Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#29
FLASH BACK ON
Setelah menyempatkan diri untuk menjenguk Zia, Mahen pamit pergi karena dirinya juga ingin segera melihat kondisi Keyla. Ia sudah bertekad untuk menemui Keyla dan meminta maaf. Untuk kali ini Mahen tidak akan membiarkan Keyla menjalani ini semua seorang diri.
Tanpa Sepengetahuan Mahen Sofi mengikuti langkah kakinya." Tunggu." Ucapnya sambil mencekal pergelangan tangan Mahen saat mengetahui Mahen berjalan ke arah kamar Keyla di rawat.
"Mama." Ucap Mahen terkejut.
"Mau kemana kamu?" Tanya Sofi sambil menatap tajam Mahen.
Mahen hanya bisa menghela nafasnya. "Mahen mau lihat kondisi Keyla ma." Jawabnya.
"Mama tidak mengizinkanmu untuk menemuai anak pembawa sial itu.."
"Ma. Mama sudah berjanji untuk tidak memanggil Keyla dengan sebutan itu." Protes Mahen.
"Janji itu hanya berlaku jika anak pembawa sial itu yang mendonorkan ginjalnya untuk anakku." Ucap Sofi penuh penekanan. "Kenapa kamu diam? Apa kamu terkejut bahwa mama mengetahui satu fakta yang kamu tutupi dari kami semua."
Mahen hanya terdiam.
"Jauhi anak pembawa sial itu. Ah tidak, jangan pernah lagi bertemu dengan anak pembawa sial itu." Ucap Sofi. "Jika tidak aku akan memberitahu mereka semua bahwa anak pembawa sial itu bukanlah pendonor ginjal Zia. Kamu pasti tahu kan apa yang akan mereka lakukan nanti. Apalagi papamu." Ancam Sofi yang membuat Mahen semakin terdiam.
FLASH BACK OFF
Aga menatap sendu Mahen. Setelah mendengarkan uccapan Mahen, Aga tidak tahu harus mengatakan apa jadi ia hanya bisa megusap punggung rapuh dari kakak sahabatnya.
"Seharusnya aku tidak menuruti ucapan dari wanita gila itu." Ucap Mahen sambil meremat rambutnya menggunakan kedua jari- jari tangannya. "Seharusnya aku percaya dengan diriku sendiri. Seharusnya aku yakin aku mampu untuk melindunginya."
.
.
Pagi ini Keyla bergegas turun dari tempat tidurnya untuk mencari keberadaan suster Tasya. "Bu." Panggil Keyla sambil menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa- gesa.
"Key jangan berlari sayang. awas nanti kamu terjatuh." Teriak suster Tasya dari arah dapur. Keyla berjalan menghampiri suster Tasya. "Ada apa sayang?" Tanya suster Tasya menghentikan aktivitasnya.
"Bu, nanti ibu keluar tidak." Tanya Keyla.
"Kenapa?"
"Kalau ibu keluar Key nitip tolong di belikan Beanie hat bisa tidak?" Tanya Keyla.
"Beanie?"
Keyla menganggukkan kepalanya. "Beanie hat bu. Topi yang dari rajutan itu loh bu." Keyla menjelaskan.
"Iya ibu tahu. Maksud ibu untuk apa Key?" Tanya suster Tasya pasalnya cuaca akhir- akhir ini sedikit panas.
"Ya untuk Keyla pakek bu." Jawab Keyla.
"Iya ibu tahu. Tapi kenapa kamu ingin memakai Beanie hat di saat cuaca seperti ini. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Suster Tasya penasaran.
Keyla menggelengkan kepalanya cepat. "Keyla hanya ingin bu." Ucapnya.
Suster Tasya menatap Keyla sedikit lama. "Kamu ingin berapa?"
"Buanyak." Jawab Keyla manja sambil tersenyum.
"Tapi besok ya. Hari ini ibu masih ada janji." Ucap suster Tasya yang langsung di jawab anggukkan kepala oleh Keyla.
"Terima kasih bu." Ucap Keyla tulus lalu memeluk suster Tasya dari belakang.
"Kembali kasih sayang." Jawab suster Tasya. Keyla sedikit menghindar saat suster Tasya ingin mengusap kepalanya. Suster Tasya melepaskan pelukkannya lalu membalikkan badannya untuk menghadap Keyla.
