Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
Pesawat yang ditumpangi Danton Aldian, tiba di bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Dua tahun berlalu, akhirnya Aldian bisa menghirup kembali udara kota Yogyakarta yang lumayan berkeringat jika berada di bawah terik matahari.
Atas permintaan kedua orang tuanya, Aldian terbang ke kota gudeg, kota di mana kedua orang tuanya kini tinggal dan menetap di sana.
Aldian berjalan tegak layaknya model catwalk. Sesekali tangannya memainkan ponsel pintarnya guna membalas pesan WA dari sang mama.
"Dughhhh."
Sebuah insiden tabrakan antara dua tubuh manusia tidak bisa terelakkan lagi. Hampir saja ponsel Aldian terhempas begitu saja setelah sempat terlepas dari genggaman tangannya. Nasib baik Aldian segera menangkapnya, sehingga ponselnya tidak jatuh.
"Maaf," ucap Aldian. Akan tetapi perempuan muda sekitar 25 tahun itu hanya menoleh sekilas lalu pergi terburu-buru seperti sedang ada yang dikejar.
"Gadis itu, seperti kenal," gumam Aldian sembari membalikkan badan kembali dan berjalan lurus keluar pintu bandara. Ia sudah memesan grab yang sebentar lagi akan sampai.
Beberapa saat kemudian, grab yang ditunggu Aldian tiba. Aldian segera menaiki grab dengan tujuan perumahan di sekitar Wirobrajan, Yogyakarta.
Hanya kurang lebih 20 menit, Aldian tiba di depan sebuah rumah yang lumayan mewah. Di sinilah tempat tinggal kedua orang tua Aldian beserta Alda sang adik. Alda kembali ke Yogyakarta setelah ia diterima kuliah di UGM.
"Kakakkkk," pekikan suara sambutan Alda membuat seisi rumah terkejut sekaligus kaget setelah mereka melihat siapa yanga datang.
***
Sementara itu gadis muda yang bertabrakan dengan Aldian tadi, kini berlari kecil mengejar seorang pria yang diduga kekasihnya.
Air mata mulai merembet di pipi mulusnya, ia butuh penjelasan dari pria yang sudah kurang lebih dua tahun ini menjadi kekasihnya. Kenapa tiba-tiba pria yang menurutnya romantis itu, memutuskan tali kasih diantara mereka tanpa alasan yang jelas.
"Mas, Mas Ardian. Tunggu. Aku butuh penjelasan darimu. Kenapa kamu putuskan tali kasih kita, Mas? Padahal aku sudah siap menikah denganmu. Katakan, alasan apa yang membuat kamu memutuskan hubungan kita ini?" Haliza meminta penjelasan dengan derai air mata.
Lelaki berusia 30 tahun itu menatap iba ketika air mata Haliza berderai membasahi pipi, tapi karena ada hal lain yang lebih menarik dalam dirinya, tangisan Haliza tidak lagi penting dan peduli baginya.
"Maafkan aku, aku harus pergi. Pesawat tujuanku sudah memanggil," alasannya sembari berdiri. Sebelum kakinya melangkah, bunyi ponsel lelaki bernama Ardian itu terdengar nyaring. Ardian segera mengangkat panggilan itu.
"Iya, Sayang. Sebentar lagi aku naik pesawat."
Kalimat mesra yang baru saja didengar Haliza sungguh menyentak Haliza, tubuhnya tiba-tiba lemas tidak berdaya. Perasaan sedih dan sakit hati muncul bersamaan ketika Ardian melangkahkan kaki tanpa lagi menoleh padanya.
"Mas Ardian, tunggu Mas. Kasih aku penjelasan!" pekik Haliza sembari menatap kepergian Ardian dengan nanar. Haliza ingin mengejar, akan tetapi Ardian sudah memasuki koridor menuju pesawat dengan tujuan Bali.
"Sayang? Siapa yang Mas Ardian panggil sayang itu, apakah perempuan selingkuhannya? Apakah Mas Ardian tega memutuskan hubungan ini karena ada wanita lain?" gumam Haliza sedih. Sejenak Haliza duduk di kursi ruang tunggu di bandara itu untuk mengumpulkan kembali tenaganya yang tadi tiba-tiba lemah saat mendengar Ardian memanggil kata sayang pada lawan bicaranya di telpon.
Beberapa jam sebelum berangkat ke bandara, Haliza tiba-tiba saja dikejutkan oleh kabar dari kedua orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan anak tetangganya. Katanya dia seorang abdi negara berpangkat perwira menengah yang berdinas di salah satu kota kecil di Jawa Barat.
Haliza kurang begitu kenal dengan satu per satu tetangga atau anak tetangga sahabat dekat dari mamanya itu. Sebab ia memang jarang bergaul dengan tetangga di komplek perumahan tempatnya tinggal.
Mendengar rencana perjodohan yang digembar-gemborkan kedua orang tuanya, Haliza sama sekali tidak tertarik. Terlebih yang akan dijodohkannya adalah seorang abdi negara. Meskipun berpangkat perwira menengah, Haliza tidak tertarik dengan pria dari kalangan abdi negara. Menurutnya lelaki abdi negara bukan tipenya. Baginya pria-pria abdi negara hanya menang di seragam dan tubuh atletis saja, mengenai gaji, tentu saja terbatas sesuai pangkat dan jabatannya. Itu sebabnya Haliza tidak pernah tertarik dengan pria abdi negara, sekalipun pria itu tampan.
"Tidak! Liza tidak mau dijodohkan dengan lelaki tentara manapun dengan pangkat apapun. Lagipula Mama dan Papa tahu, bukan, kalau Liza tidak suka sama abdi negara? Selain gajinya kecil, mereka juga terancam ditugaskan di wilayah konflik yang sewaktu-waktu bisa meninggalkan anak dan istrinya berbulan-bulan di hutan. Belum lagi kalau yang tidak setia, bisa saja mereka di sana mencari perempuan lain untuk pelampiasan sepi mereka," tolak Haliza menggebu-gebu membuat kedua orang tua Haliza geleng-geleng kepala.
"Sabar dulu, jangan terlalu berprasangka buruk tentang abdi negara yang akan mama dan papa jodohkan dengan kamu. Lagipula tidak semua abdi negara seperti itu. Dia berjauhan dengan anak dan istrinya, lalu di sana mencari perempuan lain untuk pelampiasan. Kamu salah besar, Nak. Jangan menyamaratakan abdi negara seperti itu. Mereka jauh-jauh ditugaskan di wilayah konflik lalu di sana senang-senang mencari perempuan. Mereka bertugas, bukan mencari perempuan untuk pelampiasan," sangkal Pak Hasan papanya Haliza sembari menggelengkan kepala, tanda tidak setuju dengan tudingan sang anak.
"Papa juga abdi negara, dan papa pernah ditugaskan di Papua, tapi papa tetap setia dengan mama kamu. Meskipun gaji abdi negara menurutmu kecil, tapi buktinya papa masih bisa menyekolahkan kamu dan kakakmu sampai jenjang Sarjana," lanjut Pak Hasan lagi diangguki Bu Hana sang istri.
Haliza menunduk malu dengan perkataan sang papa barusan. Benar saja, sang papa juga seorang tentara yang sampai hari ini masih setia dan romantis terhadap mamanya. Meskipun Pak Hasan seorang tentara, tapi memperlakukan Bu Hana begitu lembut dan manis.
"Kamu jangan terlalu terobsesi dengan pria pengusaha itu. Buktinya, dia memutuskan hubungan denganmu begitu saja tanpa alasan yang jelas. Bisa saja dia pergi meninggalkanmu, justru ada perempuan lain. Bukan begitu, Pak?" timbrung Bu Hana mengeluarkan pendapatnya tentang pria mantan kekasih Haliza yang sudah beberapa hari diketahui memutuskan hubungan dengan sang anak tanpa alasan yang jelas.
"Tidak, Mas Ardian tidak mungkin menduakan Liza, dia pria setia. Dia memutuskan hubungan karena sikap Mama dan Papa yang kurang ramah padanya," tepis Haliza lagi seraya berlalu meninggalkan kedua orang tuanya yang bengong.
"Haliza, jangan pergi dulu. Kami bersikap tidak ramah sama Ardian karena ada alasan. Kami pernah melihat laki-laki itu mesra dengan seorang perempuan," ujar Pak Hasan sedikit berteriak supaya bisa didengar Haliza.
Haliza tergugu, bayang-bayang kejadian tadi sebelum pergi ke bandara demi mengejar sang kekasih guna meminta penjelasan dari Ardian, kini masih terbayang-bayang.
Tentang ucapan sang papa yang mengatakan bahwa Ardian pernah terlihat kepergok mesra dengan perempuan lain, menjadi penyebab kedua orang tuanya bersikap kurang ramah pada Ardian. Itulah sebabnya Haliza menyusul Ardian ke bandara untuk meminta penjelasan dari lelaki yang sudah dicintainya selama dua tahun belakangan ini.
Sebelumnya Haliza mencari info lwat teman dekat Ardian, di manakah Ardian? Dan ternyata Haliza mendapat info kalau Ardian sedang akan melakukan perjalanan udara ke pulau Dewata. Itu sebabnya Haliza sampai menyusul Ardian ke bandara untuk meminta penjelasan, kenapa Ardian memutuskan hubungan dengannya, apakah ada perempuan lain?
Dering ponsel milik Haliza berbunyi nyaring, Haliza segera mengangkatnya.
"Segera pulang ke rumah. Ada sesuatu yang lebih penting daripada mengejar penjelasan dari lelaki pengkhianat itu," ultimatum sang papa yang tidak mungkin dibantah Haliza lagi.