Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Dua
Siang itu, suasana di cafe kecil yang tersembunyi di sudut kota terasa lebih cerah dari biasanya. Athalla, dengan rambut yang sedikit berantakan, duduk memandang keluar jendela. Sinar matahari yang menerobos masuk hendak menghangatkan hatinya yang selama ini bergejolak. Di hadapannya, secangkir cappuccino yang mulai mendingin; sementara di seberang meja, Cecil, gadis yang selama ini menjadi pusat perhatian di pikirannya, sibuk dengan ponselnya, seolah tidak merasakan ketegangan yang mengisi ruangan itu.
“Athalla, kamu ngapain? Melamun?” Cecil menatapnya dengan mata penuh tanya. Senyumnya yang khas seolah bisa menghapus semua beban di hati.
“Eh, bukan melamun. Hanya ... memikirkan sesuatu,” Athalla menjawab sambil mengalihkan pandangan. Dia menghela napas, berusaha mencari keberanian.
“Mikirin apa? Mungkin aku bisa bantu,” Cecil berkata dengan nada peduli.
“Ini tentang kita, tentang kamu dan aku,” Athalla mulai berbicara, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Aku merasa ... kita harus mendiskusikan tentang video kamu yang terlanjur di posting di sosial media."
“Apa yang ingin di diskusikan, semua sudah terlanjur di kirim. Pasti sudah ada temanku yang melihat," balas Cecil dengan suara pelan.
Athalla terdiam sejenak. Dia tampak gugup. Mungkin karena dia ingin mengajak gadis itu menikah sebagai solusinya.
"Aku ingin menawarkan satu solusi agar kamu tak malu jika nanti banyak yang melihat video itu," jawab Athalla.
"Apa ada solusi selain menghapusnya dari medsos?" tanya Cecil. Dia sudah pasrah dengan apa yang terjadi dan apa yang akan dia terima nantinya sebagai sangsi, akan di terima dengan ikhlas.
"Aku bisa memberikan satu solusi, tapi jika kamu keberatan, kamu bisa menolaknya!" seru Athalla gugup.
Cecil terdiam, matanya tampak berbinar. "Kedengarannya serius banget. Emangnya solusi apa yang ingin kamu lakukan."
“Aku hanya ... merasa bahwa kita sudah cukup mengenal satu sama lain. Dan ... aku ingin melindungi kamu dari Kevin,” kata Athalla, tanpa dapat menyembunyikan kegugupan dalam suaranya.
“Melindungi aku dari Kevin? Apa maksudmu?” Cecil tampak bingung dan sedikit terkejut.
“Kamu tahu kan, Kevin masih berusaha mendekati. Dia tidak mau menerima kenyataan bahwa kamu sudah move on. Dan aku tidak ingin dia terus mengganggu kamu,” jawab Athalla, berusaha meyakinkan Cecil akan keputusannya. “Kalau kita menikah, dia pasti akan merasa mundur.”
"Lagi pula dengan menikah itu akan bisa menutupi mulut orang-orang yang menggosipkan kamu. Aku akan mengaku jika pria dalam video yang beredar itu adalah aku!" seru Athalla selanjutnya.
Cecil mengangguk setuju dengan pendapat Athalla, tetapi dia masih ragu jika menikah secepat ini. Mereka belum lama berkenalan. “Athalla, menikah adalah keputusan besar. Apakah kamu benar-benar siap untuk itu?”
“Aku siap. Aku sudah memikirkan ini dengan matang,” ujar Athalla, memastikan.
Cecil menatapnya dengan serius, mencermati ekspresi di wajah Athalla. “Tapi kita baru saja bersama, kita belum terlalu lama ....”
“Aku tahu, tetapi ....” Athalla meraihnya, menggenggam tangan Cecil. "Kita bisa saling mengenal pribadi masing-masing setelah menikah. Dan kamu mau berusaha melupakan Kevin dan membina rumah tangga bersamaku. Yang paling penting, kita saling percaya dan terbuka jika ada masalah."
Cecil terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Athalla. Dia menginginkan rasa aman dari hubungan mereka, tetapi pernikahan? Itu adalah langkah yang sangat besar. “Athalla, apa kamu serius? Apakah kamu yakin ingin menikahi ku?”
“Ya, sangat serius. Jadi, bagaimana? Mau jadi istriku?” Athalla menatap Cecil dengan penuh harapan.
Cecil tersenyum, tapi tampak ragu. “Athalla, aku tidak ingin terburu-buru. Ini harus dipikirkan matang-matang.”
“Tentu saja. Kita bisa memikirkannya bersama. Aku hanya ingin kamu tahu perasaanku,” kata Athalla lembut, meremas tangan Cecil untuk memberikan semangat. “Jika kita bersama, aku yakin kita bisa mengatasi semua rintangan, termasuk Kevin.”
Cecil menarik napas dalam-dalam. “Kevin ... dia memang sangat mengganggu. Jika kamu memang yakin dengan menikahi ku Kevin akan mundur dan tak menggangguku lagi, baiklah."
“Kita bisa membuatnya berhenti sekali dan selamanya. Menikah adalah cara yang bagus untuk memberi tahu dia bahwa kamu sudah berkomitmen padaku.”
Cecil terdiam lagi, kali ini dengan pandangan yang lebih serius. “Tapi kalau kita menikah, apa hubungan kita cukup kuat untuk itu? Apakah kita siap?”
“Berarti kita harus menyiapkannya. Kita bisa membuat rencana, merencanakan semuanya. Yang penting, kita saling berusaha mencintai dan percaya satu sama lain,” bidikan Athalla, semangatnya terpancar. “Ikutlah bersamaku dalam perjalanan ini. Mari kita menghadapi semua ini bersama.”
Akhirnya, Cecil memperhatikan tangan Athalla yang menggenggamnya erat, dan ada kehangatan di hatinya. “Jika aku memutuskan untuk melanjutkan ini, aku ingin melihat kita berdua berjuang bersama. Aku tidak ingin pernikahan hanya sebagai pelindung dari Kevin. Itu harus lebih dari sekedar itu.”
“Benar, dan aku ingin kamu tahu bahwa aku akan berjuang untuk kita,” jawab Athalla dengan tegas.
Cecil mengangguk, sebuah senyuman perlahan muncul di wajahnya. “Oke, mari kita bicarakan lebih lanjut, tetapi aku ingin segalanya terasa natural. Kita akan membuat rencana yang tepat.”
Athalla merasakan aliran kebahagiaan. Dia tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar antara mereka. “Ingat, kita akan melalui ini bersama.”
Saat percakapan mereka berlanjut, Athalla tidak bisa menahan senyumnya. Meski jalan di depan mungkin tidak mudah, dia merasa bahwa bersama Cecil, mereka bisa menghadapinya. Ketika Cecil berbicara tentang rencana pernikahan yang ideal, sebuah rencana yang lebih mendalam dan romantis, Athalla merasakan nyala api dalam hatinya semakin berkobar.
Walau sebenarnya dia tak yakin jika Kevin akan tinggal diam setelah mereka menikah, tapi jika mereka kompak menghadapinya berdua, dia yakin bisa melalui semua rintangan kedepannya.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...