Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Gelisah
Gelisah. Ini yang Lionel rasakan sejak tengah malam hingga menjelang dini hari. Mata yang harusnya terpejam, seolah enggan bekerjasama. Lionel bingung, tidak paham dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Aneh. Aku ini sebenarnya kenapa?" gumam Lionel sembari menekan tulang hidung. Posisinya sedang duduk di atas ranjang. "Enam tahun belakangan aku hanya merasakan gelisah saat teringat dengan kecelakaan itu, tapi kenapa sekarang tiba-tiba muncul tanpa sebab? Aku bahkan sama sekali tak sedang mengingatnya. Apa jangan-jangan penyakitku sudah semakin parah?"
Gumaman serta dugaan nyeleneh terus muncul menghiasi benak Lionel. Hingga di detik yang tak terduga, muncul bayangan wajah Lisa di pelupuk mata. Ini membuat Lionel tersentak kaget, kian tak mengerti mengapa wajah gadis itu bisa muncul di pikirannya.
(Pertanda apa ini? Mengapa seperti ada yang mengarahkan agar aku mendatangi Lisa?)
"Di mana rumah gadis itu ya?" Lionel bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Dia kemudian teringat akan sesuatu. "Lebih baik aku telepon Richard saja. Dia yang meminta kekasihnya mengirimkan Lisa kemari."
Tanpa membuang waktu lagi Lionel segera mengambil ponsel dan menghubungi Richard. Waktu masih menunjukkan pukul empat dini hari, membuat sopirnya itu lama menjawab panggilan. Tak menyerah, Lionel terus membuat panggilan hingga akhirnya suara serak menyapa dari dalam telepon.
["Ya, Tuan. Ada apa menghubungi saya sepagi ini? Anda baik-baik saja, bukan?"]
"Richard, tolong tanyakan pada kekasihmu di mana Lisa tinggal. Ada ... ada yang ingin aku tanyakan pada pelayanan itu," tanya Lionel agak canggung saat membahas Lisa. Tangannya sampai mengusap tengkuk karena salah tingkah.
Hening, Richard tak langsung menjawab pertanyaan Lionel. Hanya deru napas sopirnya saja yang terdengar, membuat Lionel merasa heran.
"Kenapa responmu begini? Yang ingin kutemui itu Lisa, bukan kekasihmu. Jadi kau tidak perlu merasa panik dan khawatir. Aku tak berniat menjadi tukang tikung!" tandas Lionel.
["M-maafkan saya, Tuan. Saya tak bermaksud demikian. Hanya sedikit blank saja karena masih mengantuk. Tolong anda jangan salah paham."]
Jeda sejenak. Richard mengatur napas sebelum lanjut berbicara.
["Tuan, waktu itu pacar saya bilang kalau Lisa berasal dari salah satu yayasan penyalur tenaga kerja. Kemungkinan besar dia tidak tahu di mana Lisa tinggal. Tetapi kalau Anda begitu ingin tahu, saya mohon ijin untuk mematikan panggilan ini kemudian menghubungi pacar saya. Sekarang masih jam empat pagi, akan sedikit sulit untuk membangunkannya. Mohon Anda bersedia menunggu sebentar,"]
"Baiklah. Aku tunggu kabar ini secepatnya,"
["Baik, Tuan."]
Klik, panggilan terputus. Lionel menghela napas, lalu memutuskan untuk keluar dari dalam kamar. Bingung ingin melakukan apa, iseng-iseng dia menuju ruang keamanan. Lionel lalu meminta penjaga memutarkan video yang menampilkan Lisa. Entahlah, sejak semalam pikirannya terus tertuju pada gadis itu.
"Kau keluarlah dulu. Aku ingin menonton rekaman sendiri," perintah Lionel meminta penjaga meninggalkannya sendiri. Takut ada hal pribadi Lisa yang tidak seharusnya dilihat oleh orang lain.
"Baik, Tuan. Saya permisi."
Sepeninggal penjaga, tangan Lionel langsung sibuk berselancar mencari video mana yang akan dia tonton terlebih dahulu. Melihat satu demi satu rekaman yang ada, dia tertarik pada salah satu video yang menampilkan Lisa tengah berjongkok sambil menangkupkan kedua tangan di wajah.
"Dia menangis?" Jantung Lionel berdegub kuat sekali. Ada rasa nyeri yang muncul saat mendapati gadis itu bersimbah air mata. "Apa yang terjadi? Yang aku lihat Lisa selalu ceria, tapi kenapa di video ini dia terlihat begitu sedih? Benar-benar membuat orang jadi penasaran. Mungkinkah dia hanya pura-pura bahagia agar orang lain tidak tahu kalau dirinya sedang menderita?"
Lionel segera memeriksa kapan kejadian tersebut terjadi. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat tanggal di dalam video. Lisa menangis tepat setelah datang ke rumahnya.
