayra tanpa malu-malu. "Dulu aku pengen banget punya kakak, awalnya aku pengen anggap kamu kakak kandungku sendiri, tapi lama-lama aku malah pengen jadi pacar kamu." Lanjutnya.
"Mmmm... Ayra, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu..." Ucapan Marlon menggantung.
"Kak, minum ini dulu, yuk!" Ayra memberikan sebuah botol minuman kemasan. "Aku ingat, itu dulu kesukaan kamu, kan?"
Marlon menerima minuman itu, lalu melihatnya. "Udah lama aku gak minum ini." Ujarnya, kemudian membuka botol minuman itu dan meminumnya sedikit. "Terimakasih, Ayra!" ucap Marlon, lalu kembali meneguk minuman itu sampai setengah botol.
Ayra menatap botol yang Marlon pegang. "Aku juga terimakasih, kamu mau temani aku jalan-jalan. Aku jadi ingat masa-masa bahagiaku dulu, waktu kita sering jalan bareng." Ujar Ayra.
"Kak, Kamu tau gak? Aku kangeen banget sama masa-masa itu, aku pengen balik ke masa-masa itu." Ayra terus berceloteh.
Marlon merasakan pusing yang amat sangat, ia memegang kepalanya. "Ayra...!" Ucapnya lemah.
***
Dengan kesal Zanya membuka bungkus mie instan yang di pegangnya. Tadi Marlon bilang ingin sekali mencoba mie instan, dan mereka berencana makan mie instan di kediaman Zanya. Namun, pria itu malah pergi bersama Ayra dan menyuruhnya pulang sendirian.
"Liat aja! Lain kali gue gak akan mau diajak makan mie instan lagi!" gerutu Zanya sambil memasukkan mie ke dalam air mendidih.
Selesai makan, Zanya menyimpan mangkuknya di wastafel, lalu duduk di sofa untuk menonton drama korea. Zanya menatap sebuah kotak yang ada di depannya, kemarin Marlon memberikan kotak itu kepadanya, dan berkata bahwa kotak itu pemberian dari mamanya sebagai ucapan terimakasih karena telah menemukan anting sang mama tempo hari.
Zanya membuka kotak itu, dilihatnya sebuah gelang cantik berwarna perak. Zanya meraih gelang itu, lalu mencobanya, gelang itu sangat cantik menghiasi pergelangan tangannya. Zanya tersenyum, lalu merebahkan diri ke sofa. Zanya mengendus-endus sofa, ada wangi parfum Marlon tertinggal di sofa itu, kemarin Marlon memang cukup lama di kediamannya, mereka membicarakan banyak hal sampai malam.
Zanya mengambil bantal sofa itu, lalu memeluknya dengan gemas. "Di sofa ada wanginya, di tangan ada gelang dari mamanya, bahagianya...." bisiknya sambil tersenyum dan memejamkan mata.
***
Pagi ini Zanya bersiap-siap seperti biasa, karena ada Radit, maka ia tidak membangunkan Marlon. Ia sudah selesai mandi, tapi belum berhanti baju kerja karena saat ini masih pukul 06:00. Ia pun menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, kemudian menikmati sarapannya.
Tok, tok, tok!
Zanya mendengar pintunya di ketuk, ia pun segera membukanya untuk melihat siapa yang mengetuk.
"Za! Pak Marlon gak ada di kediamannya!" Radit terlihat panik.
"Apa?!" Zanya membelalakkan matanya, lalu berlari ke arah kediaman Marlon, diikuti oleh Radit.
Sampai di kediaman Marlon, Zanya langsung masuk ke kamar Marlon, tempat tidurnya masih rapih, lantai kamar mandinya kering, di ruang pakaiannya pun tidak ada baju kotor yang ia pakai kemarin, di seluruh ruangan tidak terdapat tanda-tanda kepulangan Marlon tadi malam.