"Lupakan Aku, Raymon !" Ucap Via getir.
Gadis cantik yang lahir dari keluarga biasa dan sederhana itu, merasa sakit hati di hina orang tua pacar nya yang kaya raya.
Apalagi saat kesucian nya direnggut paksa pacar nya, Via makin kecewa dan membenci Raymon.
Via pun nekat kabur sebelum hari pernikahan yang telah di atur oleh kedua orang tua Via dan Raymon.
Dalam pelariannya, Via menjalin hubungan cinta dengan Axel seorang pria tampan pemilik cafe.
Raymon yang terus mengejar cinta Via tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan menderita amnesia.
Axel yang menjadi dewa penolong Raymon saat kecelakaan mengajak Raymon yang lupa ingatan tinggal bersama nya dan menjadi sahabat.
Apakah Ingatan Raymon bisa kembali seperti semula ?
Bagaimanakah hubungan Via dan Axel setelah ia mengetahui Via dan Raymon pernah mempunyai hubungan khusus ?
Yuk pantau cerita nya 🤗 Jgn lupa intip karya lain ku yg juga menarik utk di bac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan seorang ayah
Siang Om, Tante !
Benni dan Sovie spontan melongok ke arah pintu rumah mereka. Sepasang suami istri yang sedang duduk di ruang tamu sambil membahas masalah hubungan putri mereka dengan kekasihnya, terkesima menatap sosok pemuda tampan yang berdiri di ambang pintu.
Ibarat kata pepatah, pucuk di cinta ulam pun tiba. Orang yang mereka bahas sekarang ada didepan mata tanpa perlu di cari-cari.
"Masuklah Raymon!"
Benni segera menyuruh Raymon untuk masuk.
Raymon tersenyum samar dan menganggukkan kepala. Langkahnya terlihat canggung menghampiri Papa dan Mamanya Via. Ia pun menyalami kedua orang tua Via dengan hormat.
"Duduk lah, kebetulan sekali, Om dan Tante sedang membicarakan kamu dan Via!"
Raymon tampak pucat mendengar ucapan Benni. Ia curiga, pembicaraan Benni dan Sovie berkaitan dengan kejadian di hotel semalam.
Sedikit takut dan bimbang, Raymon pun duduk di kursi tamu setelah tadi diperintahkan Benni untuk duduk.
Sejenak suasana hening tercipta. Benni terlihat beberapa kali menarik nafas panjang sebelum memulai pembicaraan. Pandangan mata kedua suami istri itu menghujam tajam memandang Raymon tak berkedip.
Rasa cemas dan takut, perlahan meresap di lubuk hati Raymon yang dalam. Hatinya jadi gelisah dan bertanya-tanya, mungkinkah Via sudah menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya.
Jika memang benar begitu, Raymon sudah siap menanggung segala resikonya. Ia sudah bertekad dan memberanikan diri untuk datang menemui ke dua orang tua Via. Raymon siap untuk di mintai pertanggung jawaban atas perbuatannya semalam terhadap Via.
"Katakan, kalian berdua semalam kemana dan tidur dimana?" Tanya Benni penuh selidik.
Setelah sekian lama menenangkan diri, Benni mulai membuka suara mulai berbicara dengan Raymon. Nada bicara nya yang terdengar keras dan berwibawa membuat wajah Raymon berubah pucat pasi.
Tepat seperti dugaan Raymon, pertanyaan seperti itu akan ditujukan Benni kepadanya. Setumpuk jawaban yang sudah ia persiapkan sedari tadi sebelum datang kerumah Via, tiba-tiba buyar entah kemana. Tubuhnya mulai gemetar melawan rasa takut yang kembali hinggap menyerang dirinya.
Tak satu pun kata yang mampu ia ucapkan dari bibirnya yang ter katup rapat. Ia hanya tertunduk bisu saat tatapan mata kedua pasangan suami istri itu tertuju makin tajam ke arah nya. Tatapan itu bagaikan belati yang siap untuk mencabik-cabik tubuhnya.
