Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12.Perbincangan
Dia menarik tangan Erlangga dan meletakan cincin itu di telapak tangan Erlangga.
"Lupakan kejadian ini! Aku takut kita terlalu jauh," Risty menahan tangisnya.
Saat dia berjalan pergi, Erlangga menarik tangannya.
"Non tunggu, Maafkan aku!"
Risty melepaskan tangan Erlangga dan berlari pergi, dia sudah tidak bisa menghalau airmatanya lagi.
Dia menangis di dalam lift apartemen Erlangga, dia menahan perasaannya agar tidak jatuh cinta pada laki-laki itu. Menanamkan dalam benaknya bahwa Erlangga milik orang lain.
***
Satu minggu pasca kejadian di Apartemen itu, Risty tidak pernah keluar rumah. Dia hanya keluar saat dia bekerja saja dan tentunya dia sudah curhat panjang lebar tentang pertemuannya dengan Erlangga pada Yona asistennya.
Sedangkan Erlangga uring-uringan tidak jelas di kantornya, semua menjadi salah dimatanya. Seorang Risty sudah menjungkirbalikkan dunia dan hatinya.
Hingga di suatu sore Risty berada di Cafe favoritnya untuk sekedar nongkrong, saat dia keluar dari toilet wanita, dia berpapasan dengan Erlangga. Erlangga yang menyadari keberadaan Risty sontak menarik tangannya.
"Non! Aku perlu bicara! Jangan menghindariku!" ucapnya dengan tatapan penuh kerinduan.
"Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi kak! Tolong lupakan aku dan bahagialah bersama tunangan kakak!" Risty tidak menoleh.
"Tolong jangan pergi, aku ingin kita bersama! Aku hanya butuh sedikit waktu untuk memutuskan pertunanganku ini,"
Risty terkejut mendengar ucapan Erlangga, bukannya dia senang, dia malah tersulut emosi.
"Hah Semudah itu? Apa ikatan pertunangan itu tidak berarti apa-apa buat kakak! Aku kira kakak beda dengan laki-laki lain tapi nyatanya semua laki-laki sama br****seknya!"
"Non, kamu salah! Kamu tidak mengenalku! Aku bukan laki-laki seperti itu!"
"Asal kakak tahu, aku sangat benci dengan pengkhianatan dan AKU TIDAK SUKA MENJADI ORANG KETIGA!" Risty menatap tajam Erlangga.
"Lupakan kita pernah bertemu, jangan mencariku atau ingin tahu apapun tentangku!" Risty pergi meninggalkan Erlangga yang hanya terdiam ditempatnya.
Hatinya begitu sakit saat Risty menolaknya, tapi dia sadar, dia sangat salah jika dia masih berharap pada wanita lain. Walaupun kenyataannya dia sudah lelah menghadapi sifat egois tunangannya.
Sedangkan Risty semakin terpuruk dan bersedih, dia tidak mau menjadi wanita yang jahat dan tega merebut tunangan dari wanita lain. Dia bukan wanita seburuk itu. Dia berusaha keras melupakan Erlangga selama berbulan-bulan.
*Flashback Off
"Boss! Woyy! Jangan ngelamun isshhh! Ntar ketempelan baru tau rasa kau Boss!" ucap Yona mengibaskan tangannya didepan wajah Risty.
"Hussssttt! Jangan doa yang jelek-jelek!" sungut Risty.
"Jadi gimana Boss rasanya ketemu gebetan di masa lalu? Jodoh nggak nih! Bahagia nggak nih? Bahagia donk masa enggak!" goda Yona menaik-turunkan alisnya sembari tersenyum.
"Jodoh, jodoh! Jodoh palamu! Inget dia udah punya tunangan! Dan parahnya ternyata dia kakak iparku!" Risty tertunduk lesu, "Arrrrrrghhhhh sebel nggak sih!" Risty berteriak frustasi sembari menarik rambutnya.
Yona tertawa terbahak-bahak.
Kemudian dia menyalakan rokoknya lalu menyalakan satu lagi dan memberikan rokok itu pada Risty.
Risty termenung sembari menghisap rokok tangannya.
Entah takdir macam apa yang dia hadapi saat ini, dia dipertemukan dengan laki-laki yang dulu dia ingin lupakan, laki-laki yang hampir membuatnya jatuh cinta dan membuatnya terpuruk sampai berbulan-bulan.
***
Hari Sabtu pun tiba, Bima mengajak Risty pulang kerumahnya di kota B untuk memenuhi undangan makan keluarga Bima.
Beberapa jam telah berlalu, akhirnya mereka sampai di mansion milik Pak Prabu dan Bu Helena.
"Selamat datang sayang!"
Bu Helena menyambut Risty dan Bima. Sepasang suami istri itu menyalami orang tua mereka.
"Bagaimana kabarmu sayang?" tanya Bu Helena basa-basi.
"Alhamdulillah kami baik mom," Risty tersenyum.
"Bagaimana kabar mommy dan daddy?"
"Alhamdulillah kami luar biasa sehat nak," jawab Pak Prabu.
"Bim, apa yang ada di tanganmu itu?" tanya Pak Prabu penasaran.
"Ini brownies kesukaan daddy dan pancake durian kesukaan mommy," Bima tersenyum manis sembari menenteng banyak oleh-oleh yang dia bawa dari ibukota.
Pak Prabu dan Bu Helena berbinar bahagia,
"Ayo sini sayang biar mommy yang bawa! Mommy juga ingin membagikan oleh-oleh ini pada semua asisten rumah tangga dan para security,"
"Siap Kanjeng Ratu," ucap Bima sembari bergelayut manja pada mommy-nya.
***
Malam pun tiba saat ini mereka berlima tengah berada di meja makan, sembari menunggu makanan selesai di hidangkan, Pak Prabu bercakap hangat bersama kedua putra dan menantunya.
"Ris," panggil Pak Prabu.
"Iya dad,"
"Apakah kamu sudah mengenal kakak iparmu?"
"Sudah dad, beberapa hari lalu kami sempat bertemu saat Kak Bima datang ke kantorku,"
"Baguslah kalau begitu,"
Risty mengangguk tersenyum.
Setelah acara makan malam mereka selesai, Bima pamit pada daddy dan mommy-nya untuk keluar menemui teman-temannya.
"Kamu keluar sendiri Bim? Ajaklah istrimu, apa kamu tidak ingin mengenalkan istrimu pada teman-temanmu?" tanya Bu Helena.
Belum Bima menjawab, Risty membuka suaranya.
"Maaf mom, aku sedang lelah dan tidak ingin kemana-mana, aku tidak masalah kalau Kak Bima keluar sendiri bertemu teman-temannya," tukas Risty.
Dia tahu pasti suaminya sedang ingin menemui kekasihnya, dia terlalu malas untuk melihat kemesraan pasangan tidak tahu diri itu.
"Baiklah sayang terserah kamu aja, asalkan kamu nyaman dan nggak bosan disini,"
"Tidak mom, aku suka berada disini,"
Akhirnya Bima meninggalkan Mansionnya dan Risty masih ngobrol hangat bersama kedua mertuanya. Sedangkan Erlangga memilih duduk di gazebo di tengah taman yang berada di luar mansionnya, sembari menghisap rokoknya.
Dua jam telah berlalu waktu sudah menunjukkan setengah sepuluh malam, Risty memutuskan ke taman karena dia belum mengantuk sama sekali. Dia tidak menyadari Erlangga berada disana karena dia sibuk berjalan sembari memainkan ponselnya.
Saat dia mengangkat wajahnya seketika pandangan mata keduanya bertemu, kemudian keduanya saling membuang pandangan berpura-pura sibuk pada ponsel mereka masing-masing, padahal hati keduanya mulai bergemuruh. Risty ingin sekali berbalik arah, tapi kakinya menuntunnya untuk terus berjalan.
"Kak Angga," panggilnya.
"Iya Non,"
"Deg, deg, deg!"
Panggilan itu mengingatkan segala hal bagi keduanya.
"Apa aku menganggu kakak? Bolehkah aku duduk disini?" tanyanya ragu-ragu.
"Tidak mengganggu sama sekali, silahkan duduk," Erlangga mempersilahkan.
Mereka duduk bersebelahan tanpa bicara, sama-sama gugup dan seolah kehabisan kata-kata. Padahal ada banyak hal yang sama-sama ingin mereka tanyakan.
Risty mengambil kotak rokok milik Angga dan mulai menyalakan kemudian menghisapnya untuk menenangkan kegugupannya. Sedangkan Erlangga sedikit terkejut mengetahui Risty adalah seorang perokok.
Erlangga mengernyitkan dahinya, "Kamu perokok ternyata,"
"Hemmm, tapi bukan golongan perokok berat, hanya saat ingin aja," Risty merasa tidak enak.
"Maaf kalau kakak tidak nyaman melihat seorang wanita merokok, aku akan mematikan rokokku,"
Saat Risty akan membuang rokoknya, Erlangga mencegahnya.
"Eh, Jangan dibuang! Aku tidak masalah kok,"
"Baiklah, terimakasih!" Risty tersenyum masam.
"Sejak kapan? Dulu kayaknya nggak," tanya Erlangga.
"Satu tahun lalu, sejak.." Risty ragu-ragu.
Erlangga hanya terdiam menunggu jawaban Risty.
"Sejak aku kesulitan melupakan seseorang, rasanya begitu menyakitkan,"
"Deg!"
Erlangga mencengkeram erat gazebo yang dia duduki sampai buku-buku jarinya memutih. Dia menerka-nerka siapa yang Risty maksudkan, dirinya atau orang lain.
"Kenapa harus dilupakan? Apa dia menyakitimu?"
Erlangga tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Dia tidak menyakitiku sama sekali, aku hanya berusaha tidak jatuh cinta padanya karena aku sadar dia milik orang lain,"
Erlangga tiba-tiba menegang, dia tahu arah perkataan Risty. Dia tidak bodoh, dia menyadari bahwa dirinyalah yang dimaksud. Dia terdiam, tidak ada kata yang pantas untuk diucapkan. Risty yang sekarang telah menjadi adik iparnya dan kenyataannya saat ini dirinya juga masih berstatus tunangan seseorang.
"Kakak kemana aja? aku tidak pernah melihat kakak di cafe lagi," tanya Risty memecah keheningan.
"Satu tahun belakangan aku lebih lama berada di Australia untuk mengurus cabang disana, pulang ke Indonesia hanya setiap tiga bulan sekali dan itu juga tidak pernah lama," Erlangga menjelaskan.
"Ohh pantas!"
"Oh iya, selamat atas pernikahanmu dengan Bima, maaf aku tidak datang waktu itu karena ada pekerjaan yang benar-benar tidak bisa aku tinggalkan,"
"Tidak masalah kak, terimakasih atas ucapannya," Risty tersenyum, Erlangga pun membalas senyuman Risty sembari menganggukan kepalanya.
Saat tidak ada hal yang dibicarakan lagi, Risty berpamitan masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Bima masih belum pulang juga, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 malam.
Sedangkan Bima tengah berada di Club bersama kekasih dan teman-temannya, dia sangat memanfaatkan waktunya. Tidak peduli bagaimana perasaan istrinya, dia hanya memikirkan kesenangannya saja.
***
Subuh telah menjelang, Risty terbangun dari tidurnya. Dia berjalan ke kamar mandi dan bersiap menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
"Masih ingat rumah dia! Ohh iya aku lupa, mana berani dia tidak pulang! Bisa-bisa kena kuliah subuh 7 hari 7 malam dia!" gumam Risty lirih sembari melihat Bima yang masih tertidur.
Risty menuju ke dapur membantu menyiapkan sarapan disana, awalnya para pelayan merasa tidak enak tapi karena Risty bersikap ramah kepada mereka, sehingga mereka menjadi akrab dan menyukai kepribadian Risty.
Kini Risty, Bima dan keluarganya, tengah berada di meja makan untuk sarapan.
"Apa rencanamu pagi ini Bim?" tanya Pak Prabu.
"Belum tahu Dad,"
"Ajaklah istrimu jalan-jalan! Masa hari libur masih di rumah aja, apa kamu tidak kasian pada istrimu, lama-lama kan dia juga bosan di rumah terus!"
"Iya Dad, nanti aku akan mengajaknya keliling kota untuk kuliner dan nonton bioskop,"
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor