Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 : Itu kamu
Dua bulan terakhir ini,kondisi Lily stabil.Mama Irene pun terlihat lebih tenang.Itu karena,Adam yang setiap hari menemani Lily,hingga anaknya itu selalu tersenyum.
Namun menghadapi Lily di kondisi sekarang,terkadang memerlukan akting yang bagus,sebab,ia bisa saja melupakan sesuatu dalam sekejap.
Tapi Adam perhatikan,ada satu hal yang tidak pernah Lily lupa,yaitu,Azalea.Dua bulan sudah Adam menemani Lily,adakalanya gadis cantik yang sekarang terlihat jauh lebih kurus itu lupa dengannya,sekali waktu juga lupa dengan kedua orang tuanya,hanya nama Azalea yang selalu dia ingat.Adam juga heran,padahal sebelumnya kedua bersaudara itu tidak terlalu akrab.
Seperti hari ini,sudah puluhan kali Lily mencari Azalea.Bahkan mama Irene mulai kesal dengan sikap Lily,beruntung ada Adam yang selalu memberi penjelasan tentang di mana keberadaan Azalea sekarang.
Karena penasaran,Adam mencoba mengulik ingatan Lily,apa penyebab mantan tunangannya itu selalu mencari istrinya.
"Apa ada hal spesial yang terjadi antara kamu dan adikmu?"Tanya Adam.
"Tidak ada,hanya saja aku selalu mengingat kebaikannya."Ujar Lily menatap lurus ke depan,sejak hari di mana ia pertama kali mencoba memakai jilbab,jilbab itu tidak pernah terlepas dari kepalanya hingga saat ini.
"Kebaikan?"
Lily mengangguk pelan.
"Aku jarang bertemu dengannya,kadang sampai berbulan bulan kami tidak bertegur sapa,apalagi saat Lea memutuskan kuliah di Kairo.Tapi ada sesuatu yang selalu mengingatkan ku padanya."
"Apa itu?"
"Mbak jangan lupa shalat,mbak kalau keluar tolong pakai jilbab,mbak aku bawakan Alqur'an dari pondok,di baca ya?Kalau mbak kesulitan,bisa hubungi Lea,nanti Lea ajar.Mbak jangan sering keluar malam.Terlebih saat ia mengetahui kalau aku menjalin hubungan dengan mu,ia selalu mengatakan,mbak,sebenarnya pacaran itu tidak di benarkan dalam Islam,tapi kalau mbak tidak bisa tahan,setidaknya jangan melampaui batas."Ujarnya fasih dan lancar.
"Sekarang,aku ingin bertemu dengannya,ingin menagih janji agar dia mau mengajarkan ku semua itu,shalat,mengaji dan pakai ini."Lily memegang kepalanya yang tertutup jilbab panjang.
Adam menghela nafas berat.
"Kamu saja yang jarang bertemu selalu mengingatnya, bagaimana denganku?" Batin Adam.Rindu itu semakin jauh masuk ke dalam relung hati dan jiwanya.
"Kesemua itu,boleh aku yang menggantikannya?"
Lily menatap Adam,lalu mengangguk pelan.
"Kalau mas Adam tidak keberatan."
"Tentu saja,tapi mungkin tidak sebaik adikmu."Tukas Adam tersenyum.
"Tidak apa apa mas,lalu apalah artinya aku yang hidup di dunia selama ini,jika tidak pernah mengenal Tuhanku sendiri?Terlambat?Mungkin iya,tapi Allah pasti akan merangkul hamba yang mau berusaha untuk lebih dekat dengan-Nya.Iya kan mas?"
Dari sorot matanya,Adam bisa melihat kesungguhan Lily.
Mama Irene yang melihat interaksi Adam dan Lily dengan pembicaraan yang menyangkut agama sedikit banyak membuat mama Irene kesal,bukan karena masalah agama yang mereka bahas,tapi perubahan Adam setelah menikahi Azalea.Meski terlihat perhatian,tapi jelas perlakukan Adam sekarang jauh berbeda.Cara bicara,cara menatap,dan gerak geriknya semua berubah,tapi yang mama Irene herankan,kenapa Lily seakan tidak ambil pusing dengan keadaan mereka yang sekarang?Walaupun daya ingat Lily kian hari semakin melemah tapi kenapa dia tidak merasakan perubahan Adam?
***
Beberapa hari Adam perhatikan,Lily mulai berubah,sekarang lebih banyak diam,Alqur'an yang di berikan Azalea selalu menemani setiap waktu senggangnya.Meski tak bisa lagi shalat sesuai tata cara orang sehat pada umumnya,ia masih bisa melakukannya,kadang duduk,terkadang juga berbaring.