Sovie menyikut lengan suaminya pelan, matanya melirik sinis seraya menunjuk Raymon dengan sudut bibirnya yang maju ke depan. Ia sudah gregetan melihat sikap Raymon yang belum juga bicara menjawab pertanyaan Benni.
Helaan nafas panjang terdengar kembali dari mulut Benni yang sudah mulai hilang kesabaran. Hatinya diliputi rasa kecurigaan yang sangat besar. Dia takut apa yang ia khawatir kan tentang Via akan terjadi. Apalagi melihat sikap Raymon yang sulit untuk bicara membuat hatinya kian cemas dan was-was.
"Katakan Raymon! Apa kalian telah berbuat salah?" Tebak Benni merasa janggal.
Bentakan keras dari Benni membuat nyali Raymon kian ciut. Lututnya mulai menggigil, seluruh tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin.
Melihat gelagat Raymon yang semakin mencurigakan, hati Benni makin tak tenang. Ayah tiri Via itupun mengangkat pinggulnya. Tangannya yang kekar dengan cepat menarik ujung krah baju Raymon dan mengangkatnya ke atas, membuat pemuda itu terdongak memandang wajah Benni yang tampak gusar dan marah.
"Katakan! Atau ku hajar kau sekarang juga?!" Gertak Benni dengan rahang mulai menegang di permukaan wajahnya.
Tangan kanan nya terkepal membentuk tinju yang siap sedia menghajar wajah Raymon yang hanya diam tak bicara.
Sorot mata pemuda itu terlihat redup dan pasrah tak melawan sama sekali. Benni semakin geram, tinjunya makin terangkat tinggi dan tak ayal lagi satu pukulan keras hinggap di pipi kiri Raymon.
BUGH !
Satu pukulan dari Benni membuat wajah Raymon miring ke arah kiri. Pipinya memerah karna terkena pukulan. Rahangnya berdenyut sakit dengan ujung bibir yang terasa perih. Tak ada suara ataupun keluhan yang terlontarkan di bibir Raymon. Hanya tetes airmata yang jatuh di pipinya sebagai pertanda bahwa ia menahan sakit karna terkena pukulan dari Benni.
Hal itu membuat darah Benni makin memuncak. Ia tak puas menghajar pemuda itu begitu saja. Dengan penuh amarah Benni bangkit berdiri dan menarik Raymon hingga jatuh tersungkur dilantai.
"Kurang ajar kau ya! Selama ini aku sudah mempercayai mu untuk menjaga Via, sebagai lelaki sejati, kau malah melanggar janjimu padaku heh!" Benni naik pitam.
Bugh !
Emosi Benni tak terkontrol lagi. Ia menyerang Raymon membabi buta.
Sovie yang awalnya membiarkan tindakan Benni memberi pelajaran pada Raymon mulai ketakutan melihat Benni yang mengamuk. Pukulan dan tendangan yang di layangkan Benni semakin gencar pada Raymon.
"Pa, udah Pa! Udah...!" lerai Sovie.
Sovie berdiri dan berlari mencoba menahan tangan Benni yang sedang bersiap untuk memukul Raymon kembali.
"Mama minggir! Anak ini sudah berbuat yang tidak-tidak pada Via!" Hardik Benni berang.
Ia mendorong tubuh Sovie agar menjauh. Tubuh Sovie tersurut mundur. Ia memperhatikan sosok Raymon yang sudah lemas dan tak bertenaga dengan perasaan kasihan.
Pemuda itu mulai mengerang kesakitan. Seluruh tubuh nya terasa berdenyut karna terkena pukulan dan tendangan beruntun dari Benni. Ia pun beringsut memegangi kaki Benni dan menatap wajah pria setengah baya itu dengan pandangan memelas.
"Maafkan saya om! Saya salah! " Ujar Raymon lemah tak berdaya.
Sebaris kalimat penuh penyesalan terucapkan di bibir Raymon yang berdarah karna terkena tendangan kaki Benni.
Benni mencoba menggerakkan kakinya dengan kesal. Tapi pegangan Raymon yang teramat kuat membuatnya tak bisa bergerak bebas. Ia menggenggam kedua bahu Raymon dan mendorongnya kuat hingga Raymon terjungkal.
"Cepat panggil Via keluar, Papa mau bicara dengannya!" Teriak Benni marah.
Sorot mata nyalang Benni beralih menatap Sovie dan menyuruhnya memanggil Via ke dalam kamar.
Dengan nafas tersengal-sengal menahan marah, Benni kembali duduk di kursi tamu. Matanya tak berkedip menatap Raymon yang tertunduk diam di atas lantai. Sesekali pemuda itu terlihat menyusut airmata nya yang jatuh menunjukan penyesalan yang mendalam.
Sementara itu di dalam kamar Via.
Via yang sedari tadi mengetahui keributan di ruang tamu, hanya diam mematung di depan kaca meja riasnya. Linangan airmata terlihat jelas membasahi kedua pipinya yang putih mulus. Via menatap wajahnya di cermin dengan tatapan mata yang kosong dan hampa.
Ia sangat membenci dirinya yang saat ini terlihat kotor dan penuh noda. Dirinya merasa sangat rendah dan hina. Harga dirinya seolah musnah. Tak ada lagi yang bisa ia banggakan. Kehormatan yang selama ini ia agungkan sudah hancur di renggut lelaki yang ia cintai.
Via...!
Suara Sovie ibu kandungnya terdengar keras memanggil nama Via diiringi suara ketukan berulang kali di pintu kamarnya.
Sejenak Via menarik nafas berat dan menghembuskannya pelan. Ia sudah tau, jika Mamanya disuruh ayah tirinya agar Via keluar dari kamar dan berbicara dengannya.
Dengan perlahan, Via mengusap kedua pipinya yang terlihat sembab. Setelah itu, dengan langkah kaki terlihat gontai, Via pun keluar dari kamar. Kehadiran nya di sambut Sovie dengan raut wajah yang tampak panik dan tatapan gusar.
"Kau?!" Lidah Sovie seakan tercekat di tenggorokan menatap wajah putrinya yang sembab seperti habis menangis.
Rasa sayang dan iba nya sebagai seorang ibu mulai sirna berganti kemarahan yang tak terlampiaskan. Via seolah tak peduli. Ia terus melangkah ke ruang tamu, mengabaikan Mamanya yang menatap kepergiannya dengan emosi.
Sovie yang masih berdiri di ambang pintu kamar Via berjalan cepat mengikuti langkah kaki Via yang sudah sampai duluan di ruang tamu.
Mata Via tertegun menyaksikan keadaan Raymon yang terduduk di lantai mengerang kesakitan dengan pipi lebam dan bibir berdarah. Seperti yang ia duga, Raymon pasti di hajar habis-habisan oleh ayah tirinya yang sangat menyayangi anak gadisnya itu.
Sedikitpun tak ada rasa iba dan kasihan yang terpancarkan di sorot mata Via. Hanya tatapan tidak suka penuh kebencian yang terlihat di sudut matanya.
"Katakan dengan jujur! Apa saja yang telah kalian lakukan berdua semalam sehingga kau tidak pulang kerumah hah?!" Tanya Benni pada Via dengan nada masih emosi.
Benni langsung menodong Via yang baru datang ke ruang tamu dengan pertanyaan yang sedikit awam.
"Raymon menodai ku, Papa!" Jawab Via dengan bibir bergetar.
Tubuhnya terguncang menahan derai airmata nya yang langsung pecah menjadi Isak tangis yang tak tertahankan.
Seisi ruangan itu pun terkejut dan terpaku diam mematung. Hanya deru nafas memburu tak beraturan terdengar memecah kesunyian. Emosi Benni meledak naik.
Apakah yang akan terjadi dengan diri Via dan Raymon ?
Baca BAB selanjut nya y 🤗
------ Bersambung-----