Istriku Selingkuhanku

Istriku Selingkuhanku

1. Persyaratan

Seorang gadis kurus berpakaian lusuh, kulit kecoklatan, kusam, kering, rambut sebahu kusam dan pecah-pecah, nampak berlari di samping brankar yang didorong perawat menuju UGD.

"Ello, kamu harus kuat. Kakak tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Kamu harus bertahan!" ucap gadis yang tak lain adalah Elin. Kepanikan nampak jelas di wajahnya yang basah oleh air mata.

Beberapa menit kemudian Elin duduk menangis di koridor rumah sakit. Setengah jam yang lalu adiknya menjadi korban tabrak lari dan dilarikan ke rumah sakit tempat dirinya berada saat ini.

Adiknya butuh biaya untuk operasi, namun ia dan adiknya yang merupakan anak yatim-piatu tanpa sanak saudara di kota besar ini, tidak memiliki cukup uang untuk biaya operasi.

Elin adalah gadis yang tidak lulus SMA yang berprofesi sebagai penjual kue keliling. Ia putus sekolah karena ibunya meninggal ketika ia menerima raport semester satu saat kelas 12. Ia menggantikan ibunya menjadi tulang punggung keluarga, melanjutkan usaha ibunya berjualan kue keliling.

Ayahnya? Sepuluh tahun yang lalu ayahnya pamit pergi bekerja, tapi tidak pulang hingga saat ini dan tidak pernah ada kabar beritanya. Entah masih hidup atau sudah meninggal.

Ia dan adiknya tinggal di rumah petakan padat penduduk di lingkungan kumuh dan makan seadanya agar bisa menabung untuk biaya sekolah adiknya.

Ia bekerja keras tanpa lelah, pagi berjualan kue, siang menjadi pemulung dan malam hanya tidur sebentar karena pukul tiga dini hari sudah mulai membuat kue untuk di jual pagi hari. Semua itu ia lakukan agar adiknya bisa menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Ia tak ingin cita-cita adiknya kandas seperti cita-citanya yang ingin menjadi seorang guru.

Elin memiliki harapan besar adiknya bisa menjadi dokter karena adiknya sangat cerdas, selalu rangking satu, dan selalu mendapatkan beasiswa. Karena itu selama ini Elin tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk sekolah adiknya dan bisa menabung meskipun tidak banyak.

"Bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkan Ello? Dia saudaraku satu-satunya. Aku harus bagaimana?" gumam Elin menangis terisak-isak memeluk kedua lututnya.

Elin takut kehilangan adiknya, keluarganya satu-satunya yang ia miliki. Elin merasa putus asa karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan adiknya.

Menjual diri? Siapa yang akan tertarik dengan gadis kurus dan dekil seperti dirinya? Menjual organ tubuh? Elin sudah bicara pada beberapa orang perawat dan dokter kalau dirinya ingin menjual ginjal dan hatinya agar bisa membiayai operasi adiknya, tapi perawat dan dokter tidak menanggapinya.

"Kakek bisa membantumu," suara kakek tua terdengar membuat Elin mengangkat wajahnya menatap sang kakek berwajah pucat yang duduk di kursi roda. Seorang pria paruh baya nampak berdiri di belakang kakek tua itu.

"Be.. benarkah?" tanya Elin antara tak percaya dan penuh harap menatap sang kakek.

"Benar. Asalkan kamu menyanggupi persyaratan yang kakek ajukan," sahut sang kakek.

"Saya akan melakukan apapun, asalkan adik saya bisa selamat," ucap Elin yang sudah putus asa. Tidak peduli syarat apa yang diinginkan kakek tua ini, yang penting adiknya bisa selamat.

"Apapun?" tanya sang kakek memastikan.

"Apapun. Menjadi pelayan keluarga kakek seumur hidup pun saya rela. Bahkan.. saya rela memberikan organ tubuh saya jika diperlukan, asal adik saya bisa selamat," jawab Elin penuh kesungguhan masih dengan wajah yang basah oleh air mata.

"Baik. Kita tolong adik kamu dulu, setelah itu kita bicarakan syarat yang kakek inginkan," ucap sang kakek.

Akhirnya adik Elin mulai ditangani dokter di ruangan operasi. Selama menunggu adiknya di operasi, Elin dan sang kakek yang ternyata bernama Zhafran tersebut saling memperkenalkan diri. Kakek Zhafran bertanya banyak hal tentang Elin.

Beberapa jam kemudian Elin bisa bernapas lega setelah dokter mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar. Setelah operasi selesai, adik Elin di bawa ke dalam ruang pemulihan ( ruang recovery).

Di ruangan recovery, pasien di observasi tanda-tanda vital, keluhan, perdarahan atau masalah lainnya selama 2 – 3 jam. Setelah itu akan dipindahkan ke ruangan rawat inap atau rawat intensif sesuai dengan advis (saran) dokter.

"Menurut dokter, kemungkinan besar adik kamu akan segera pulih, karena semangat hidupnya tinggi. Sebelum kita bicarakan tentang perjanjian kita tadi, kamu ambil dulu semua berkas pribadi mu," ujar Kakek Zhafran.

"Baik," sahut Elin mengikuti Kakek Zhafran yang duduk di kursi roda dan didorong oleh seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah Hadi.

Mereka masuk ke dalam sebuah mobil yang perlahan meninggalkan rumah sakit menuju kawasan perumahan kumuh milik Elin. Jujur, baru kali ini Elin naik mobil mewah. Seumur hidupnya, mobil yang pernah dinaiki Elin hanya mobil angkot, bus dan mobil pick up.

Dari kamar rumah sakit yang berbau obat, Elin bersama Kakek Zhafran dan Pak Hadi keluar menuju dunia yang berbeda. Mobil mewah Kakek Zhafran yang dikemudikan oleh Pak Hadi meluncur mulus di jalanan aspal yang mulus, kontras sekali dengan jalanan berlubang dan berdebu yang biasa Elin lalui. Jendela mobil diturunkan sedikit, angin malam membelai wajah Elin, membawa aroma bunga-bungaan yang asing. Elin memejamkan mata, mencoba membayangkan bagaimana kehidupannya akan berubah dari saat ini.

Mobil melaju semakin jauh meninggalkan rumah sakit. Elin menatap keluar jendela, pikirannya melayang, "Tadinya, aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar adikku bisa sembuh. Sekarang, aku dihadapkan pada kenyataan baru, yaitu syarat yang diberikan oleh Kakek Zhafran yang belum aku ketahui. Aku yakin syarat ini tidaklah mudah. Mungkin ke depannya aku akan menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari yang pernah aku bayangkan. Apakah aku siap menghadapi semua ini?" batin Elin bertanya-tanya.

Setelah Elin mengambil semua berkas pribadinya dan menyerahkannya pada Pak Hadi, mereka langsung melanjutkan perjalanan ke perumahan elit di kota tersebut.

Elin tertegun menatap rumah-rumah yang dibangun serta didesain dengan arsitektur yang modern dan elegan, menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi seperti marmer, kayu jati, dan kaca. Luas bangunannya pun sangat besar.

Berbeda 180 derajat dengan perkampungan tempatnya tinggal. Kondisi fisik rumah di perkampungan tempat tinggalnya sangat buruk dan tidak layak huni. Bangunannya terbuat dari bahan seadanya, seperti kayu lapuk, seng bekas, atau bahkan anyaman bambu. Ukurannya pun terbatas dan seringkali tidak memiliki ventilasi yang cukup.

Lingkungan sekitar tempatnya tinggal juga tidak sehat, sanitasi buruk, akses terbatas terhadap air bersih, gang sempit, banyak sampah di mana-mana, bau got menyengat yang membuat perut mual, jemuran berbentuk kacamata dan segitiga warna warni, alias pakaian dalam bergelantungan bebas di atas kepala.

Tempat tinggalnya dan tempat tinggal sang kakek benar-benar jauh berbeda, berbanding terbalik, bagai langit dan bumi.

Tak lama kemudian mobil tersebut memasuki gerbang sebuah rumah besar. Elin menelan salivanya kasar saat turun dari mobil dan melihat rumah yang ada di depannya saat ini.

Elin yang hanya memakai sandal jepit berwarna putih yang tidak lagi putih itu mengikuti sang kakek masuk ke dalam rumah besar, megah nan mewah.

Ia bahkan melepaskan sandal jepitnya sebelum masuk ke dalam rumah karena takut mengotori lantai yang bisa dipakai untuk bercermin karena sangking bersihnya. Para pelayan di rumah itu menatap Elin dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Rumah ini sungguh indah. Cahaya lampu kristal menyinari ruangan, memantul pada lantai marmer yang berkilau. Aku merasa seperti Alice yang tersesat di Negeri Ajaib," batin Elin seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Setiap sudut rumah Kakek Zhafran memancarkan kemewahan yang tak terbantahkan. Lampu kristal yang berkilauan menerangi ruangan, sementara lantai marmer berkilau memantulkan cahaya. Perabotan antik menghiasi setiap ruangan. Dinding-dindingnya dihiasi oleh lukisan yang begitu indah dan hidup, menciptakan galeri seni pribadi yang menakjubkan.

Berbeda jauh dengan rumah petakan tempat tinggalnya yang sempit tanpa perabotan dan hanya diterangi light bulb (bola lampu) 10 Watt. Lemari pakaiannya adalah kardus bekas, dan dirinya tidur hanya beralaskan tikar usang. Tidak ada kursi, ranjang, apalagi meja makan.

"Mira.." panggil Kakek Zhafran, pada seorang wanita paruh baya.

Sedangkan Pak Hadi masih di belakang Kakek Zhafran, siap mendorong kursi roda Kakek Zhafran kemanapun.

"Iya, Tuan besar," sahut Mira yang merupakan kepala pelayan di rumah tersebut sekaligus ibu susu Zion, cucu Zhafran satu-satunya.

"Kamu tunjukkan kamar tamu untuk Elin, agar Elin bisa membersihkan diri," titah Zhafran dengan suara pelan dan wajah yang terlihat pucat.

"Baik, Tuan besar," sahut Mira, kemudian membimbing Elin ke salah satu kamar tamu yang ada di rumah tersebut.

Kakek Zhafran menatap Elin yang dibimbing menuju kamar tamu dengan tatapan penuh penyesalan.

"Aku sadar bahwa kesalahanku telah menimbulkan dampak yang begitu besar bagi keluargamu. Kesalahan ini terasa begitu berat, seakan menindih dada dan menyumbat napasku. Setiap kali mengingat peristiwa itu, penyesalan menusuk relung hati terdalamku. Rasa bersalah ini bagaikan bayangan gelap yang tak pernah lepas dari diriku, menghantui setiap langkah dan menghancurkan ketenanganku. Elin.. maaf.." kata yang tidak terucap dari mulut Kakek Zhafran. Bibirnya nampak bergetar, mata berkaca-kaca dan kedua tangannya terkepal erat.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Siti Aidar

Siti Aidar

menyedihkan

2024-10-27

1

Yulia Irawan

Yulia Irawan

kayaknya seru... sang kakek nyimpen rahasia apa ya... sepertinya punya kesalahan terhadap keluarga elin deh...

2024-10-12

3

sherly

sherly

wow dari judulnya saja sudah buat penasaran...

2024-10-09

2

lihat semua
Episodes
1 1. Persyaratan
2 2. Tidak Setuju
3 3. Cinta Dan Kewajiban
4 4. Cincin Kebesaran
5 5. Dingin
6 6. Minder
7 7. Syok Hemoragik
8 8. Jatuh
9 9. Tuduhan
10 10. Di Bawah Kamboja
11 11. Hilang
12 12. Menutupi
13 13. Metamorfosis
14 14. Merasa Bersalah
15 15. Bersuami, Tapi Perawan
16 16. Nekat
17 17. Dianggap Drama
18 18. Lupa
19 19. Gegana
20 20. Begitu Benci kah?
21 21. Berlawanan
22 22. Apa Keberatan?
23 23. Mengingatkan
24 24. Kasmaran
25 25. Pasang Surut
26 26. Ada Yang Kurang
27 27. Penasaran
28 28. Suram
29 29. Lalat Sampah
30 30. Meminta Pulang
31 31. Alasan Bertahan
32 32. Resah
33 33. Digulung Ombak
34 34. Janji
35 35. Susah Dinasehati
36 36. Risau
37 37. Tahu Semuanya
38 38. Poster
39 39. Terpaksa
40 40. Bimbang
41 41. Ingin Menceraikan
42 42. Benar-benar Melupakan
43 43. Pelarian Farah
44 44. Curiga
45 45. Manipulatif
46 46. Nekat
47 47. Tanpa Kabar
48 48. Merasa Lega
49 49. Keputusan
50 50. Menghampiri
51 51. Ke Luar Kota
52 52. Ada yang Janggal
53 53. Setengah Berbohong
54 54. Bertemu Lagi
55 55. Mengizinkan
56 56. Pertemuan Tak Terduga
57 57. Interaksi Adik-kakak
58 58. Untungnya
59 59. Benar-benar Berusaha
60 60. Yang kedua
61 61. Adik Manis Salah Masuk
62 62. Diawasi
63 63. Kekanak-kanakan
64 63. Bukan Sister Complex
65 65. Hampa
66 66. Memotivasi
67 67. Lupa Janji
68 68. Mengurus Perceraian
69 69. Di Ambang Kebenaran
70 70. Perasaan Terpendam Antara Mereka
71 71. Keterangan Emosi Elin - Zion
72 72. Dilema Hati
73 73. Harga dari Sebuah Kesalahan
74 74. Pelajaran Hidup
75 75. Mencintai Diri Sebelum Cinta
76 76. Ikatan Keluarga
77 77. Antara Masa Lalu dan Masa Depan
78 78. Kebenaran yang Diungkapkan
79 79. Hal yang Tak Dapat Diungkap
80 80. Cintamu Ugal-ugalan
81 81. Konfrontasi Zion dan Franky
82 82. Perpisahan di Bandara
83 83. Canda dan Tawa Sebelum Badai Menerpa
84 84. Malam Sempurna Sebelum Badai Menerpa.
85 85. Dokumen Penting
86 86. Pertanyaan yang Menganggu
87 87. Ditampar Kenyataan
88 88. Kebenaran yang Menyakitkan
89 89. Jujur atau Tetap Diam?
90 90. Rasa Bersalah, karena Kebencian yang Salah Arah
91 91. Cerita di Balik Keputusan Kakek Zhafran
92 92. Pengakuan Dosa
93 93. Kabar Keberadaan
94 94. Sebuah Amplop
95 95. Tidak Tahu Apa-apa
96 96. Kesuksesan yang Hampa
97 97. Penyanderaan
98 98. Sesuatu yang Familiar
99 99. Lebih dari Rekan Bisnis
100 100. Penyelidikan
101 101. Ranjang Panas Ibu Mertua
102 102. Lebih dari Sekadar Pengakuan
103 103. Runtuh dan Hancur
104 104. Perasaan Lega
105 105. Terima Kasih untuk Pak Hadi
106 106. Momen yang Terulang
107 107. Jodoh Pilihan Bocil
Episodes

Updated 107 Episodes

1
1. Persyaratan
2
2. Tidak Setuju
3
3. Cinta Dan Kewajiban
4
4. Cincin Kebesaran
5
5. Dingin
6
6. Minder
7
7. Syok Hemoragik
8
8. Jatuh
9
9. Tuduhan
10
10. Di Bawah Kamboja
11
11. Hilang
12
12. Menutupi
13
13. Metamorfosis
14
14. Merasa Bersalah
15
15. Bersuami, Tapi Perawan
16
16. Nekat
17
17. Dianggap Drama
18
18. Lupa
19
19. Gegana
20
20. Begitu Benci kah?
21
21. Berlawanan
22
22. Apa Keberatan?
23
23. Mengingatkan
24
24. Kasmaran
25
25. Pasang Surut
26
26. Ada Yang Kurang
27
27. Penasaran
28
28. Suram
29
29. Lalat Sampah
30
30. Meminta Pulang
31
31. Alasan Bertahan
32
32. Resah
33
33. Digulung Ombak
34
34. Janji
35
35. Susah Dinasehati
36
36. Risau
37
37. Tahu Semuanya
38
38. Poster
39
39. Terpaksa
40
40. Bimbang
41
41. Ingin Menceraikan
42
42. Benar-benar Melupakan
43
43. Pelarian Farah
44
44. Curiga
45
45. Manipulatif
46
46. Nekat
47
47. Tanpa Kabar
48
48. Merasa Lega
49
49. Keputusan
50
50. Menghampiri
51
51. Ke Luar Kota
52
52. Ada yang Janggal
53
53. Setengah Berbohong
54
54. Bertemu Lagi
55
55. Mengizinkan
56
56. Pertemuan Tak Terduga
57
57. Interaksi Adik-kakak
58
58. Untungnya
59
59. Benar-benar Berusaha
60
60. Yang kedua
61
61. Adik Manis Salah Masuk
62
62. Diawasi
63
63. Kekanak-kanakan
64
63. Bukan Sister Complex
65
65. Hampa
66
66. Memotivasi
67
67. Lupa Janji
68
68. Mengurus Perceraian
69
69. Di Ambang Kebenaran
70
70. Perasaan Terpendam Antara Mereka
71
71. Keterangan Emosi Elin - Zion
72
72. Dilema Hati
73
73. Harga dari Sebuah Kesalahan
74
74. Pelajaran Hidup
75
75. Mencintai Diri Sebelum Cinta
76
76. Ikatan Keluarga
77
77. Antara Masa Lalu dan Masa Depan
78
78. Kebenaran yang Diungkapkan
79
79. Hal yang Tak Dapat Diungkap
80
80. Cintamu Ugal-ugalan
81
81. Konfrontasi Zion dan Franky
82
82. Perpisahan di Bandara
83
83. Canda dan Tawa Sebelum Badai Menerpa
84
84. Malam Sempurna Sebelum Badai Menerpa.
85
85. Dokumen Penting
86
86. Pertanyaan yang Menganggu
87
87. Ditampar Kenyataan
88
88. Kebenaran yang Menyakitkan
89
89. Jujur atau Tetap Diam?
90
90. Rasa Bersalah, karena Kebencian yang Salah Arah
91
91. Cerita di Balik Keputusan Kakek Zhafran
92
92. Pengakuan Dosa
93
93. Kabar Keberadaan
94
94. Sebuah Amplop
95
95. Tidak Tahu Apa-apa
96
96. Kesuksesan yang Hampa
97
97. Penyanderaan
98
98. Sesuatu yang Familiar
99
99. Lebih dari Rekan Bisnis
100
100. Penyelidikan
101
101. Ranjang Panas Ibu Mertua
102
102. Lebih dari Sekadar Pengakuan
103
103. Runtuh dan Hancur
104
104. Perasaan Lega
105
105. Terima Kasih untuk Pak Hadi
106
106. Momen yang Terulang
107
107. Jodoh Pilihan Bocil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!