Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengganggu?
Setelah keributan yang tejadi di dapur, akhirnya mereka sarapan. Mereka bahkan tidak jijik melihat adegan itu.
Sedangkan para pekerja di tugaskan untuk membersihkan kekacauan yang terjadi di dapur.
"Beberapa minggu lagi, Mama dan Papa akan berencana merayakan ulang tahun pernikahan kami" Suara sang mama memecahkan keheningan yang ada di meja tersebut.
"Seperti biasa, Mama akan merayakan nya di mansion saja seperti tahun lalu dan mengundang keluarga saja," imbuh sang mama.
"Kami setuju kok mah," ujar Zanders mewakili semuanya.
Zanaya mengangguk, dirinya ingat acara ulang tahun sang saat kehidupan pertamanya, dirinya sering di jadikan bahan cibiran pada keluarga dari neneknya, adik ipar kakek Gerald.
Akhirnya mereka berangkat masing-masing ke tempat tujuan, setelah kesepakatan yang terjadi.
Zanaya dan Zanders tiba, setelah berkendara selama 15 menit di jalan. Tentu saja kedatangan keduanya menjadi pusat perhatian, bahkan ada yang menyimpulkan jika mereka pacaran.
"Fan, kakak kamu pacaran yah sama si Zanaya itu?" tanya April penasaran, tentunya yang mereka tahu, Fani adalah anak keluarga Dixon.
Gadis yang di tanya itu gelagapan, "A-ku tidak tahu," jawabnya gugup, tidak mungkin bukan dia memberitahu alasan sebenarnya.
"Sepertinya gadis centil itu perlu diberi pelajaran," kata Utari, tangannya mengepal kuat, tentunya dia cemburu melihat kedekatan keduanya. Salah satu alasan berteman dengan Fani karena dia ingin menjadi pacar Zanders kalau perlu dia ingin menjadi Nyonya Dixon dimasa depan.
"Benar, kita perlu beri dia pelajaran. Tidak cukup, dia gatal pada Revan sekarang dia juga ingin mendekati Zanders," ujar Rani memprovokasi.
"Aku juga setuju, tenang saja. Jika kita berbuat masalah bukankah kita memiliki anak pemilik sekolah menjadi teman kita. Benarkan, Fani?" celetuk April, membuat yang lainnya mengangguk setuju.
Tangan Fani kini berkeringat dingin, jika mereka mengganggu Zanaya, akan membuat kebohongannya terbongkar.
Jika Zanaya yang dulu sebelum kecelakaan, mungkin akan gampang di atur. Tapi sekarang Zanaya sudah berbeda itu yang membuat Fani cemas.
"Fani, kamu setuju kan?" todong Utari menatap Fani yang hanya diam saja.
"A-aku ... Sebaiknya kita jangan cari masalah dulu deh! Bukankah Zanaya dekat dengan Zanders, tentu dia akan mudah melapor pada Zanders dan percaya padanya," kata Fani memberi alasan, meski dirinya gugup.
"Loh bukannya kamu adiknya? Tentu dia lebih percaya pada kamu daripada dia kan?" sahut Rani, mengernyit heran.
"Sebenarnya, akhir-akhir ini aku dan kak Zanders bertengkar karena Zanaya, jadi itu lebih baik kita lupakan saja," ujarnya berbohong dengan lancar.
"Memang kurang ajar sekali perempuan itu, tenang kita bakal bantu kamu," ujar Utari percaya dengan kebohongan gadis itu.
"Sebaiknya kita ke kelas dulu, nanti kita pikirkan lagi rencana kita," kata April yang di angguki semuanya, saat mendengar bel masuk berbunyi.
Didalam kelas Zanaya, lagi-lagi Revan tertegun, saat tidak mendapati kotak bekal di mejanya.
Pemuda itu mengira kemarin jika Zanaya lupa membawanya, jadi dia masih positif thinking. Tapi sekarang pun sama, bahkan menyapa dan menempel padanya pun tidak lagi.
Membuat pemuda itu gusar dan gelisah, tapi dia tetap menguatkan keyakinannya jika Zanaya hanya merajuk. Meski hatinya menolak pikirannya.
"Kamu cari apa sih Van?" tanya Doni, mengerutkan keningnya, saat melihat wajah gusar Revan.
Revan menoleh pada teman sebangkunya "Oh, tidak ada apa-apa. Hanya saja aku lupa dimana aku menaruh barang ku kemarin, perasaan tertinggal di bawah meja sini," kilahnya, memberi alasan membuat Doni mengangguk percaya.
'Sial! Apa benar dia amnesia dan sudah melupakan aku secepat itu' ucap Revan dalam hati.
Dia merasa ada sesuatu yang hilang saat Zanaya tidak lagi menempel padanya, apalagi saat melihat wajah cantik Zanaya membuat dirinya semakin gelisah. Tapi pikirannya selalu mengatakan jika Fani lah orang yang dia cintai selamanya.
Mereka kini belajar dengan diam, sambil fokus pada guru yang menerangkan, seperti biasa Zanaya membuat mereka terkejut mengetahui kecerdasannya.
"Ke kantin yuk!" ajak Tiara pada Zanaya dan Nadira saat bel istirahat berbunyi.
"Ayo!"
"Kamu mau ikut kita Nay?" tawar Nadira.
"Baiklah! Ayo ke kantin," ujarnya.
Satu hal yang Zanaya tahu, ternyata bergaul dengan siapapun sangat menarik. Yah akhir-akhir dia bergaul dengan teman sekelasnya meski hanya berteman jika ada tugas kelompok.
Tapi itu cukup, tidak seperti dulu. Dirinya sangat sombong bahkan kadang tidak ingin berbicara pada teman sekelasnya, jika mereka sekelompok tugas yang diberikan guru.
Para murid masih membicarakan perubahan Zanaya, bahkan tentang kecerdasannya pun tersiar meski beberapa orang tidak percaya dan menganggap perubahannya hanya ingin menarik perhatian Revan.
Hei, siapa yang tidak tahu. Jika Zanaya adalah penggemar nomor satu Revan di sekolah ini. Bahkan sebelum gadis cantik itu merubah penampilannya, dia masih mengejar Revan bahkan menempel bagai lintah.
Tapi melihat Zanaya, sejak masuk sekolah semester baru ini, mereka tidak lagi melihat Zanaya menempel atau mengejar Revan.
"Kamu pesan apa?" tanya Nadira pada keduanya, saat mereka telah berada di kantin.
"Samakan saja" Sahut Zanaya, membuat mereka mengangguk.
"Aku juga"
Tak berapa lama, makanan yang mereka pesan telah jadi dan di antar ke meja mereka. Zanaya dan dua teman barunya makan dengan diam, tapi saat di pertengahan makan mereka, Zanaya mengetahui sesuatu dan dengan cepat berdiri dari duduknya.
Byur!
Argh..!
Teriakan seseorang mengalihkan perhatian yang berada di kantin, membuat ruangan itu hening.
"Kamu sengaja yah!" bentak Utari dengan keras, saat sebuah jus berwarna merah tumpah di wajah bahkan di bajunya.
Zanaya berbalik menatap datar gadis di depannya ini, "Maksud kamu apa? Bahkan aku tidak tahu jika kamu berada di belakangku. Yang aku tanyakan kenapa kamu berada dibelakang dengan membawa jus, sedangkan meja disini sudah mentok dengan tembok?" cecar Zanaya dengan suara agar keras, membuat Utari gelagapan.
"Oh, aku tahu! Kamu sengaja kan ingin menumpahkan jus itu di kepalaku?" tuding Zanaya tepat sasaran, membuat murid-murid berbisik-bisik membenarkan.
"Maksud kamu apa?" tanya Utari saat Zanaya mengetahui niatnya. Awalnya dia memang ingin menumpahkan jus tersebut pada Zanaya, tapi gadis cantik itu tiba-tiba bangkit dan menyenggol gelas tersebut yang akhirnya tumpah di wajah serta di bajunya sendiri.
Zanaya bersedekap dada menatap datar gadis didepannya ini, "Tidak udah berpura-pura tidak tahu," kata Zanaya.
Belum juga dia membalas ucapan gadis cantik di depannya, tiba-tiba Utari merasakan panas di wajah dan sekujur tubuhnya.
"Aduh! Aduh! Panas!" teriaknya bak cacing kepanasan, tanpa berkata apa-apa dia segera melarikan dari kantin diikuti ketiga sahabatnya itu yang khawatir melihat keadaan Utari.
Pandangan murid-murid terus tertuju pada Utari sampai gadis itu menghilang di balik pintu kantin.
Orang-orang sudah mengira jika Utari mencoba mengganggu Zanaya, apalagi mereka tahu kedekatan Zanders dan Zanaya, pasti membuat Utari cemburu.
Zanaya hanya menatap kepergian Utari dengan tatapan dingin. Bajunya sama sekali tidak terkena cipratan jus tersebut, karena dia menggunakan elemen airnya agar jus tersebut mengarah pada Utari semua.
kereen abis