Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kasmaran
Pak Hadi tertawa pelan menatap Zion yang sangat percaya diri, "Saya sudah mengingatkan Anda. Sebaiknya mulai sekarang Anda berhati-hati, jangan sampai Anda meniduri istri yang Anda benci karena Anda tidak mengenalinya. Seekor ulat yang menjijikan dan enggan Anda lihat, apalagi Anda sentuh, bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu cantik nan indah yang akan membuat Anda terpesona, bahkan jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya. Saya permisi," ucap Pak Hadi tersenyum samar melangkah meninggalkan ruangan Zion.
"Bull shitt!" umpat Zion kesal.
Ia mengingat Elin yang bahkan tidak lulus SMA dan dimatanya hanya memiliki kelebihan membuat kue lapis coklat. Selain itu, tak ada yang istimewa dan menarik sama sekali dari Elin, baik dari segi fisik maupun penampilannya. Bahkan bicara pun sering gugup.
Zion lupa kalau uang itu sangat ajaib dan bisa mengubah banyak hal dalam hidup manusia. Rumah reot bisa jadi istana karena uang. Wanita yang biasa saja bisa menjadi cantik dan wanita cantik bisa menjelma menjadi bidadari. Karena uang, yang pesek jadi mancung, yang keriput jadi kencang, yang tadinya tak sedap di pandang mata pun jadi memesona setelah di permak sana sini.
Baju kali, ya, di permak?
Zion menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, tiba-tiba ia kembali teringat pada Elin yang dikenalnya sebagai Aprilia. Ia menelan salivanya kasar dan tubuhnya terasa meremang saat mengingat bagaimana semalam Elin berpose menggoda.
"Shiitt! Kenapa aku tak bisa melupakan dia?" umpatnya mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar sudah terjerat oleh cinta Elin.
*
Jam kantor sudah hampir selesai saat seseorang mengetuk pintu ruangan Zion. Setelah Zion menyuruh orang itu masuk, seorang pria berkumis tipis membuka pintu ruangan Zion dan berjalan mendekati Zion.
"Kamu sudah mendapatkan semua informasi tentang pemilik toko kue itu?" tanya Zion tak sabar.
"Sudah, Bos. Namanya adalah Elina Aprilia. Ibunya sudah meninggal, sedangkan ayahnya pamit pergi bekerja lima belas tahun yang lalu, tapi tak pernah kembali dan tak ada kabar beritanya sampai sekarang. Ia hanya memiliki satu saudara kandung yang sedang menempuh pendidikan untuk menjadi dokter. Dia merintis toko kuenya empat tahun yang lalu dan sekarang sudah memiliki empat cabang di kota lain. Ia juga memiliki beberapa saham di beberapa perusahaan. Tidak pernah dekat dengan seorang pria pun, bahkan selalu menjaga jarak dengan pria lain. Belum pernah punya pacar, tapi ia mengaku sudah menikah. Namun tak satupun orang yang pernah melihat dia bersama seorang pria, termasuk para karyawan di toko kuenya. Ia hanya fokus pada usahanya saja. Tapi.. ada seorang pria bernama Franky yang gencar mengejar-ngejar dia. Itu informasi yang saya dapatkan," jelas sang pria berkumis tipis.
Zion mengernyitkan keningnya, "Franky? Siapa dia?" tanyanya.
"Dia anak pengusaha pabrik gula, Bos," sahut pria berkumis tipis.
"Kamu selidik orang itu!" titah Zion.
"Siap, Bos,"
"Baiklah, kamu boleh pergi," ujar Zion yang entah mengapa merasa lega mendengar informasi dari orang suruhannya itu, tapi juga sedikit terganggu mengetahui ada pria yang mengejar Elin.
"Baik, Bos," sahut sang pria berkumis tipis, kemudian keluar dari ruangan Zion. Bibirnya tersenyum samar.
"Jadi semua sikap anehnya itu murni karena ia menyukai aku? Aku jadi semakin ingin bertemu dengan dia lagi malam ini," gumam Zion menggigit bibirnya sendiri mengingat Elin.
*
Sepulang bekerja, Zion bergegas pulang ke apartemennya. Ia sudah tak sabar bertemu dengan Elin.
"Bu, tolong kemas pakaianku!" pinta Zion, "usai membersihkan diri, aku akan pergi ke luar kota." dustanya, padahal ingin pergi ke rumah selingkuhannya.
"Untuk berapa lama Tuan muda?" tanya Bu Mira.
"Aku belum tahu. Kalau ibu merasa kesepian, ibu bisa pulang ke rumah," ujar Zion kemudian bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa menunggu respon dari Bu Mira.
Bu Mira menghela napas panjang, lalu melakukan apa yang diminta oleh Zion.
Beberapa menit kemudian, Zion sudah selesai membersihkan diri. Ia mengenakan celana jeans berwarna hitam dipadu dengan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga ke siku memperlihatkan otot-otot lengannya yang tidak terlalu besar ataupun kecil.
Ia menatap koper berisi pakaian yang sudah selesai dikemas Bu Mira, lalu menyeretnya keluar dari kamarnya seraya menenteng tas kerjanya.
"Bu, aku pergi, ya?" pamit Zion.
"Iya, Tuan muda. Hati-hati di jalan!" ucap Bu Mira tersenyum tipis.
"Hum," sahut Zion singkat.
