NovelToon NovelToon
Serious? I'M Not A Hero!

Serious? I'M Not A Hero!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyelidikan di Dalam Gate

Beberapa hari setelah kejadian di Gunung Cheonggyesan, aku akhirnya menerima data yang ditunggu-tunggu dari Hye Rin. File mengenai Black Crescent Cult masuk ke HP-ku dalam bentuk dokumen terenkripsi. Ah, para teknisi ini memang selalu membuat segalanya ribet. Untung saja aku punya aplikasi pembuka file yang bagus, jadi tidak perlu repot-repot lagi.

Aku duduk di sofa apartemen sambil membuka file itu. Nama-nama, markas rahasia, struktur organisasi, dan yang paling penting siapa saja yang tersisa di kultus tersebut setelah kematian The Necromancer. Empat anggota utama lainnya, termasuk sang pemimpin misterius yang mereka sebut Abyss Lord. Aku tersenyum kecut sambil mengamati data itu.

"Dasar bajingan-bajingan sialan," gumamku sambil menyeruput bir yang sudah setengah dingin.

Sebelum aku bisa lebih mendalami informasi itu, teleponku berdering. Nama Hye Rin muncul di layar.

"Halo? Ada apa lagi, Rin?" sapaku malas.

“Taemin, aku punya tugas buat kamu,” jawabnya tanpa basa-basi, suaranya terdengar serius.

Aku mengangkat alis. "Tugas? Apa aku terlihat seperti tipe orang yang suka kerja sambilan?"

“Ada sebuah gate misterius yang baru muncul, rank A. Beberapa orang sudah masuk ke sana, tapi tidak ada satupun yang keluar,” lanjutnya.

Aku terdiam sejenak. Rank A? Sudah cukup lama aku tidak menghadapi yang seperti itu. “Dan kamu mau aku yang masuk ke sana untuk menginvestigasi?”

“Tepat sekali. Kamu satu-satunya orang yang bisa menyelesaikan ini dengan cepat dan tanpa masalah,” katanya yakin.

Aku menghela napas panjang. "Kamu yakin nggak ada cara lain selain mengirim aku ke lubang maut itu? Nggak ada orang lain? Mungkin sekumpulan magang yang mau dihukum?" candaku dengan setengah hati, tapi di dalam aku sudah merasa tertantang.

“Tidak ada, Taemin. Cuma kamu yang cukup kuat dan... yah, cukup gila untuk menghadapinya,” jawab Hye Rin dengan suara sedikit bercanda di akhir.

Aku tertawa kecil. “Baiklah. Kirim detail gate-nya. Tapi aku akan minta bonus khusus kalau ini selesai.”

“Jangan serakah, Taemin. Kamu sudah mendapatkan cukup banyak dari kami.”

Aku mengangkat bahu meski dia tak bisa melihatnya. "Selalu ada ruang untuk lebih, kan?"

Telepon pun terputus, dan beberapa detik kemudian detail tentang gate misterius itu muncul di HP-ku. Aku mengamati koordinat lokasi. "Wah, ini akan menyenangkan," gumamku sambil menyiapkan perlengkapanku.

Aku melihat koordinat lokasi gate itu di peta digital. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, tapi cukup tersembunyi di daerah pinggiran yang biasanya jarang dikunjungi orang. "Ya ampun, kenapa tempat berbahaya selalu ada di ujung dunia begini?" Aku mendengus sambil mengecek barang-barang penting yang langsung kusimpan ke dalam inventory. Tas? Ngapain repot-repot bawa tas kalau ada teknologi luar angkasa seperti ini.

Sesampainya di lokasi, kulihat gate itu berdiri menjulang dengan aura gelap yang tidak menyenangkan, seolah menyedot cahaya dari sekitar. Di depan gate, Hye Rin sudah menungguku dengan wajah serius, lengkap dengan seragam tempur Crimson Lotus.

"Taemin, akhirnya datang juga," katanya tanpa senyum. “Kita ada masalah besar di sini.”

"Ya, ya, aku tahu. Tapi aku bisa pakai toilet dulu sebelum kita bahas ini?" Aku melirik sekeliling, pura-pura mencari tempat tersembunyi.

Hye Rin hanya menggeleng, jelas tak terhibur oleh candaan. "Jangan main-main kali ini. Situasinya benar-benar gawat."

Aku memasukkan tangan ke saku jaket dan berjalan mendekat, menatap pintu gelap yang berkedip samar seperti TV rusak. "Jadi, apa yang kita hadapi kali ini?" tanyaku santai.

“Ini bukan gate biasa. Kami menyebutnya Twilight Gate—dalam rank A, tapi dengan energi yang tidak stabil. Sudah beberapa orang masuk, tapi tidak ada yang keluar. Bahkan signal mereka terputus begitu saja,” jelas Hye Rin sambil menunjuk ke arah gate. "Kami butuh kamu untuk menyelidiki apa yang terjadi di dalam."

Aku mengernyit, memperhatikan gate itu dengan lebih cermat. Twilight Gate? Itu istilah baru yang belum pernah kudengar. "Tidak stabil, ya? Itu berarti ada yang mengacaukan keseimbangan di dalam," kataku pelan, sambil memikirkan kemungkinan terburuk.

Hye Rin mengangguk. “Itulah yang kami takutkan. Jika ada sesuatu yang menghancurkan stabilitas, bisa jadi itu buatan atau... ada kekuatan yang lebih besar di baliknya.”

Aku memandangnya, lalu kembali ke gate itu. "Oke, jadi apa skenario terburuknya di sini?"

“Skenario terburuknya? Kamu mati di dalam dan kami tidak bisa menemukan tubuhmu,” jawabnya dengan nada setengah bercanda, tapi matanya tetap tajam.

"Wow, kamu benar-benar tahu cara membuat seseorang merasa dihargai." Aku tertawa kecil dan menyandarkan tubuh di dinding dekat gate.

Hye Rin menghela napas. "Taemin, serius. Jika kamu tidak ingin melakukannya, aku bisa mencari alternatif lain. Tapi aku tahu kamu tidak akan menolak tantangan seperti ini."

Aku hanya tersenyum tipis. "Yah, siapa yang bisa menolak ketika dijebak dengan baik begini? Lagi pula, aku sudah setengah jalan. Tidak ada alasan untuk mundur sekarang."

Hye Rin menyerahkan selembar kertas padaku—berisi beberapa informasi tambahan yang perlu kulihat. "Ini detail terakhir tentang mereka yang hilang di dalam. Ada kemungkinan kita berurusan dengan pihak luar yang memanipulasi gate ini."

Aku melihat daftar nama dan foto-foto orang yang hilang. Mereka tampak seperti awakener biasa—tidak ada yang terlalu spesial. "Baiklah," gumamku, menyimpan kertas itu ke dalam inventory. “Aku masuk sekarang, tapi kalau ada yang salah, jangan salahkan aku.”

"Jangan mati, Taemin," katanya tegas.

Aku mengedipkan mata padanya. "Kematian bukan gaya aku." Setelah itu, tanpa menunggu lebih lama, aku melangkah menuju gate dengan tangan yang sudah siap di sisi, dan melangkah masuk ke dalam kegelapan yang melahap segalanya.

Aku melangkah masuk ke dalam gate yang terasa seperti mulut neraka yang menganga, menyedotku ke dalam kegelapan pekat. Udara di sini lebih berat, dan bau anyir darah menguar di setiap sudut. Aku mengaktifkan Stealth, meskipun aku tahu di rank A seperti ini, stealth mungkin hanya sedikit menunda masalah. Tapi hey, lebih baik siap daripada dicincang mentah-mentah.

"Gate rank A, huh? Mari kita lihat siapa yang akan bertahan lebih lama," gumamku sambil memasukkan tangan ke saku. Pedangku siap di inventory kalau-kalau ada kejutan di balik kegelapan ini.

Aku terus berjalan, mencari tanda-tanda kehidupan. Atau... lebih realistisnya, sisa-sisa kehidupan yang pernah ada. Sebagian besar hunter yang masuk ke sini tidak pernah kembali, dan sudah pasti, kalau mereka masih hidup, mereka tidak sedang menikmati piknik.

Jejak-jejak darah mulai terlihat di lantai batu, menciptakan pola-pola abstrak yang menandakan pertempuran sengit. "Ini nggak kelihatan seperti orang-orang yang bersenang-senang," aku bergumam. "Tapi hey, setidaknya ada arah yang jelas buat diikuti."

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah berat dari kegelapan di depan. Geraman rendah menggema, diikuti oleh kilatan mata merah yang menyala di kejauhan.

"Well, here we go," desisku.

Sekelompok monster humanoid dengan cakar panjang muncul dari bayangan, bergerak cepat ke arahku. Mereka tampak seperti perpaduan antara goblin dan serigala, hanya saja lebih besar dan lebih ganas. Aku mengeluarkan pedangku dengan tenang dari inventory, siap melawan mereka.

"Jadi ini Wave 1, huh? Gini doang?"

Salah satu dari mereka melompat ke arahku dengan kecepatan yang cukup mengejutkan, tapi aku bergerak lebih cepat, menghindari serangannya dan langsung menebas lehernya. Tubuhnya jatuh ke tanah dengan bunyi berdebam yang memuaskan. Darah hitam mengalir dari luka yang terbuka, tapi aku nggak punya waktu buat merayakannya.

Dua monster lainnya menyerang dari samping, cakar mereka berkilat di udara. Dengan satu gerakan cepat, aku menghantamkan pedang ke salah satu dari mereka, sementara yang lain berhasil aku tendang mundur.

"Nggak terlalu buruk, tapi kalian masih jauh dari kata mengancam," gumamku sambil menebas yang terakhir.

Aku terus berjalan, makin dalam ke dalam gate. Semakin jauh aku masuk, semakin jelas bahwa tidak ada satupun hunter yang selamat di sini. Aku menemukan sisa-sisa armor yang tergores dan senjata yang patah, tanda-tanda perlawanan yang gagal.

"Damn, ini benar-benar tempat pembantaian," aku bergumam sambil menggelengkan kepala.

Suara berderak di kejauhan menarik perhatianku. Tanah mulai bergetar pelan, dan aku tahu ini bukan cuma getaran biasa. Sesuatu yang lebih besar akan datang.

Wave 2 dimulai.

Dari sudut ruangan yang gelap, muncul sekumpulan serigala besar dengan tubuh yang tertutup duri tajam. Mata mereka merah, penuh dengan kebencian dan haus darah. Tubuh mereka jauh lebih besar dari monster sebelumnya, mungkin dua kali lipat manusia biasa.

"Serigala berduri, huh? Sekarang kita bicara."

Salah satu dari mereka melompat ke arahku dengan mulut terbuka, gigi tajam siap mencabik. Tapi aku sudah siap, melompat ke samping dan membelah tubuhnya dengan pedangku. Darah hitam menyembur dari luka yang menganga.

Yang lainnya langsung menyerang dari belakang, tapi aku dengan cepat berbalik dan menusukkan pedang ke tengkoraknya. Teriakan mereka mengisi ruangan saat aku menghancurkan tubuh-tubuh mereka satu per satu.

“Seharusnya kalian belajar dari temen-temen kalian di Wave 1 tadi.”

Serigala terakhir mencoba menyemburkan cairan asam dari mulutnya, tapi aku dengan mudah menghindar dan memotong kakinya. Saat dia jatuh, aku langsung menghujamkan pedang ke jantungnya, menghentikan hidupnya dalam satu serangan.

"Wave kedua selesai," kataku dengan sedikit napas terengah-engah. "Lebih baik, tapi masih belum cukup."

Aku melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi. Kali ini aku mulai mencari petunjuk tentang bos gate. Ruangan-ruangan yang kulalui makin besar, dan suasana makin suram. Di beberapa tempat, aku menemukan sisa-sisa tubuh hunter yang sudah mati lama. Kulit mereka pucat, darah mereka sudah lama mengering.

“Jadi begini caranya mereka hilang. Satu per satu dilahap oleh monster-monster itu. Nggak ada yang tersisa,” kataku sambil mengamati sekeliling.

Langkahku terhenti saat merasakan gemuruh yang lebih kuat. Kali ini, monster-monster di wave ketiga siap menyambutku.

Wave 3 dimulai.

Dari kejauhan, muncul monster-monster besar dengan tubuh humanoid. Mereka membawa senjata yang menyerupai kapak besar yang menyatu dengan tangan mereka. Mata mereka bersinar merah, penuh dengan kebencian yang mendalam.

"Dan kita sampai di final wave. Let’s make this quick."

Monster pertama menyerang dengan kecepatan luar biasa, kapak raksasanya berayun ke arahku dengan kekuatan besar. Aku menghindar di detik terakhir, lalu menyerang balik dengan tebasan cepat. Meski tebasanku dalam, monster itu tidak langsung jatuh. Kulitnya jauh lebih keras daripada yang aku perkirakan.

“Ah, jadi kalian tipe tank, huh? Menarik.”

Mereka bergerak bersama-sama, mencoba mengeroyokku. Tapi aku lebih cepat. Dengan satu lompatan, aku melompat ke udara dan menebas salah satu monster tepat di tengkoraknya. Tapi bahkan setelah kepala monster itu terbelah, dia masih bertahan hidup selama beberapa detik sebelum akhirnya tumbang.

Yang lain mencoba menyerang dengan serangan bersamaan, tapi aku menggulung tubuh dan berguling menjauh, langsung menebas lutut salah satu dari mereka, membuatnya roboh.

Pertarungan ini semakin sengit. Mereka kuat, tapi aku lebih kuat.

Akhirnya, setelah serangkaian serangan brutal, monster terakhir jatuh ke tanah dengan suara gemuruh yang menggetarkan ruangan. Aku berdiri di tengah-tengah mereka, darah monster menetes dari pedangku.

"Wave ketiga... selesai. Jadi, di mana bosnya?"

Aku mulai melangkah lebih dalam lagi, sambil mengamati setiap ruangan yang aku lewati. Tidak ada tanda-tanda hunter yang masih hidup. Semua yang kutemukan hanyalah tubuh-tubuh yang terpotong-potong, beberapa dari mereka bahkan tidak bisa dikenali lagi.

"Ya, mereka semua sudah mati," kataku dengan sedikit getir. "Tidak ada yang bisa diselamatkan."

1
RYN
MC tentu op, okelah sebenernya, tapi kenapa kudu di sembunyi? saran sih, alur ceritanya jadi misteri aja. Menceritakan MC mencari tahu asal kekuatan nya, op karena alasan yang jelas lebih di sukai pembaca.

dah gitu aja.
Hanya Seekor Lalat: diawala doang, itu bab 9 kedepan udah gak nyembunyiiin lagi cmiwww
total 1 replies
RYN
kayaknya udah pernah ngomong gitu? ngulang kah?
Hanya Seekor Lalat: cuma penjelasan aja
total 1 replies
RYN
gak habis pikir sih ni karakter udah 4D, tau aja dia di dalam novel/Facepalm/
アディ
ntah lah aku ngerasa kayak, terlalu ber tele tele
アディ: iya sih toh mcnya terlalu op
Hanya Seekor Lalat: maaf ya, itu buat kebutuhan cerita, kalo gebuk gebuk end, kayak kurang enak buat dibaca
total 2 replies
Roditya
komen ya Thor. kayak baca narasi. terus dia nyembunyikan kekuatannya ini nggak jelas gitu alurnya kalo cuma takut jadi bahan percobaan. ya kan dia sudah paling kuat, kenapa takut.

kecuali.

dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.
Hanya Seekor Lalat: siap, itu cuma di awal cerita aja dari mulai bab 6 kalo gak salah udah gak ada
Fendi Kurnia Anggara: thor cuman saran, kata author nya di hilangin aja biar lebih enak baca nga
total 9 replies
Leviathan
yu bruh, 3 like mendarat untuk mu, jgn lupa mampir juga di chat story ane dan tinggalkan like
Teh Oolong
colossal titan malah jadi shaitan
Andri Suwanto
kntl kata² setiap bab pasti di sebut 10 kali author apa coba kaga jelas
Raja Semut
malas dah
Hanya Seekor Lalat: malas kenapa?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!