"Rambut Keyla kotor bu." Elak Keyla. "Ya sudah, Keyla mandi dulu ya bu. Sebentar lagi kelas online Key di mulai." Ucapnya lalu berlalu pergi.
Suster Keyla hanya menatap sendu punggung Keyla yang semakin menjauh. Dengan mata berkaca- kaca suster Tasya kembali mengingat saat kemarin dirinya membersihkan kamar Keyla. Ia menemukan bergumpal- gumpal rambut yang Keyla sembunyikan di bawah tempat tidurnya.
Keyla membungkuk meraih sesuatu di bawah tempat tidur. Ia bisa bernafas lega saat melihat gumpalan rambut yang ia sembunyikan masih berada di tempatnya. Keyla bergegas memunguti gumpalan rambutnya lalu memasukkannya ke dalam kantong untuk ia kubur di halaman depan rumahnya seperti biasanya.
.
.
Keyla memijit pelipisnya saat tugas- tugas yang harus ia kerjakan semakin menumpuk. Sebenarnya saat mengetahui bagaimana kondisi Keyla dari pihak sekolah sudah menawarkan keringanan untuk Keyla tapi ia tolak. Keyla tetap ingin mengerjakan semua tugasnya, tapi ia meminta untuk di berikan tenggat waktu sampai sebelum ujian berlangsung.
"Jangan di paksakan sayang. Jika lelah istirahat saja dulu." Ucap suster Tasya sambil mengusak kedua bahu Keyla. Keyla hanya menjawab dengan senyuman. "Bukankah pihak sekolah sudah memberikan kamu keringanan untuk tidak mengerjakan semua tugas ini?"
Keyla menganggukkan kepalanya. "Lalu kenapa kamu menolaknya?" Tanya suster Tasya. "Bukankah lebih baik jika kamu menerima tawarannya. Jadi kamu tidak perlu susah- susah untuk mengerjakannya." Ucap suster Tasya.
"Keyla hanya ingin mempertahankan peringkat Keyla untuk terakhir kalinya bu." Jawab Keyla.
"Key."
"Bukankah ibu sendiri yang bilang bahwa umur manusia itu tidak ada yang tahu. Hari ini Keyla masih bisa duduk bersama dengan ibu, tapi siapa tahu jika Keyla besok sudah tidak bisa membuka kedua mata Keyla." Ucap Keyla sambil menatap matahari yang mulai tenggelam.
"Key. Ibu yakin kamu pasti bisa sembuh." Ucap suster Tasya menguatkan.
"Jika Keyla bisa sembuh dari penyakit ini berarti itu bonus untuk Keyla bu." Jawab Keyla lalu meraih kedua tangan suster Tasya untuk di genggam. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah suster Tasya. "Untuk sekarang tolong izinkan Keyla untuk melakukan apapun yang Keyla inginkan. Kayla janji apapun nanti yang Keyla lakukan tidak akan mengganggu pengobatan Keyla." Ucap Keyla.
Suster Tasya hanya bisa menghela nafasnya sambil menatap sendu Keyla. Suster Tasya menganggukkan kepalanya, ia bisa apa jika Keyla sudah berkata demikian. "Tapi berjanjilah jangan terlalu memaksakan dirimu. Jangan pernah melewati batasan tubuhmu. Iatirahat jika kamu sudah merasa lelah."
Keyla tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Heem, Key janji bu." Ucanya. Senyum Keyla menghilang di gantikan dengan kerucutan pada bibirnya saat melihat apa yang sudah suster Tasya lakukan pada buku- bukunya. "Bu, Keyla belum selesai." Protesnya pada suster Tasya yang sedang merapikan buku- bukunya untuk di bawa masuk ke dalam rumah.
"Bukankah kamu sudah berjanji tidak melewati batasan pada tubuhmu." Suster Tasya mengingatkan.
"Tapi bu."Ucap Keyla ingin kembali protes.
"Kamu harus istirahat, bukankah kamu sudah duduk manis di sini mulai dari tadi siang sayang. Sekarang waktunya kamu mandi lalu kita makan." Ucap suster Tasya yang mau tidak mau harus Keyla turuti.