"Aku tidak bisa tinggal diam. Dia butuh pertolongan,"
"Siapa yang butuh pertolongan?"
Sebuah suara mengejutkan Lionel yang tengah dilanda panik. Segera dia menoleh untuk melihat siapa yang baru saja bicara. "Ibu, apa yang sedang Ibu lakukan di sana? Kenapa tidak tidur?"
Kinara tak langsung menyahut pertanyaan Lionel. Tatapannya tertuju pada layar monitor yang tengah menampilkan Lisa. Lisa? Sebenarnya ada apa dengan putranya. Kinara bahkan sampai mengancam Richard agar mengaku apakah kemunculan Lisa memiliki maksud dan tujuan tertentu atau tidak.
"Apalagi sekarang, Bu? Kecurigaan apa yang membuat Ibu mengacuhkan pertanyaanku?" tanya Lionel langsung tanggap akan sikap diam ibunya.
"Leon, kau menyukai Lisa?"
"A-APA?!"
"Sejak gadis itu datang ke rumah kita, Ibu sering mendapatimu tengah memperhatikan gadis itu. Dan sekarang kau pun melakukannya. Ini jam empat pagi, Nak. Untuk apa kau mendatangi ruang keamanan dan menonton rekaman video Lisa? Tolong jelaskan!" cecar Kinara menuntut penjelasan. Berkat laporan Richard, dia bisa menangkap basah kelakuan putranya. Sebagai seorang ibu, jelas dia sangat khawatir. Kejiwaan Leon tidak stabil, dia khawatir Lisa hanya sedang mempermainkannya saja.
"Dia ... dia membuatku gelisah, Bu. Semalaman mataku tak mau terpejam. Dan tadi aku tiba-tiba terpikir tentang Lisa. Entah ini nyata atau tidak, seperti ada sinyal yang memintaku untuk mendatangi gadis itu. Lisa butuh bantuan, Bu."
"Apa? Kau ingin mendatangi gadis itu?"
"Iya, tapi aku tidak tahu di mana alamatnya."
"Dan kau datang kemari dengan maksud mencari jawaban?"
"Aku .... "
"Leon," Kinara mend*sah panjang. Dia lalu berjalan menghampiri putranya yang terlihat bingung. Dengan penuh sayang Kinara mengusap rambutnya. Iba. "Nak, Lisa itu gadis asing yang tidak kita ketahui latar belakangnya. Jadi jangan terlalu mematok rasa padanya. Nanti kau yang susah sendiri. Mengerti?"
Lidah Lionel kelu. Keinginan untuk tetap menemui Lisa sangat besar, tapi dia kesulitan menemukan alasan. Ada bisikan aneh di dalam hati yang mendesak agar dirinya segera pergi menemui gadis itu. Pikiran Lionel kacau.
(Apa aku biarkan saja Lionel berhubungan dekat dengan Lisa ya? Siapa tahu gadis itu bisa membantu memulihkan mentalnya yang sudah rusak. Tetapi bagaimana jika Lisa mempunyai maksud jahat? Aku tidak ingin Leon celaka dan kembali terluka. Apa yang harus ku lakukan untuk mengatasi masalah ini?)
"Bu, aku ... aku harus menolong Lisa. Tolong bantu temukan alamatnya," Tiba-tiba Lionel merengek seperti anak kecil. Kondisi di mana dia seperti kehilangan jati diri semenjak kejadian naas enam tahun lalu.
"Sayang, untuk apa kau bersusah payah ingin menemuinya kalau sebentar lagi Lisa juga akan datang kemari? Lupa ya kalau sekarang dia bekerja di rumah kita," ucap Kinara berupaya menenangkan. Hatinya terluka melihat Lionel drop seperti ini. Anak yang dulunya begitu tenang dan bijak, mendadak berubah seperti seorang idiot yang tak bisa melakukan apa-apa. Hati orang tua mana yang tidak teriris menyaksikan perubahan tersebut.
"Tapi Lisa sedang butuh pertolongan, Bu. Dia dalam bahaya!"
"Kata siapa Lisa sedang dalam bahaya? Ibu yakin dia pasti baik-baik saja. Lisa itukan wonder woman. Hantu saja tak akan sanggup berlama-lama berada di dekatnya. Lisa bukan gadis yang lemah, Nak."
"Tapi .... "
"Sudah ya, lebih baik kita tunggu sampai siang. Kalau Lisa tak datang, barulah Ibu akan mencarikan alamatnya untukmu. Oke?"
Kali ini Lionel tak berontak. Di saat yang bersamaan kenormalannya pun kembali. Lionel kemudian mengusap wajahnya hingga memerah, malu karena lagi-lagi kehilangan kontrol atas tubuh dan pikirannya.
(Ya Tuhan, mau sampai kapan aku seperti ini? Aku seorang pria, tapi kelakuanku tak jauh beda dari anak kelas dua sekolah dasar. Ini memalukan!)
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara