Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Merasa Bersalah.
Sepulang dari Perusahaan, Fayyana memporak-porandakan isi Mansion. Semua barang wanita itu hancurkan, perkataan Emilio saat mengusirnya pergi dari ruangan kantornya membuatnya murka.
Wanita itu mengingat kembali perkataan Emilio padanya tadi.
"Fay, jika kau berpikir aku adalah suami tolol kau salah besar! Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Aku hanya ingin mengingatkan, kau masih mempunyai kesempatan jika kau merasa mempunyai salah padaku makan jelaskan. Beritahu aku sekarang, jujurlah. Mungkin aku bisa mengampuni mu, meskipun hubungan kita akhirnya akan hancur."
Saat itu bahkan untuk mengucapkan sepatah kata saja ia kehilangan keberanian dan langsung pergi.
"Tidak! Ini nggak mungkin! Emilio nggak mungkin sudah mengetahui perselingkuhan ku!" setelah puas menghancurkan seisi rumah, Fayyana kini tergeletak menyedihkan di lantai berkarpet kamarnya. Menjambak rambutnya frustasi dan ketakutan. Sumber uang nya hanya dari Emilio, bahkan meskipun ia mempunya tabungan dan aset-aset ia tidak mau ditinggalkan oleh Emilio. "Jika benar Emilio sudah tau, aku nggak akan membiarkan Emilio menceraikan ku. Aku harus cari cara."
Dengan segala kefrustasian Fayyana, Emilio melihatnya dari rekaman Cctv. Bibir lelaki itu menyeringai, perkataan nya tadi pada istrinya baru gertakan bahkan ia belum melakukan sesuatu yang bisa menyakiti wanita itu.
Emilio pulang di malam hari, setelah ia memerintahkan Rian mencari seseorang yang mampu menerobos rumah tempat perselingkuhan Fayyana dan Finn.
Saat masuk barang-barang pecah belah dan berantakan tadi siang sudah menghilang dan isi rumah sudah kembali rapi dan bersih. Para pelayan sudah membersihkan nya siang tadi.
Emilio berjalan ke kamar Fayyana, menenteng tas wanita itu yang tertinggal di ruang kantornya karena terburu-buru pergi dengan wajah ketakutan. Itu suatu keberuntungan bagi Emilio, ia bisa leluasa mengotak-atik ponsel Fayyana untuk menyadap.
Brakk!!
Tidak ada sikap lemah lembut lagi yang diperlihatkan Emilio, ia bahkan membuka kasar pintu kamar Fayyana.
Sejak siang wanita itu masih tergolek di atas karpet di lantai dengan wajah yang berantakan karena polesan make up yang siang tadi begitu cantik kini sudah mengotori wajahnya. Bahkan rambut panjang indahnya yang terawat sudah berubah bentuk menjadi rambut yang berantakan, kusut, bahkan antara helai satu dan lainnya mengait satu sama lain.
"Bangunlah, kenapa kau seperti ini?!" bentak Emilio, lalu melempar sembarang tas Fayyana ke lantai. "Tas mu ketinggalan, lain kali hati-hati jangan ceroboh atau aku akan tau rahasia mu yang..." Lelaki itu sengaja menghentikan ucapannya.
Benar saja dengan wajah ketakutan, Fayyana bangun dari baringan nya di lantai mengambil tas nya lalu memeluk tas itu. "A-aku nggak punya rahasia apapun jadi buat apa takut tas ini berada di tangan mu."
'Ck! Masih saja menebalkan wajah dan berpura-pura nggak bersalah!' rutuk Emilio.
"Aku akan aktifkan satu kartumu, asalkan kau memakainya dengan benar. Ngerti!"
Mata Fayyana yang sejak siang redup kini berbinar. "Benar, sayang. Makasih ya, Mas. Kamu memang suami terbaik."
'Dasar mulut beracun, kalau aku suami terbaik ngapain kamu selingkuh!'
"Mas, aku ijin besok ke rumah Meli ya. Dia ulang tahun dan ngadain party, boleh ya. Aku mau belanja hadiah juga hari ini, jadi mau keluar." Fayyana berdiri mendekati Emilio.
"Oke, tapi aku akan ikut ke pesta itu denganmu. Gapapa, kan?" ujar Emilio.
"Mas mau ikut?" Fayyana terkejut.
"Kenapa? Apa aku nggak boleh ikut?" Sebelah alis Emilio terangkat.
"B-boleh kok Mas, aku seneng bisa ajak kamu."
Emilio mengangguk, lalu berbalik badan keluar dari kamar Fayyana.
Di dalam kamarnya Emilio membuka satu persatu pakaiannya, dasi dan jas ia lempar sembarangan. Ingin sekali menghajar istrinya namun ia masih menahan diri. Lagipula ia tidak mau berbuat kasar pada wanita, namun tiba-tiba ingatan tentang dirinya yang menyetu buuhii Divya dengan kasar saat cemburu pada Maxime berkelebat dalam pikirannya.
Dugh! Dugh! Dugh!
Emilio menonjokkan kepalan tangan nya ke dinding kamar, mengingat kekasarannya pada Divya membuatnya seperti lelaki bajingan.
"Bangsatttt kau Emilio! Kau menyakiti gadis kecil itu! Sekarang apa? Kau nggak ingin berbuat kasar pada istrimu yang jelas-jelas sudah menyakitimu dengan berkhianat tapi kau begitu tega menyakiti Ellia! Bajingan! Argghttt!"
Dugh! Duggh!
Beberapa kali lelaki yang merasa bersalah pada Divya itu menonjokkan kepalan tangan nya, darah pun mengalir dari sela-sela jarinya.
Esoknya...
"Nona! Tangannya bergerak!" teriak Sisil yang sedang menunggui tubuh Divya.
Fatir yang juga ikut mengantar Divya datang ke rumah Dokter, berlarian bersama Divya dari lantai bawah.
"Apa, Sil?!"
"I-itu tadi jari-jari tangan Nyonya Divya bergerak, terus bulu matanya juga gerak-gerak."
"Kamu yakin, Sil?" Divya menarik tangan tubuhnya aslinya dan memeriksa, namun tangan itu masih diam.
"Aku akan menelepon Dokter Ramdan," ujar Fatir.
Tak lama Dokter datang, lalu memeriksa keadaan tubuh Divya asli. Benar saja, saat Dokter akan memeriksa pupil mata Divya asli tiba-tiba mata itu terbuka dengan perlahan namun pasti.
"Ahhh!" Divya menutup mulutnya tak percaya melihat tubuhnya aslinya membuka mata, seketika terlintas dalam pikirannya siapa yang masuk ke dalam tubuhnya.
'Apa itu Ellia?' pikirnya.
Dokter Ramdan dengan keahliannya sebagai paramedis terus memeriksa dengan seksama keadaan tubuh Divya asli.
"Nyonya, bisa melihat saya?" tanya Dokter pada tubuh Divya asli.
Mata Divya asli hanya menatap kosong, sepertinya masih belum bisa fokus.
"Saya Dokter yang merawat Anda, bisa merespon saya. Kalau iya, kedipkan mata Anda."
Akhirnya mata Divya asli itu mengedip.
"Bagus, sekarang boleh gerakkan jari-jari tangan Anda."
Meskipun lemah namun jari-jari tangan itu bergerak.
"Good," ujar Dokter.
Dokter Ramdan menoleh pada Fatir, "Syukurlah, respon Nyonya Divya sangat bagus. Sepertinya harapan untuk bisa sembuh sangat besar, selamat Tuan Fatir dan Dek Ellia."
Divya mengangguk, matanya sudah berkaca-kaca. Meskipun bukan dirinya yang mengisi tubuh aslinya, setidaknya harapan untuknya bisa hidup kembali sangat besar.
"Saya akan kembali memeriksa," ujar Dokter.
Sekitar 10 menit Dokter Ramdan pun selesai memeriksa setiap anggota tubuh Divya asli dan bahkan mengajak bicara. Akhirnya satu kesimpulan dari Dokter, Divya asli kehilangan ingatan karena dampak dari pukulan.
"Gapapa, Tante. Aku akan selalu bersama mu," ujar Divya mengelus kepala tubuh aslinya sendiri, berubah peran menjadi saudara sepupu si gadis muda.
Kepala Divya asli mengangguk lemah, "A... aku... siapa namaku?"
"Divya, nama Tante Divya. Tante wanita kuat, pasti bisa sembuh."
"I... ya..." ucapannya masih terbata-bata.