Dua Tahun Setelah Menikah

Rania baru saja keluar dari bilik toilet. Lalu dia menuju wastafel untuk mencuci tangannya sambil memperhatikan riasan di wajahnya di cermin yang ada di atas wastafel. Sederhana namun mampu membuatnya tampak lebih cantik. Seperti yang di ucapkan mbok Asih. Kecantikan Rania itu terpancar dari dalam.

"Anak Bunda itu selalu cantik." ucap nyonya Alana mengejutkan Rania.

"Bunda?" panggil Rania terkejut.

"Bagaimana kabar kamu sayang? Ansel bilang, hari ini sidang pertama kamu," ucap nyonya Alana bertanya.

"Alhamdulilah baik Bun. Semua berjalan lancar. Adrian tidak mempersulit prosesnya." Jawab Rania.

"Bunda sendiri bagaimana? Kak Ansel bilang, Bunda membantu om Bryan menjaga Alexa. Bagaimana kabar Alexa?" ucap Rania lagi, bertanya pada nyonya Alana.

"Bunda hanya bantu mengawasinya saja. Jangan sampai ibu kandungnya mempengaruhi hal yang buruk pada putrinya itu." jawab nyonya Alana.

"Bunda harap, kamu juga berhati-hati pada Angel." ucap nyonya Alana lagi. Rania mengangguk.

"Ra, Angel itu sebenar tante kamu. Dia saudara satu ayah dengan Naura."

"Tante?" tanya Rania terkejut.

Nyonya Alana mengangguk, "Kamu dan Alexa itu saudara sepupu."

"Boleh Rania tahu tentang tante Angel?" tanya Rania yang sudah sejak lama ingin tahu tentang keluarga ibunya.

Sejak kecil Rania tidak pernah mengenal dan di perkenalkan dengan keluarga ibunya. Dan tidak pernah tahu, bagaimana kehidupan wanita yang telah melahirkannya itu. Ayahnya dan Saras selalu saja menutup akses Rania untuk mencari tahu.

"Ara, sekarang aku yang menjadi ibu kamu. Jadi jangan bertanya lagi tentang bunda kamu dan keluarganya." ucap ibu Saras setiap kali Rania bertanya pada ibu sambungnya itu.

Rania pikir ibu Saras cemburu pada bundanya, sehingga tidak suka membicarakan tentang wanita yang telah melahirkannya. Namun sekarang mata Rania mulai terbuka, begitu dia tahu dirinya adalah pewaris Pradipta. Ada maksud dari semua yang ayah dan ibu Saras lakukan.

Sekarang, Rasa ingin tahu itu kembali hadir, setelah bertahun-tahun lamanya Rania kubur rasa penasarannya. Bertemu nyonya Alana, membuat Rania punya tempat untuk mengetahui semua itu.

"Ayo kita ngobrol di atas saja!" ucap nyonya Alana mengajak Rania untuk keruangan rahasia. Nyonya Alana tidak ingin ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.

Karena begitu antusiasnya ingin tahu tentang bunda Naura dan keluarga bundanya, maka, di sinilah Rania bersama nyonya Alana berada. Di ruang pribadi nyonya Alana. Ruangan yang biasa digunakan istri tuan Bryan itu untuk menghilangkan gundah gulananya setiap ada masalah.

Terlalu fokus mendengar kisah yang diceritakan nyonya Alana, Rania sampai lupa jika dia datang ke restoran Ansel bersama saudara dan sahabat-sahabatnya. Rania tidak sadar sudah membuat cemas mereka semua yang saat ini sibuk mencari keberadaan dirinya.

***

Ansel memeriksa cctv depan toilet. Dia bisa melihat dengan jelas Rania masuk ke tempat itu. Tidak lama Rania berada di sana, Ansel melihat wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya selama ini masuk ke toilet yang sama dengan Rania.

"Bunda?" gumam Ansel.

Tak lama dari itu, keduanya keluar dari toilet bersamaan. Ansel melihat dari beberapa kamera cctv, kemana kedua wanita beda usia itu perginya. Ansel bisa bernapas lega, setelah dia tahu nyonya Alana membawa Rania ke tempat persembunyian ibunya.

"Apa yang kalian bicarakan sampai lupa waktu seperti ini dan membuat semua orang cemas." gumam Ansel

Adrian ikut sibuk mencari keberadaan Rania. Pria itu menghubungi orang-orang yang dia perintahkan untuk mengawasi Angel. Adrian takut, Angel orang yang menculik Rania. Setelah dia tahu, hidup ibu Rania berakhir di tangan ibu tiri dan saudaranya sendiri.

"Nyonya Angel ada di rumah tuan." ucap orang tersebut.

"Bagaimana dengan orang-orang suruhannya?" tanya Adrian tidak bisa percaya begitu saja.

"Mereka ada di markas. Tidak ada yang bergerak dalam beberapa hari ini. Mungkin mereka masih menyusun rencana atau menunggu perintah." jawab orang yang Adrian hubungi.

"Kemana perginya kamu Rania?" tanya Adrian, yang bisa didengar oleh orang yang bicaranya dengannya di seberang sana.

"Bagaimana hasil cctv yang kamu periksa?" tanya Harsa dan Aryan bersamaan begitu Ansel kembali ke meja tempat mereka makan.

Adrian segera menutup panggilannya lalu ikut mendengarkan penjelasan Ansel. Dia tidak bisa percaya begitu saja pada pria yang dia kenal sebagai kakak Alexa itu. Adrian berpikir, mungkin saja Ansel pura-pura baik pada Rania untuk membantu Alexa bisa bersamanya.

"Tidak perlu cemas!" ucap Ansel.

"Bagaimana kami tidak cemas. Ara belum di temukan!" balas Harsa.

"Ara ada di tempat yang aman bersama orang yang sayang padanya." sahut Ansel.

"Maksud kamu?" tanya Aryan.

"Ara bersama bunda. Sepertinya ada pembahasan penting sehingga dia lupa pada kita." jawab Ansel.

"Mereka di mana?" tanya Karla dan Winda bersamaan.

"Ada di atas, di ruangan bunda." jawab Ansel.

Ditengah penjelasan Ansel. Tiba-tiba saja seseorang memeluk Adrian dari belakang. Kini perhatian semua orang tertuju pada suami Rania itu.

"Alexa?" ucap mereka semua bersamaan begitu tahu siapa orang yang tiba-tiba memeluk Adrian.

"Jangan tinggalkan aku, Adrian!" ucap Alexa.

Ansel menarik Alexa dengan kasar. Adik satu ayahnya ini selalu saja bertindak tanpa berpikir panjang. Apa dia lupa dengan berita viral tentang dirinya kemarin. Kini dia membuat ulah dengan memeluk Adrian yang masih berstatus suami Rania di depan umum.

"Kenapa kamu selalu saja membuat malu nama keluarga?" ucap Ansel kesal. Meski pelan, namun penuh dengan penekanan.

"Kakak aku...."

"Diamlah Alexa, jangan bicara apapun lagi." ucap Ansel mengingatkan.

"Masih ada yang harus aku kerjakan. Aku pamit dulu. Terima kasih untuk jamuan makannya." ucap Adrian pada semuanya, lalu meniggalkan tempat itu.

"Adrian tunggu!" panggil Alexa, namun Adrian mengabaikan panggilan mantan kekasihnya itu. Adrian tidak ingin tertipu lagi untuk kedua kalinya.

"Ada apa ini?" tanya nyonya Alana. Wanita paruh baya itu baru saja tiba bersama Rania.

"Araaa!" ucap Winda kesal.

"Maaf." ucap Rania yang sudah sadar dengan kesalahannya.

Karena itu Rania segera mengajak nyonya Alana turun untuk menemui saudara dan sahabatnya, juga Adrian. Tapi dia justru melihat keberadaan Alexa di tempat itu dan kepergian Adrian yang terlihat marah.

Alexa melihat kearah Rania. Matanya menatap penuh kemarahan pada wanita yang paling dia benci saat ini. Wanita yang membuat Adrian berpaling darinya. Sekarang Rania juga merebut kasih sayang ibunya.

"Hemmm." Nyonya Alana menegur Alexa dengan berdehem.

Alexa yang takut dengan nyonya Alana, segera mengalihkan pandangannya. Meskipun wanita yang merawatnya itu sudah memberi peringatan padanya, Alexa tetap menyusun banyak rencana di kepalanya. Dia tidak terima dengan kekalahannya.

"Maaf saya membuat kalian semua khawatir. Membawa Rania tanpa memberitahu kalian semua." ucap nyonya Alana.

"Tidak apa-apa Tante, yang penting Rania baik-baik saja." jawab Aryan yang sudah merasa lega telah melihat adiknya baik-baik saja. Rania tidak diculik, seperti perkiraannya.

"Saya pamit dulu." ucap nyonya Alana.

"Bunda pulang dulu." ucap nyonya Alana pada Rania, "Nanti kita bicara lagi." bisik nyonya Alana, sambil memeluk dan mencium putri sahabatnya itu.

Alexa semakin kesal melihat pemadangan yang ada di hadapannya. Hingga detik ini, Alana tidak pernah memeluk dan menciumnya. Meski dia sudah tahu alasan wanita paruh baya itu melakukannya. Karena dia bukan putri kandungnya.

Nyonya Alana beralih pada putri suaminya. Baru sebentar saja dia tinggal, Alexa sudah berani berbuat ulah. Dia tidak tahu harus seperti apa lagi memberi peringatan pada putri suaminya ini.

"Alexa, pulang bersama Bunda!" ucap nyonya Alana memberi perintah yang tidak bisa Alexa tolak.

Di tempat lain, tuan Widodo bertemu dengan kakek Rania, tuan Adnan. Sebagai saudara ipar, keduanya sempat memiliki hubungan baik. Dan hubungan baik itu berakhir, saat tuan Widodo tahu, istri kedua tuan Adnan dan Angel adalah orang yang menyebabkan kematian Naura.

"Saya tidak menyangka kamu akhirnya mau bertemu dengan saya." ucap tuan Adanan.

"Saya juga tidak tahu mengapa saya akhirnya mau bertemu dengan anda," balas tuan Widodo.

"Karena kamu tidak berhasil menguasai harta cucuku!" sahut tuan Adnan.

Bukan marah, tuan Widodo justru tersenyum. "Kamu juga gagal menguasai harta putrimu Naura," balas tuan Widodo.

"Ya, karena Rahadi sangat pintar menjaganya. Tapi sayang, menantuku itu harus berakhir seperti ibu mertuanya." ucap tuan Adnan.

"Kita lupakan saja permusuhan kita di masa lalu. Aku mengajak bertemu untuk membuat kesepakatan dan kerja sama." ucap tuan Adnan.

Tuan Widodo hanya diam dan berpikir. Kerja sama apa yang tuan Adnan tawarkan?

...☆☆☆...