Bu Mira mengantarkan Zion hingga ke pintu apartemen. Ia menatap pemuda itu hingga hilang dari pandangan matanya.
"Ekspresi wajah Tuan muda tadi berbeda dari tadi pagi dan kemarin. Aku melihat ada semangat dan secercah harapan serta kebahagiaan dimatanya. Apa gerangan yang jadi penyebabnya? Namun... apapun penyebabnya, aku merasa senang, karena sudah lama aku tidak melihatnya seperti itu," gumam Bu Mira.
*
Zion melajukan mobilnya menuju toko kue Elin. Otaknya tidak bisa berpikir logis hingga mengambil keputusan untuk tinggal bersama Elin setelah mendengar informasi tentang Elin dari orang suruhannya tadi. Kebersamaan yang ia lewati bersama Elin semalam sampai tadi pagi lah penyebabnya.
Orang yang sedang kasmaran memang lebih mengedepankan perasaan daripada pikiran bukan?
Karena ia melajukan mobilnya agak kencang, tak lama kemudian Zion sudah tiba di toko kue Elin dan langsung menuju garasi. Seorang security yang sudah diberitahu tentang mobil Zion pun membukakan pintu garasi untuk Zion.
Pemuda itu membuka pintu di dalam garasi menggunakan sidik jarinya dan membawa kopernya naik ke lantai atas dimana tempat Elin tinggal.
"Lia.. Lia.." panggilnya tapi tidak mendapatkan sahutan.
Ia meletakkan tas kerjanya di meja makan, lalu membawa kopernya masuk ke dalam kamar Elin tanpa ragu. Namun saat masuk ke dalam kamar, Zion melihat ada lemari baru di kamar itu. Ia membukanya dan tertegun melihat isinya.
Sesaat ia terdiam, "Pakaian pria? Kenapa ia menyimpan pakaian pria di lemarinya? Tapi..lemari ini tadi pagi tidak ada," gumamnya, lalu teringat ucapan Elin tadi pagi, "Lia membelikan pakaian untuk ku? Benarkah?" gumamnya lagi, lalu menutup pintu lemari itu dan membawa kopernya keluar dari kamar Elin.
Zion masuk ke kamar lain dan menyembunyikan kopernya di dalam lemari kosong yang ada di kamar itu. Setelahnya, Zion berjalan menuju meja makan, lalu mengeluarkan laptopnya dari dalam tas kerjanya.
Ia mulai membuka laptopnya, namun dalam hatinya masih bertanya-tanya, apa benar pakaian di dalam lemari baru tadi adalah pakaiannya.
Tap..
Tap..
Tap..
Suara langkah kaki terdengar mendekati ruangan makan. Zion mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Kakak sudah datang?" tanya Elin dengan senyuman yang merekah di bibirnya saat netranya menangkap bayangan suaminya. Ia melangkah cepat menghampiri Zion.
"Hum," sahut Zion tersenyum tipis. Entah mengapa ia merasa senang saat melihat Elin, apalagi saat menatap binar di mata Elin karena melihat dirinya. Ia merasa kehadiran dirinya begitu berarti bagi Elin.
"Kakak sedang bekerja? Apa ingin aku buatkan sesuatu?" tanya Elin seraya memegang kedua pundak Zion dari samping dan sedikit menunduk memiringkan kepalanya menatap Zion.
"Tolong buatkan minuman!" pinta Zion tersenyum lembut seraya memegang tangan kiri Elin yang masih berada di pundaknya.
"Tentu saja," sahut Elin tersenyum manis bergegas membuatkan minuman untuk Zion.
Zion tersenyum tipis menatap Elin, lalu kembali menatap laptopnya.
Tak lama kemudian Elin sudah kembali dengan segelas minuman dingin, "Aku akan memasak makanan untuk makan malam kita. Apa kakak ingin aku masakkan menu tertentu?" tanyanya lembut.
"Terserah kamu masak apa, pasti akan aku makan," sahut Zion mengingat sarapan yang dibuat Elin tadi pagi terasa cocok di lidahnya.
"Okey," sahut Elin tersenyum tipis, kemudian bersiap untuk memasak.
Tak ada lagi pembicaraan di antara sepasang suami-isteri itu. Hanya suara pisau yang beradu dengan talenan atau wajan yang beradu dengan spatula.
Satu jam kemudian, Zion menutup laptopnya, lalu melirik Elin. Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas, lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan perlahan mendekati Elin yang tengah fokus memasak.
Namun saat tinggal beberapa langkah dari Elin, langkah kakinya terhenti.
...🌸❤️🌸....
To be continued
perasaan baru pertamakali ini deh lihat pak Hadi tersenyum hangat dgn sorot mata lembut.. soalnya sepanjang episode, klo aq baca dari awal & hampir mendekati akhir, pak Hadi gk pernah menunjukkan senyuman hangat & tatapan mata lembut, selalu tersenyum misterius, tatapan mata tajam, wajah datar, dan setiap ucapan yg dilontarkan selalu benar,.belum lagi beliau tipe orang misterius juga, tegas, berwibawa, dll.. apa aja deh.. pokoknya aq suka banget sama tokoh pak Hadi ini.. ❤️❤️❤️ sekebon buat pak Hadi, klo gk ada bapak entah gimana nasib cinta Elin & Zion ini ya.. 😅