Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Apa kamu suka dengan mobil pemberianku?" Tanya Vanessa kepada Diego.
Hari ini Vanessa telah memenuhi janjinya kepada Diego untuk membelikan suami bayarannya itu sebuah mobil sport yang harganya sangat mahal. Dan dia juga memberikan uang DP senilai 100 juta.
"Lumayan." Jawab Diego. Pria itu sedang menyetir mobil barunya. Dia terpaksa harus menyembunyikan mobil miliknya di tempat lain.
"Anggap saja ini bayaran pertama untukmu. Harganya sangat mahal. Mungkin kamu harus menjadi kuli bangunan selama 10 tahun kalau mau membeli mobil sport seperti ini. Jadi kamu tidak perlu pinjam lagi kepada orang lain." Mungkin Vanessa mengira bahwa Diego adalah pria yang sangat miskin, padahal pria itu adalah pewaris perusahaan Murphy Group yang sesungguhnya.
Diego hanya diam. Walaupun sebenarnya dia sangat kesal karena sedari tadi Vanessa terus saja berbicara kepadanya. Padahal dia sangat kesal, gara-gara wanita itu semalaman Diego tidak bisa tidur.
"Aku tidak ingin tinggal di mansion ayahku. Aku ingin kita mencari rumah atau mansion untuk kita tinggali. Kebetulan Miss Lusi sudah merekomendasikannya, dan aku ingin kita mengecek tempat itu secara langsung denganmu." Pinta Vanessa.
"Tidak perlu. Kita akan tinggal di rumahku."
Perkataan Diego membuat Vanessa terkejut bukan main. Tentu saja dia sangat keberatan. Vanessa yang selalu terbiasa dengan kehidupannya yang mewah, tidak mungkin dia mau tinggal di rumah yang sederhana. Walaupun Vanessa belum pernah melihat rumahnya Diego, tapi dia sudah bisa membayangkannya, sekecil apa rumahnya pria itu. "Maksudmu kita harus tinggal di rumah kamu?"
Diego menganggukkan kepalanya, "Iya."
Vanessa langsung menolak, "Aku tidak mau. Kamu adalah suami bayaran aku, seharusnya kamu mengikuti apapun yang akan inginkan. Termasuk masalah tempat tinggal."
"Kalau begitu aku memilih untuk mundur. Buat aku pernikahan ini sama sekali tidak menguntungkan untukku." Ancam Diego.
Vanessa menghela nafas dengan kesal. Dengan berat hati dia terpaksa memilih menyetujui permintaan Diego. Sepertinya Diego berencana untuk tidak membiarkan Vanessa hidup bahagia.
...****************...
Tuan Arthur tidak ingin mengurus kepindahan Vanessa dari mansion ke tempat tinggal barunya. Mungkin karena dia masih sangat kesal dengan pernikahan putrinya itu.
Mungkin ada sekitar belasan mobil MPV yang membawa banyak sekali barang-barang Vanessa ke rumah sederhananya Diego. Dimulai dari barang-barang penting milik Vanessa dan juga barang-barang baru milik Vanessa.
Rupanya tidak muat, mungkin karena kini Vanessa tinggal di kamarnya yang berukuran jauh lebih kecil dari kamarnya yang dulu. Sehingga Vanessa harus memilih barang-barang apa saja yang harus dia bawa.
Sebenarnya rumah Diego tidak begitu kecil, disana terdapat dua buah kamar, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang tamu, satu ruang makan, dan halamannya pun sangat luas. Walaupun sebenarnya di kamar Diego terdapat ruang rahasia, tepatnya ada ruangan bawah tanah di bawah kamarnya Diego. Pintunya di tutup dengan sebuah karpet.
Di ruang rahasia tersebut terdapat banyak sekali senjata yang Diego miliki, termasuk terdapat foto-foto siapa saja target yang akan Diego bunuh, yang sengaja dia tempelkan di sebuah papan tulis.
"Maaf, Nona. Barang-barang anda tidak muat. Apakah Nona sangat yakin bahwa Nona akan tinggal disini?" Miss Lusi sangat tidak yakin apakah Vanessa yang dari dulu selalu hidup gelamor dan mewah, kini harus tinggal di tempat yang begitu sangat sederhana.
"Sepertinya dia ingin mengujiku. Baiklah aku akan memenuhi tantangan dia. Dia pikir aku tidak bisa tinggal di tempat seperti ini. Huh!" Jawab Vanessa dengan nada kesal.
Miss Lusi sedang membantu Vanessa membereskan semua barang-barang milik Vanessa, dibantu dengan pelayan yang lainnya. "Baiklah kalau memang itu sudah menjadi keputusan Nona. Kalau Nona mau meminta bantuan, jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan kepadaku!"
Vanessa hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Miss Lusi memberikan sebuah pistol kepada Vanessa, "Sepertinya Nona melupakan ini. Nona harus berhati-hati kepada siapapun, pasti banyak sekali orang yang mengincar nyawa Nona."
...****************...
Malam pun telah tiba. Vanessa padahal adalah seorang gadis yang pemberani, setidaknya dulu dia pernah belajar ilmu bela diri dan juga belajar menembak. Mungkin karena Tuan Arthur ingin Vanessa bisa melindungi dirinya sendiri.
Akan tetapi, malam ini Vanessa tidak bisa tidur. Suasana lampu yang sedikit redup. Apalagi posisi rumah yang jauh kemana-mana, sehingga begitu hening. Membuat Vanessa sedikit merasa ketakutan.
Mungkin karena Vanessa mengira bahwa Diego adalah pria yang tidak normal, sehingga dia memutuskan untuk segera pergi ke kamarnya Diego.
Tok!
Tok!
Tok!
"Sam! Buka pintunya!"
Diego yang sedang berada di ruangan rahasia, mungkin karena dia sedang membuat rencana untuk melancarkan misi pertamanya. Dia tidak sengaja mendengar suara ketukan pintu. Pria itu pun mendengus kesal, untuk apa malam-malam begini Vanessa datang ke kamarnya.
"Hhhh... Aku pikir dia sudah tidur."
Diego pun segera naik ke atas. Dia menutup pintu rahasia tersebut yang bersejajar dengan kabin. Kemudian menutup pintu tersebut dengan karpet yang tebal.
Diego bergegas membuka pintu. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat Vanessa yang sedang berdiri di depan pintu, sambil memeluk bantal.
"Ini sudah malam, untuk apa kamu datang ke kamarku?" Tanya Diego dengan nada datarnya.
"Salahkan dirimu sendiri. Kenapa kamu memaksa aku untuk tinggal di rumah yang angker begini?"
Diego mencibir, "Sepertinya kamu terlalu banyak menonton film horor. Gak ada hantu di dunia ini."
"Tapi aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan rumahmu yang sangat angker ini. Karena itulah malam ini kamu ingin tidur disini denganmu."
Diego terkejut mendengarnya. Dia langsung menolak permintaan Vanessa. "Nggak bisa, itu tidak ada di dalam perjanjian pernikahan kita."
"Kamu tenang saja, aku tidak akan macam-macam padamu. Justru walaupun aku seorang wanita, aku juga bisa melindungi mu. Aku tahu kamu bisa berkelahi, tapi kamu pasti tidak bisa menembak kan? Aku akan mengajari kamu menembak. Menjadi seorang suami dari Vanessa Mahendra itu harus bisa segalanya." Setelah mengatakan itu, Vanessa segera merebahkan dirinya di atas kasur yang kecil itu.
Wanita itu sama sekali tidak merasa takut kalau suatu saat nanti Diego bisa saja lupa diri kepadanya. Mungkin karena Vanessa mengira bahwa Diego adalah pria yang tidak normal.
Diego terdiam, memandangi Vanessa. Vanessa sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya Diego adalah seorang sniper, yang suatu waktu mungkin saja salah satu pelurunya akan bersarang ditubuh Vanessa.
Malam ini, Diego terpaksa harus tidur dengan Vanessa di atas ranjang yang berukuran kecil tersebut.
Entah karena merasa nyaman atau merasa aman, Vanessa sudah tertidur pulas. Sementara Diego sama sekali tidak bisa tidur. Padahal kemarin malam, dia tidak bisa tidur gara-gara wanita itu. Diego sengaja membelakangi Vanessa, dia tidak ingin melihat wajah wanita itu.
Diego memutuskan untuk tidur di lantai, tapi dia terjingkat ketika merasakan tiba-tiba saja Vanessa memeluk tubuhnya dari belakang. Mungkin Vanessa berpikir dia sedang memeluk guling.
"Shittt!" Diego mengumpat, dia merasakan tubuhnya tak karuan, dia menahan tangan Vanessa yang terus turun ke bawah. Hampir saja menyentuh benda pusaka nya.
Akan tetapi, wanita itu malah menendang bokhong Diego, sehingga Diego jatuh tersungkur ke bawah.
"Gooolllll!" Vanessa mengigau. Mungkin dia sedang bermimpi menonton sepak bola.
Buuukkk!
"Aarrrghhh!" Diego mengacak-acak rambutnya sendiri dengan perasaan jengkel. Saat ini dia sedang terduduk di lantai. Baru satu hari dia tinggal bersama Vanessa, tapi kehadiran wanita itu telah mengacaukan dunianya. Kehidupannya yang selalu tenang kini menjadi kacau balau.
udh ga ada harga itu mah