* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Bi, tolong bawa Shannon ke mobil lebih dulu yaa.." Pinta Shanna begitu mereka tiba di lobi rumah sakit.
Shannon yang sudah tidak sabar ingin secepatnya pulang tidak banyak bertanya dan hanya mengikuti kemana bi Lala membawa kursi rodanya.
"Baik nona."
Shanna berjalan kearah dimana ia akan mengurus biaya administrasi, jangan tanya dari mana wanita itu mendapatkan uang, tentu saja dari sebagian ganji yang ia tabung selama berbulan-bulan setelah bekerja.
Shanna juga selalu menyisihkan uang yang dikirmkan uncle nya dari hasil pabrik satu-satunya peninggalan sang daddy. Selama ini meraka bertahan hidup memang hanya dari hasil pabrik yang dikelolah uncle nya itu.
wanita cantik itu kembali menarik nafas panjang kala memandangi selembar kertas yang baru saja ia ambil sebagai bukti pembayaran. Sambil berjalan keluar dari sana, ia membaca berulang kali angka demi angka yang tertera pada kertas itu dengan jumlah fantastis yang jika diperkirakan mampu untuk meraka bertahan selama hampir satu tahun.
Ia harus memutar otaknya lagi untuk menambah penghasilan, terlebih Sky juga membutuhkan biaya yang tentu saja tidak sedikit untuk biaya kuliahnya di London.
langkahnya terhenti saat tiba-tiba ia merasakan tubuhnya ditarik lalu sedetik kemudian dipeluk erat oleh seseorang.
Shanna kaget ingin memberontak, namun ia urungkan begitu mendengar suara tangis dari wanita paru baya yang saat ini tengah memeluk tubuhnya.
"Huu ... huu ... Huu putriku, kau putriku. Kau kembali sayang." Lirih wanita paruh baya itu masih dengan tangis pilu.
Shanna mengerutkan kening nya. "nyo-nya ma-maaf anda salah orang." Jawab Shanna terbata, membalas pelukan serta memberi elusan pada pundak wanita yang kira-kira seumuran dengan Daddy nya.
"Mom ... ada apa? Apa yang terjadi?" Terdengar suara panik seorang pria dari arah samping Shanna. Pria itu meraih tangan sang mommy yang tengah memeluk Shanna.
"Ma'maaf, nyonya ini mengira aku putrinya tuan." Ucap Shanna pada pria itu yang kini tengah menatapnya sangat dalam.
"Vin, dia mirip skali dengan Rachel adikmu. Huu ... huu ... huu." wanita paruh baya itu memeluk putranya.
"Mom, ayo kita pulang ya. Nona maafkan mommyku, karena merindukan putrinya mommy sering mengira wanita yang seumuran dengan adikku adalah purtinya." Jelas pria itu dibalas senyuman hangat oleh Shanna.
"Tidak Vin, mommy tidak salah, dia benar-benar mirip dengan Rachel." Mommy kembali medekati Shanna lalu mengelus wajah cantik yang ia bilang mirip putrinya itu.
Shanna menggenggam jemari yang ia rasakan kulitnya sudah mulai keriput.
"anggap saja aku putri mommy, jika mommy merindukannya temui aku kapanpun mommy mau yaa." Ucapnya begitu lembut memberi ketenangan pada wanita paruh baya itu, ia sangat tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sudah tidak ada.
"Huu ... huu ... huu. Putriku." Wanita itu kembali menangis tersedu-sedu memeluk Shanna, hatinya bergetar mendengar kata mommy keluar dari bibir Shanna, sudah sangat lama ia tidak lagi mendengar suara putrinya memanggil mommy.
Sementara pria yang katanya putra dari nyonya itu hanya bisa diam terpaku dengan mata berkaca-kaca.
"Ini kartu namaku, hubungi aku kapanpun mommy merindukan Rachel." Shanna melerai pelukannya, mengambil sebuah katu nama dari tasnya untuk diberikan pada nyonya itu.
Wanita, paruh baya itu mengangguk pelan. Ia tidak rela harus berpisah dengan Shanna yang dianggap sangat mirip dengan putrinya.
"Terimakasih nona. Aku akan membayar kebaikanmu." pria tadi kembali membuka suara.
"Tidak perku tuan, aku melakukannya tulus."
"nyonya, namaku Shanna. Aku senang bertemu dengan nyonya." Shanna kembali bicara menatap pada wanita paruh baya tadi.
"Tetap panggil aku mommy sayang." Kembali membelai wajah cantik Shanna.
"Baiklah mommy. Aku harus pergi sekarang, mommy jaga kesehatan dan makan teratur. Oke? putri mommy ini akan sangat bahagia jika mommy sehat." ucap Shanna lagi, ia bisa melihat bahwa wanita di depannya ini sedang tidak dalam kondisi tubuh yang baik.
"Ia sayang."
Shanna berjalan keluar dari rumah sakit, meninggalkan kedua orang berbeda generasi itu dengan suasana hati berbeda.
