Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membela Retania
Davendra dan Lingga mempercepat langkahnya ketika melihat dokter Retania sedang berjalan bersama dengan dokter bedah Astuty.
"Tante," tegur Davendra membuat dokter Retania dan dokter Lingga menoleh terkejut melihatnya.
Tantenya? Batin Retania ngga percaya. Jarak umur keduanya sepertinya ngga terlalu jauh, batinnya lagi.
Mereka satu keluarga? Batin Lingga speechless.
"Mami kamu berulah apa lagi?" sinis dokter Astuty balas menyapa.
Davendra tergelak.
"Daven! Kasih tau mami kamu, dia ngga boleh terus menerus ikut campur urusan rumah sakit," bentak dokter Astuty geram.
"Papi harusnya yang dikasih tau tante," sahutnya masih dalam gelaknya.
"Papimu harus dirukiyah," semburnya tambah membuat Davendra tergelak.
"Kakimu belum sembuh?" tanyanya setelah beberapa lamanya. Nadanya menyindir.
Rasanya ngga mungkin.
"Seperti yang udah tante lihat."
"Huh," dengus dokter Astuty masih kesal.
Kemudian tanpa kata dokter Astuty menarik tangan dokter Retania pergi.
Mata mereka sempat bersitatap sebentar.
"Dia bersama dokter Astuty. Kamu hanya buang buang waktuku saja," decih Davendra sambil memutar langkahnya, meninggalkan Lingga yang masih bergeming di tempatnya.
Dia tidak pulang ke ruangannya, tapi melipir ke ruangan maminya berada.
Dia tau papinya sedang ada di sana di jam sekarang.
Mami dan papinya cukup terkejut ketika melihat kedatangannya.
"Kakimu sudah mendingan?" tanya papinya sambil mendekatinya, meninggalkan istrinya yang tadi sedang merayunya.
"Sudah, sih, Pa. Tapi kata mami, tetap dipake aja gipsnya. Padahal aku udah ngga betah."
Papinya tersenyum.
"Ada apa?" Papinya mengikuti langkah Davendra menuju sofa yang ada di sana.
Maminya mulai mengawasinya.
Davendra menyandarkan kruknya di pojokan sofa setelah duduk.
"Papi, aku mau nikah dengan dokter magang yang barusan di pecat mami," adunya dengan senyum miring di wajahnya.
Wajah maminya langsung menegang. Sementara papinya yang barusan duduk di sampingnya menyipitkan matanya sesaat.
"Dokter Retania?" Dia tentu masih ingat atas permintaan istrinya yang mengatakan kalo dokter Retania tidak disiplin. Bahkan ada dua orang dokter senior yang bersedia menjadi saksi.
Kenapa putranya mau menikah dengan dokter yang tidak kompeten?
"Yes, papi."
"Bukannya mami mau menjodohkan kamu dengan Anya?"
"Sudah ku tolak, pa. Aku sudah anggap dia adik sendiri."
"Devan. Anya bukan adik.kamu," sela maminya kesal. Selalu itu alasan penolakannya.
Papinya-Ajisona Arkatama- tersenyum.
Istrinya mendapat tantangan lagi dengan putra ketiga mereka, setelah berhasil menaklukkan dua putra mereka sebelumnya, yang hampir ngga ada bedanya watak dan kelakuannya.
Tapi mungkin Davendra-si bungsu lebih tinggi sedikit taraf pembrontakannya.
"Kenapa kamu memilih dokter magang yang tidak kompeten? Carilah dokter magang yang memiliki kredibilitas yang baik," ungkap papinya panjang lebar.
"Ngga kompeten gimana, pa?" Davendra menatap papinya heran.
"Tante Astuty aja cocok dengannya, pa. Ngga mungkinlah dia ngga kompeten," sahutnya lagi.
Tante sejutek itu mana bisa dikibuli.
"Dia, kan, pengecualian. Subjective," judes mami menjudge.
"Ada dua dokter senior yang menjadi saksi yang menguatkan permintaan mami."
"Papi lebih baik tanya tante Astuty dan perawat atau dokter dokter senior yang lain. Biar imbang. Kata mama aa', tabayun, pa," sahut Davendra setengah becanda setengah serius.
Papinya terdiam. Dia tau, adik bungsunya selalu mengomelinya yang selalu membiarkan istrinya campur tangan dalam urusan rumah sakit.
"Mami ngga akan pernah merestui kalo kamu tetap memilih gadis itu. Kamu tau, kan, mami bisa berbuat apa saja," ancamnya ngga maen maen.
"Terserah mamilah. Kalo ngga sama dokter magang itu, aku ngga bakalan mau nikah dengan siapa pun," balasnya dengan suara yang merendah.
"DAVEN!" suara maminya melengking lagi.
Papinya hanya bisa menghela nafas panjang.
Davendra tampak cuek aja. Kepalang basah. Pacarnya selingkuh. Hanya dokter magang itu saja yang bisa jadi kandidat, agar dia ngga menikah dengan Anya.
Bagaimana bisa dia melakukan malam pertama dengan Anya-perempuan yang sudah dia anggap sebagai adiknya.
Mending dengan dokter magang itu. Wajahnya juga cantik. Ngga kalah dengan mantan pacarnya yang bekerja sebagai sekretaris perusahaan relasinya.
Mungkin penampilan Kemala lebih wow karena dia harus menemani bos besarnya menghadapi klien vip. Sialnya dia tertarik dan rela memberikan apa saja untuk perempuan rendahan itu.
Mengingatnya malah membuat emosi Davendra jadi memuncak.
Gadis itu dengan tidak tau malunya mau menjenguknya ke rumah sakit. Tapi untung saja pengawalnya sudah melarangnya. Dia sudah mewanti wanti asisten dan pengawalnya agar menjauhkan perempuan rendah itu darinya.
"Papa akan selidiki. Kalo doker magang itu memang kompeten, papi akan cabut pemecatannya."
"Papi....!" Sepasang mata istrinya berkilat karena marah dan ngga percaya akan keputusan suaminya
"Papi harus fair, mam," senyumnya berusaha meredakan kemarahannya.
"Siap, Papi." Wajah Davendra tampak cerah.
*
*
*
"Apa masalahmu dengan istri pemilik perusahaan?" tanya dokter Astuty setelah lima belas menit berlalu selesainya operasi yang mereka lakukan.
Retania hanya menggelengkan kepalanya. Setelah tau kalo dokter bedah Astuty adalah tante si anak pemilik rumah sakit, mulutnya jadi kaku untuk mengatakan yang sebenarnya.
Dokter Astuty menatapnya penuh selidik.
"Baru tadi aku melihat Dave perhatian sama perempuan. Tadi sepertinya temanmu Lingga memberitau Dave. Tapi kenapa harus Dave?" tanyanya lagi.
Dokter Astuty menghembuskan nafas kesal karena Retania masih membisu.
'Baiklah, kalo kamu ngga mau cerita. Aku akan bertanya paa dokter Lingga," pancingnya ringan.
"Jangan, dokter." Retania ngga mau menjerumuskan Lingga. Sudahlah, dia ngga apa apa keluar dari rumah sakit yang sudah ngga bisa membuatnya tenang bekerja.
Lingga dan teman temannya yang lain jangan sampai gagal karena ikut campur dalam masalahnya. Retania akan tambah terbebani nantinya.
"Kenapa?"
"Saya sudah ngga mau membahasnya."
Dokter Astuty terdiam.
"Oke. Mulai hari ini kamu jadi asistenku."
Retania tersenyum senang. Menjadi asisten dokter Astuty yang pintar adalah cita cita dari banyak dokter magang seperti dirinya. Banyak ilmu gratis yang bisa didapat.
"Saya mau dokter."
"Bagus." Nanti dokter Astuty akan menyelidikinya sendiri.
*
*
*
"Astuty, jadi menurutmu dokter magang itu kompeten dan penuh tanggung jawab?" Ajisona Arkatama perlu memastikannya.
"Sangat kompeten. Nggak apa apa kalo mas mau mecat dia gara gara dapat info menyesatkan. Aku sudah menghired dia jadi asistenku."
Ajisona Arkatama menatapnya tajam, seolah ingin menggali kejujuran adik bungsunya.
Astutylah yang selalu terang terangan menunjukkan ketaksukaannya pada tindakan yang diambil istrinya.
"Mas Aji, bisa lihat rekaman video ini. Dia selalu membantuku di saat aku melakukan operasi." Dokter Astuty menunjukkan video di hpnya. Dia tadi sengaja merekamnya, niatnya memang akan ditujukkan pada kakaknya.
Ajisona mengambilnya, dan mulai memperhatikan rekaman videonya. Dia akui kalo adiknya lagi lagi berkata benar.
Jadi Ivy yang mengarang cerita?
"Ini semua karena ulah ponakanmu. Ngga ada angin, ngga ada ujan, ngga ada badai, dia minta dinikahi dengan dokter ini," ungkap Ajisona Arkatama.
"Tantemu yang sudah punya calon, ya, ngamuklah," sambungnya lagi karena adiknya masih belum merespon.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan