Dua Tahun Setelah Menikah
"Ibu tidak mau tahu, secepatnya kamu harus bisa hamil anak Adrian, Rania." ucap Saras pada putrinya.
Rania menatap punggung wanita paruh baya yang dia panggil ibu itu. Ini sudah kali ke tiga, Saras membawa Rania untuk periksa tes kehamilan, hanya karena dia telat datang bulan. Sesuatu yang sia-sia saja dilakukan, karena hasilnya pasti akan negatif. Bagaimana Rania bisa hamil, sementara Adrian Pradipta, suaminya tidak pernah satu kali pun menyentuhnya.
Dengan langkah lunglai, Rania kembali ke parkiran di mana mobil miliknya terparkir. Mobil yang Rania dapatkan dari hasil jerih payah dia bekerja sebagai karyawan di sebuah prusahaan property.
Tidak ada satupun fasilitas yang Rania dapatkan sebagai istri dari Adrian. Selain tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari. Bukan masalah bagi Rania, itu justru baik menurutnya. Dia tidak ingin hidupnya bergantung pada Adrian. Karena cepat atau lambat, mereka pasti akan berpisah.
Tiba di kediaman milik Adrian, Rania kembali merasakan yang namanya kesepian. Rumah mewah yang Adrian jadikan sebagai hadiah pernikahan ini hanya ditempati Rania seorang diri. Adrian tidak pernah pulang. Dia berada di rumah itu hanya di pagi hari saja. Itupun hanya untuk membersihkan diri dan sarapan. Adrian akan kembali lagi ke esoakan harinya untuk sarapan dan membersihkan diri. Selalu begitu setiap harinya, selama dua tahun ini.
Rania tidak mau tahu di mana Adrian bermalam setiap harinya. Yang dia pahami, Adrian tidak ingin banyak berinteraksi dengan dirinya. Adrian bahkan tidak pernah membawanya ke acara-acara penting keluarga dan perusahaan untuk dikenalkan sebagai istri pria itu.
Rania cukup mengerti, Adrian dan keluarga Pradipta malu memiliki menantu seperti dirinya. Dari semua menantu Pradipta, hanya dirinya yang dari golongan orang biasa. Bukan sedih, Rania bahkan bersyukur tidak hadir dalam acara penting itu.
Awalnya memang cukup menyakitkan bagi Rania. Namun, lambat laun, seiring berjalannya waktu, Rania sudah terbiasa tidak dianggap. Hidupnya saat ini hanyalah tentang dirinya. Bagaimana dia harus mewaraskan akal pikirannya agar tidak depresi dan berakhir di rumah sakit jiwa.
Tring. Satu pesan masuk dari Adrian. Pria itu tidak pulang lagi malam ini. Bukan sedih, Rania justru tersenyum. Untuk apa Adrian mengirim kabar padanya? Bukankah hal ini sudah berlangsung sejak awal mereka menikah?
'Ya,' balas Rania pesan Adrian. Jika tidak dibalas, pria itu akan terus mengirim pesan yang sama kepadanya. Aneh bukan?
Biarpun setiap malam tidak pernah pulang, Andrian tetap akan sarapan di rumah. Jadi, Rania tetap masak membuatkan sarapan untuk suaminya. Dua tahun pernikahan mereka, inilah rutinitas yang Rania lakukan sebagai seorang istri. Selebihnya, dia bebas melakukan apapun. Asalkan tidak membawa nama Pradipta dibelakang namanya. Cukup menjadi Rania saja.
Tepat pukul enam pagi Adrian pulang. Pria itu langsung duduk di meja makan yang sudah terisi hidangan sarapan pagi. Rania segera mengambilkan sarapan untuk suaminya. Jangan berharap kata, 'terima kasih' keluar dari mulut Adrian, atas perlakuan baik Rania. Pria itu tidak akan melakukannya. Dan Rania sudah terbiasa dengan itu.
Seperti biasa, setelah mengambilkan makanan untuk Adrian, Rania akan pergi meninggalkan pria itu sendiri. Adrian tidak suka jika Rania menemaninya sarapan. Entah apa yang ada dalam pikiran Adrian. Apa Rania sebegitu tidak layaknya untuk di cintai? Padahal dulu....
"Duduklah! Aku ingin bicara." ucap Adrian.
Rania sedikit terkejut, tapi dia dengan cepat menguasai diri dari keterkejutannya. Tanpa diminta dua kali, Rania menarik kursi yang berada tepat di hadapan Adrian lalu menjatuhkan tubuhnya di sana.
"Alexa sudah kembali." ucap Adrian.
Rania berusaha tersenyum lalu mengangguk. Dia tahu maksud Adrian, bahwa dia harus siap menyerahkan Adrian pada Alexa, gadis yang selama ini menjadi kekasih suaminya itu. Satu-satunya orang yang di cintai Adrian. Itu yang Adrian katakan di malam pertama mereka.
"Kita tidak akan bercerai." ucap Adrian lagi.
Rania menatap Adrian dengan tatapan tidak percaya. Untuk apa pria itu mempertahankan rumah tangga yang seperti hubungan bisnis saja. Tidak ada interaksi lebih selain pembicaraan tentang kesepakatan apa yang akan dan tidak akan mereka lakukan.
"Bukankah kamu berjanji akan melepaskan aku setelah Alexa kembali?" ucap Rania memberanikan diri membantah keputusan Adrian yang selalu saja tanpa musyawarah terlebih dulu.
Adrian tidak membalas ucapan Rania. Seperti tidak punya masalah apa-apa, dia justru melanjutkan sarapannya tanpa memperdulikan Rania yang saat ini merasa kesal dan marah dengan apa yang Adrian putuskan.
"Lepaskan aku!" ucap Rania mencoba bernegosiasi kali ini.