Papa Zaid terlihat bahagia dengan perubahan Lily,ia yang dari dulu menginginkan anaknya lebih dekat dengan Allah,akhirnya terkabul juga.Mama Irene pun begitu,tapi lebih cenderung kepada ketenangan anaknya.
Karena kondisi Lily yang stabil,Adam pun meminta ijin untuk jalan jalan ke pesantren.Biasanya hanya sehari,namun kali ini ia bisa tinggal lebih lama,kebetulan beberapa hari ke depan bertepatan dengan tanggal merah,jadi tidak ada jadwal operasi yang harus ia lakukan.
***
Perjalanan seperti biasa,membutuhkan waktu sekitar lima jam.Tidak begitu banyak kendala yang di dapatkan,hingga sesuai perhitungan ia sampai tepat waktu,dan di saat itu pula bersamaan dengan adzan maghrib yang berkumandang di mesjid yang terletak di dalam wilayah pondok pesantren Al Hidayah.
Selesai shalat,Adam tidak langsung pulang,apalagi ia sudah bertemu dengan Abi.Adam memilih tinggal beberapa saat di mesjid mendengarkan tausiyah hingga masuk waktu isya.
Shalat isya selesai,Adam lalu berjalan beriringan dengan Abi Ahmad menuju rumah.
"Bagaimana kabar Aza Bi?"Tanya Adam begitu mereka sudah tiba di rumah.
"Alhamdulillah baik,hanya beberapa waktu lalu,dia demam,mungkin kelelahan,tapi setelah bicara di telpon tadi siang,sepertinya kesehatan anak itu sudah jauh lebih baik."
"Syukurlah."Adam jadi lebih tenang meski sempat khawatir berlebihan.
Abi dan umi adalah tempat Adam meminta informasi tentang Azalea.Jadi setiap pekan,Adam bisa mendengar suara lembut Azalea lewat panggilan telpon yang sengaja di lakukan abi setiap kali ia datang.
Bukannya Adam tidak mau menghubungi Azalea langsung,tapi ia takut tidak bisa mengendalikan diri hingga segala usahanya selama ini akan terasa sia sia.Belum lagi mama Aisyah yang hanya menegurnya jika ada hal penting,di tambah Aqila yang juga terlihat sangat cuek.
Dia hanya perlu bertahan sebulan lagi,bertahan sampai istrinya kembali.
Setiap datang ke pesantren,Adam selalu tidur di kamar Azalea,tidak ada yang berbeda dari isi kamar itu,beberapa lembar gamis di lemari berserta jilbab panjangnya tergantung di sana,buku buku tersusun rapi di atas meja,semua sama hanya satu yang kurang,pemilik asli kamar tersebut.
Meski terasa ada yang kurang,tapi Adam tetap merasa bahagia bisa berada dan tidur di kamar sang istri.Bayang bayang Azalea yang tidur di sebelahnya selalu menjadi mood booster bagi Adam.
Malam hampir berakhir tapi Adam masih belum bisa memejamkan mata.Dan itu hampir selalu terjadi jika ia berada di kamar itu.
Adam bangkit,mulai berpesiar,menggeledah apapun yang menarik perhatiannya.
Laci meja yang pernah dia buka dua bulan lalu itu kembali menjadi sasaran tangan lihainya.Dia mengingat jika ada album foto di dalam sana,rindu yang semakin kuat menjadikan nya kembali membuka album foto itu.
Dengan melihat foto Azalea,setidaknya bisa sedikit mengurai rasa rindu yang sudah mencapai di ubun ubun.
Matanya seketika di suguhkan dengan foto masa kecil Azalea,dari kecil wanitanya itu memang sudah terlihat sangat cantik.Lembar demi lembar ia buka hingga netranya berhenti di salah satu foto yang membuatnya teringat sesuatu.
"Bukankah ini?"Mata Adam menatap tajam selembar foto yang membuatnya terusik,merasa kurang yakin dengan penglihatannya,Adam membuka lembar berikutnya.
Dan,,,,,netra elang itu mulai berembun,ingatan tiga belas tahun lalu kembali.
"Allahu Akbar,terima kasih ya Allah."Ucapnya mengusap lembut foto Azalea.
Foto itu berlatarbelakang taman pesantren yang indah,di sana berdiri seorang gadis cantik berusia tujuh tahun,memakai jilbab hitam sambil memegang tasbih berwarna merah dan sebuah Alqur'an di salah satu tangannya,tersenyum manis dengan dua lesung pipi yang menambah kecantikannya.
"Azalea ku,ternyata itu kamu."
...****************...
.selamat berjuang adam menemukan istrimu kembali
bagus, aku suka