Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 21 – Vila Pedang Raja
Rombongan Yin Song berdiam di salah satu dari tiga Vila paling besar pada Lembah Seratus Pedang yaitu Vila Pedang Raja.
Wang Ergou sendiri yang menyambut rombongan tersebut, terlihat kebahagiaan memenuhi wajahnya sebab bisa menjalin hubungan dengan Kaisar Han masa depan.
“Pangeran Mahkota, Hamba sudah menyiapkan jamuan untuk anda dan juga ruang istirahat terbaik bagi keluarga anda…” Wang Ergou sama sekali tidak menutupi niatnya untuk menjilat Yin Song.
Yin Song tersenyum canggung, dia bertemu Jiang Kun sebelumnya dan melihat Jiang Kun adalah pendekar sejati yang tidak banyak ketertarikan pada hal duniawi tetapi Yin Song tidak bisa melihat hal yang sama pada Wang Ergou. Yin Song tidak menolak jamuan tersebut, dia meminta Mu Rong untuk membawa Yin Xuehua beristirahat di ruang yang telah disediakan Lembah Seratus Pedang.
“Pangeran Mahkota tidak perlu khawatir, keamanan Lembah Seratus Pedang sangat terjamin terutama di Vila Pedang Raja ini…” Wang Ergou kemudian menyadari ada sepuluh orang yang berada tidak jauh dari Yin Song dan keluarganya, mereka semua merupakan pendekar kelas satu.
Yin Song tersenyum tipis, pendekar kelas satu bekerja pada sebuah keluarga tidak mudah ditemukan. Selain keluarga besar di Ibukota rasanya sulit memiliki pengawal sepuluh orang pendekar kelas satu untuk menjaga beberapa orang di Kekaisaran Han.
Tentu saja sepuluh pendekar ini terlihat biasa saja di tempat seperti Lembah Seratus Pedang yang memiliki ratusan jagoan pendekar ahli.
“Tetua Wang mohon memaklumi, keberadaan mereka hanya untuk membuatku lebih tenang saja.” Yin Song kemudian mengikuti Wang Ergou ke ruang jamuan dan membawa enam orang pendekar, dia menyuruh empat lainnya menjaga Mu Rong dan Yin Xuehua.
Yin Song juga berniat menanyakan tentang catatan Tubuh Dewa Perang pada Wang Ergou saat menghadiri jamuan tersebut.
Mu Rong merasa kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang jadi dia mengajak Yin Xuehua untuk beristirahat.
***
Xiao Chen kini berada di luar Vila Pedang Raja, biasanya setiap Vila bebas saja dimasuki oleh sesama anggota Lembah Seratus Pedang namun karena kehadiran tamu penting maka Vila tersebut kini dijaga ketat dan setiap orang yang ingin masuk ataupun keluar harus diperiksa terlebih dahulu.
“Penjagaan Vila ini sangat ketat, tidak akan mudah orang menyusup ke dalamnya.” Xiao Chen mengelilingi Vila Pedang Raja, mencari celah untuk menyusup tetapi bisa dia lihat keamanan sangat terjaga.
Xiao Chen tidak bisa mengingat rinci kejadian terbunuhnya Mu Rong tetapi yang pasti semua itu terjadi beberapa hari setelah rombongan ini tiba di Lembah Seratus Pedang. Pada kehidupan sebelumnya Xiao Chen menghabiskan waktunya di Paviliun Pedang Muda jadi dia baru mengetahui masalah tersebut saat Yin Song begitu murka dan menyebabkan Lembah Seratus Pedang menjadi kacau.
“Yang pasti tidak akan terjadi hari ini…” Xiao Chen mulai berandai-andai misalnya dirinya yang ditugaskan untuk membunuh Yin Xuehua, rencana seperti apa yang akan dia jalankan.
Yang pastinya ini adalah sebuah misi bunuh diri, setelah berhasil membunuh target merekapun para pembunuh ini tidak akan lolos dari Lembah Seratus Pedang yang memiliki begitu banyak pendekar ahli.
Berpikir tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini, Xiao Chen kembali ke Vila Pedang Bambu.
Fang An sedang berlatih ilmu pedangnya di halaman ketika Xiao Chen kembali. Melihat Fang An, Xiao Chen mendadak mendapatkan sebuah ide.
“Chen’er kau sudah pulang, Apa kau menemukan yang kau cari?” Fang An tersenyum lembut pada Xiao Chen.
“Guru, kudengar cucu Kaisar datang kemari juga dan dia sangat cantik tetapi aku tidak berhasil melihatnya…” Xiao Chen berkata sambil malu-malu.
Fang An melebarkan matanya, dia tidak menduga Xiao Chen tertarik dengan lawan jenis pada usia semuda ini, “Ehm… Chen’er, kau sudah punya gadis yang menunggumu di Gunung Bunga Persik, kau masih ingin melirik gadis lain?”
“Guru, Aku hanya penasaran, tidak ada maksud lain…” Xiao Chen tersenyum canggung.
Fang An tertawa kecil, dia merasa berpikir terlalu jauh. Kadang Fang An lupa bahwa Xiao Chen masih berusia 6 tahun karena kecerdasannya yang luar biasa itu.
“Mungkin nanti Guru akan menemui Pangeran Mahkota, nanti kau bisa ikut dan mungkin bisa melihat Putri Xuehua dari dekat.” Fang An mengelus kepala Xiao Chen lembut.
Fang An memang ditugaskan oleh Jiang Kun untuk menemani Yin Song mencari informasi terkait Tubuh Dewa Perang. Jiang Kun mengakui pemahaman Fang An terhadap bela diri begitu mendalam terlepas dari usianya, lagipula Yin Song sepertinya akan lebih mudah berkomunikasi dengan Fang An yang masih muda.
Xiao Chen kembali ke kamarnya dan mulai mengkonsumsi Ginseng Air lainnya, dia merasa harus memanfaatkan setiap waktu yang dimilikinya untuk bertambah kuat. Biasanya Xiao Chen hanya mengkonsumsi satu ginseng setiap harinya, tetapi kali ini dia terus mengkonsumsinya setelah khasiat dari ginseng yang dikonsumsinya habis.
Selama dua hari berikutnya Xiao Chen tidak keluar dari ruangannya selain untuk makan dan membersihkan Vila Pedang Bambu. Fang An juga bisa memperhatikan perkembangan Xiao Chen yang begitu mengerikan dari gerakan tubuhnya.
“Chen’er, Hari ini aku akan pergi untuk menemui Pangeran Mahkota, kau ingin ikut bersamaku?”
“Tentu saja Guru!” Xiao Chen bersemangat begitu mengetahui kabar ini, dua hari terakhir dirinya tidak bisa tenang karena khawatir sesuatu terjadi.
Fang An tertawa kecil, mereka kemudian menyelesaikan sarapan sebelum Fang An mengajak Xiao Chen pergi ke Vila Pedang Raja.
Sepanjang perjalanan, Xiao Chen menjadi pusat perhatian karena ini pertama kalinya dia meninggalkan Vila Pedang Bambu bersama Fang An untuk waktu yang cukup lama. Biarpun tidak sedikit orang yang pernah mengintip Vila Pedang Bambu demi melihat dirinya tetapi tidak banyak yang pernah melihat wajahnya dengan jelas.
“Murid Senior Fang tidak buruk ternyata…”
“Parasnya cukup menawan menurutku…”
“Dia akan tumbuh menjadi pemuda yang tampan…”
Kebanyakan yang berkomentar seperti itu adalah para gadis, Xiao Chen tidak heran mendengarnya karena memang dengan meningkatnya kualitas tulang di usia muda maka bentuk tubuhnya menjadi lebih gagah dan wajahnya menjadi sedikit lebih rupawan. Selain itu seseorang yang berlatih Kitab Dewa Naga Surgawi akan memiliki aura yang membuatnya tampil lebih menawan.
Tentu saja semua ini kembali ke bentuk wajah dasar yang dimiliki seseorang, Xiao Chen pada dasarnya memiliki wajah yang standar saja. Andaipun suatu hari tulangnya mencapai kualitas Tulang Dewa Naga sekalipun dia tidak akan memiliki ketampanan seperti Fang An.
“Chen’er, mari berjalan lebih cepat.”
Xiao Chen tersenyum tipis sebelum mulai melangkah lebih cepat, seperti biasa gurunya kurang nyaman ketika dipandang oleh begitu banyak gadis. Dalam beberapa saat keduanya tiba di Vila Pedang Raja.