"Jika tidak, kamu tidak bisa menikah dengan Alexa." ucap Rania lagi dengan tegas kali ini. Cukup sudah dia diam dan menuruti semua keputusan yang Adrian ambil secara sepihak.
Tanpa ada Alexa dalam rumah tangga mereka, kehidupan Rania sudah tersiksa seperti ini. Ditambah kehadiran Alexa, yang ada dia akan menjadi bulan-bulanan gadis itu.
"Sejak kapan kamu bisa mengatur keputusanku?" ucap Adrian tidak terima Rania menolak keputusannya dan berani memberikan ancaman padanya.
"Mulai saat ini. Aku tidak akan diam lagi, Adrian!" jawab Rania.
"Kamu tidak bisa menolaknya Rania, kamu pasti tahu akibatnya jika menentang keinginanku," balas Adrian.
"Aku akan menanggung akibatnya." Jawab Rania.
"Aku tidak peduli dengan apa yang akan kamu lakukan terhadapku. Menyiksa ku? Atau ingin menghabisi nyawaku? Lakukan saja, aku juga tidak peduli."
"RANIA!" ucap Adrian membentak Rania yang kali ini seperti orang asing di mata Adrian. Tidak ada lagi Rania yang hanya mengagguk saja. Tidak ada lagi Rania yang hanya mengikuti perintahnya saja.
"Egois! Kamu pria yang tidak punya hati nurani dan egois!" ucap Rania, lalu pergi meniggalkan Adrian yang menatapnya penuh tanya.
"Ada apa dengan Rania? Mengapa dia berubah?" tanya Adrian pada dirinya sendiri.
Ayo lah Adrian, apa kamu pikir orang yang tersakiti akan diam selamanya? Rania sudah pada puncak kesabarannya. Selama ini Rania diam, karena menghormati Tuan Widodo Pradipta. Pria tua yang sangat Rania hormati.
Rania masuk ke kamar yang selama dua tahun ini dia tempati. Menarik nafas panjang, lalu Rania keluarkan perlahan. Setelah beberapa kali melakukannya, kini Rania sudah bisa lebih tenang. Entah keberanian dari mana sehingga dia bisa membantah ucapan Adrian. Mungkin karena Adrian menyebut nama Alexa? Nama yang selama dua tahun ini menjadi hantu yang menakutkan untuk Rania.
"Jadi dia sudah kembali. Baiklah, waktuku sudah habis menjaga kamu Adrian. Jadi kita akhiri saja sampai disini." ucap Rania bicara pada dirinya sendiri melalui pantulan kaca.
Setelah cukup lama berpikir, Rania mengemasi barang-barang miliknya yang tidak terlalu banyak itu. Semua yang dia miliki saat ini, masih sama saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di rumah ini.
Rania keluar dari kamarnya. Turun ke lantai bawah melewati Adrian yang Rania lihat sudah menghabiskan sarapannya. Pria itu selalu saja seperti itu. Selalu menganggap tidak pernah ada masalah diantara mereka.
"Mau kemana kamu, Rania?" tanya Adrian.
"Kirim pesan saja jika kamu ingin memberikan surat cerai untukku. Aku sudah menanda tangani surat pernyataan setuju cerai yang sudah kamu siapkan dua tahun yang lalu." Bukan menjawab pertanyaan Adrian, Rania justru menyerahkan surat persetujuan untuk cerai, pada Adrian.
Di malam pertama pernikahan mereka, bukan pelukan hangat atau kecupan sayang yang Rania dapatkan. Melainkan penjelasan Adrian tentang siapa Alexa dan surat persetujuan cerai yang Adrian berikan pada Rania.
Seperti biasa, Adrian tidak bicara satu katapun. Pria itu hanya menatap punggung Rania yang semakin menjauh. Adrian yakin, Rania tidak bisa hidup jauh darinya. Gadis itu tidak punya tempat berlindung selain dirinya. Rania juga tidak memiliki cukup banyak uang untuk bertahan diluar sana. Rania juga tidak mungkin kembali ke kediaman orang tuanya.
Adrian tidak tahu, Rania masih memiliki penghasilan biarpun dia terlihat hanya di rumah saja. Dalam kesepianya, Rania belajar menjadi penulis novel. Tidak disangka, Rania mendapatkan penghasilan dari profesinya sebagai penulis novel.
Bukan hanya penghasilan sebagai penulis saja yang Rania dapatkan. Rania juga menjual gambar desain rumah dan juga desain interior hasil karyanya. Selama bekerja di perusahaan property, banyak klien yang menyukai hasil desain dan rancangan yang Rania buat. Sehingga, meskipun Rania tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut, mereka tetap mencari Rania untuk bergabung di project mereka.
Meninggalkan kediaman Adrian, kini Rania tiba di sebuah rumah minimalis. rumah yang dia bangun selama bekerja di perusahaan Property. Memanfaatkan sisa-sisa bahan proyek pembangunan, Rania akhirnya merampungkan pembangunan rumahnya yang low budget itu tapi tampak berkelas.
Tidak ada yang tahu tentang rumah yang Rania dirikan ini, termasuk keluarga Rania sendiri. Sengaja Rania sembunyikan tempat ini, agar dia tenang dalam persembunyiannya. Rania benar-benar sudah mempersiapkan diri untuk berpisah dengan Adrian.
...☆☆☆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Resmi Atun
Pernikahan apa seperti itu. Kalau itu mantu atau istri yang tak diharapkan untuk apa dinikahkan.
2024-11-04
0
muthia
mampir
2024-09-24
0
Rita Riau
bagus Rania,,, tinggal kan aja laki" plus suami pecundang kayak gitu.
Ok Thor izin mampir ya,,
2024-09-04
4