*
*
*
"sayang, mulai besok kau tidak perlu masuk sekolah dulu ya. Kakak akan menghubungi pihak sekolah untuk meminta ijin."
"Kenapa begitu kak? Aku tidak mau, aku ingin sekolah." Shannon menolak permintaan kakaknya, ia tidak ingin hanya diam saja dirumah.
"Shannon, kakak mohon dengarkan kakak kali ini, kondisi kesehatanmu masih belum stabil. Oke?" Bujuknya lagi.
"Kemarin kau sudah berjanji akan mendengarkan semua perintah kakak." Sekilas menatap sendu pada adiknya sebelum kemudian kembali fokus mengemudikan mobilnya menuju mansion.
"tapi kak..." Sannon menunduk, "berapa lama aku ijin?"
"Kakak belum bisa pastikan, kita akan rutin cek up lagi pada uncle Michael, ikuti dan turuti saja apa yang kakak katakan sayang."
"Huuuh ... aku pasti akan sangat kesepian." Shannon murung.
"Kan ada bi Lala, kau juga sering bermain sosial media kan? Bukankah adik kakak ini sudah menjadi selebgram?" Shanna terkekeh menggoda Shannon, ia tau adiknya itu memiliki banyak penggemar disosial media pribadinya..
"Iya nona, kan ada bibi. Jangan sedih begitu dong." Bi Lala menimpali pembicaraan kedua kakak beradik itu.
"Baiklah, tetapi dengan syarat." Kini Shannon mendapatkan ide agar ia bisa membantu sang kakak mendapatkan penghasilan walaupun tidak banyak.
Kening Shanna mengerut. "syarat? Syarat apa sayang?" Ia bertanya penasaran.
"syaratnya, kakak harus mengijinkan aku menerima tawaran endorse, agar aku memiliki kegiatan, dan juga tidak kesepian saat di mansion." Shannon tersenyum sangat lebar, ia tau kali ini kakaknya pasti akan memberi ijin untuk menerima tawaran itu.
Melihat senyum itu, Shanna mengingat perkataan dokter Michael yang menyarankan Shannon agar selalu berada disituasi menyenangkan hatinya. "baiklah, kau boleh melakukan nya."
"satu lagi ...." Shannon kembali memberi syarat
"Apa lagi Shannon?"
"Aku ingin ada anak kecil di mansion, aku ingin memiliki teman bermain, aku bosan dengan bi Lala yang hanya mengajarkanku memasak terus." Kelu Shannon,gadis itu berbicara seenaknya.
Cciiiiiiiiiiiittttt ...
"Kakak kenapa?"
"nona baik baik saja?"
Bi Lala dan Shannon sontak kaget saat tiba-tiba Shanna merem mobil yang mereka naiki hingga menimbulkan siara decitan.
"Ma-maaf. Shannon kau baik-baik saja? Kau tidak apa apa sayang? Kita kembali kerumah sakit yaa?" Shanna panik, sadar apa yang dilakukannya bisa berakibat fatal pada jantung Shannon.
Ia reflek menginjak rem sekencang mungkin begitu mendengar kata anak kecil dari bibir Shannon. Ia teringat bahwa saat ini ia tengah mengandung bayi kembar.
"Tidak perlu kak, aku baik-baik saja."
"Kenapa kakak rem mendadak, apa ada sesuatu didepan?" Tanya Shannon, ia merasa tidak ada hewan atau apapun yang melintas didepan mobil mereka tadi.
"i-i-iya. iya tadi, tadi ada kucing tiba-tiba menyebrang jalan dan kakak kaget. Maafkan kaka. Maafkan Shanna ya bi."
"Tidak apa-apa nona, sebaiknya kita lanjutkan perjalanannya, nona butuh istirahat."
Shanna mengangguk lalu kembali melajukan mobilnya menuju mansion Anderson.
Sepanjang jalan ia terus termenung, tidak ada satu katapun keluar dari bibir indahnya. Tidak mendengarkan sama sekali ocehan sang adik yang tiada hentinya hingga mobil mereka tiba di mansion.
*
*
*
Malam menjelang ...
Terlihat Shanna keluar dari kamar Shannon setelah sebelumnya memastikan adik kesayangannya itu sudah meminum obat dan tertidur pulas.
wanita itu berjalan menuju halaman belakang, sebuah halaman yang tidak terlalu luas. Ia duduk menghadap kolam renang, tempat nya dulu menghabiskan waktu bermain dengan kedua adiknya serta ditemani mommy dan daddy.
ia mengelus pelan perutnya yang masih rata. "mommy harus apa?"
"mommy sangat yakin daddy kalian akan menolak kehadiran kalian."
"Maafkan mommy." Lirihnya lagi disertai air mata, Shanna dilema. Ingin mempertahankan bayi nya, tetapi ia berada diposisi yang sulit. Memikirkan bagaimana nasib mereka jika ia memilih melahirkan tanpa seorang daddy disisi anak-anak nya, bagaimana ia bisa bertahan dengan kondisi saat ini yang masih amat terpuruk.
*
*
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih