setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Simbol dari kegelapan
Arka terkejut saat serangan makhluk itu nyaris menghantamnya. Dalam sepersekian detik, ia melempar tubuhnya ke samping, nyaris terguling, hanya untuk menghindari cakar tajam yang mengiris udara di dekatnya. Serangan itu begitu cepat, dan Arka dapat merasakan angin tajam menggores kulitnya, menandakan betapa mematikannya makhluk ini. Suara desisan dan deru napas makhluk itu terdengar mengerikan di telinga Arka, membuatnya sadar bahwa kesalahan sekecil apa pun bisa berujung pada kematiannya.
Dengan jantung berdegup kencang, Arka bangkit berdiri, berusaha mengatur napas yang memburu. Makhluk itu menatapnya dengan tajam, penuh kebencian dan haus darah. Cahaya merah yang memancar dari mata makhluk itu memberi kesan kejam dan ganas, seakan menyiratkan bahwa Arka bukanlah lawan yang dianggap serius—hanya mangsa yang terpojok.
Arka menggenggam senjatanya lebih erat, mencoba menahan ketakutan yang merayap di dadanya. Ia tahu, makhluk ini bukanlah sembarang musuh. Ada sesuatu yang sangat kelam dan berbahaya dalam dirinya, aura yang memancarkan ancaman yang nyata dan membuat bulu kuduk Arka berdiri. Ia melangkah mundur beberapa langkah, mencoba menganalisis gerakan makhluk itu, mencari celah atau kelemahan yang mungkin bisa dimanfaatkan. Namun, setiap gerakannya dipantau dengan seksama oleh makhluk itu, seakan makhluk itu dapat membaca pikirannya dan menebak setiap langkahnya. Tidak ada celah sedikit pun untuk menyerang atau bahkan melarikan diri.
“Apakah ini yang dimaksud oleh sosok misterius tadi?” pikir Arka, menelan ludah. Mungkinkah makhluk ini adalah bagian dari ujian yang harus ia lalui untuk menemukan tanda pertama? Perasaannya campur aduk antara penasaran dan ketakutan, tetapi ia sadar bahwa ragu hanya akan membuatnya terbunuh lebih cepat. Arka harus bertindak—dan ia harus melakukannya dengan cepat.
Dengan penuh tekad, Arka memutuskan untuk mengambil inisiatif. Ia menggertakkan gigi dan maju dengan kecepatan penuh, mengayunkan senjatanya ke arah makhluk itu. Namun, tepat saat ia berpikir serangannya akan menghantam, makhluk itu melompat mundur dengan gesit, menghindari pukulannya dengan mudah. Mata merah itu kembali menatap Arka, mengejeknya seolah ia hanya membuang-buang tenaga.
Arka menelan kekecewaannya, nyaris tak percaya dengan kelincahan makhluk sebesar itu. Setiap serangan yang ia lancarkan dibalas dengan gerakan yang cepat dan anggun, tak satu pun serangannya yang berhasil mengenai sasaran. Bahkan, semakin lama, makhluk itu tampak semakin agresif, semakin dekat, dan semakin mengintimidasi. Ia mulai menyadari bahwa makhluk ini bukan sekadar kuat secara fisik—makhluk ini memiliki kecerdasan yang luar biasa. Setiap kali ia bergerak, makhluk itu seperti telah memperhitungkan langkahnya dan bergerak selangkah lebih maju.
Tiba-tiba, makhluk itu mengayunkan cakarnya ke arah Arka dengan brutal, memaksanya untuk menangkis serangan tersebut dengan senjatanya. Guncangan dari benturan itu begitu kuat hingga membuat tangannya nyaris terlepas dari senjata. Arka terhuyung mundur, berusaha mempertahankan keseimbangan, tetapi sebelum ia sempat mengatur posisinya, makhluk itu kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar. Arka terpaksa terus mundur, hingga akhirnya ia terpojok ke dinding batu di belakangnya.
Keringat dingin mengalir di pelipis Arka saat ia menyadari dirinya dalam posisi yang tak menguntungkan. Kekuatan fisik saja tidak akan cukup untuk mengalahkan makhluk ini, pikirnya. Jika ia terus bertarung secara langsung, tak diragukan lagi ia akan segera kehabisan tenaga.
"Aku harus lebih cerdik," gumamnya pelan, menyemangati diri sendiri. Ingatannya melayang ke berbagai latihan dan trik yang pernah ia pelajari sebelum terjebak dalam Sistem ini. Di hadapannya kini bukan hanya sekadar musuh—ini adalah ujian dari Sistem yang penuh risiko. Dalam situasi ini, Arka harus menemukan cara untuk memanfaatkan kecerdikan dan ketangkasan untuk mengimbangi kekuatan musuh yang jauh lebih besar darinya.
Arka menatap sekeliling, mencari apa pun yang bisa membantunya dalam pertarungan ini. Mata elangnya menangkap bebatuan yang berserakan di lantai, hasil dari benturan-benturan sebelumnya. Tanpa ragu, ia meraih salah satu batu itu dan melemparkannya dengan cepat ke arah kepala makhluk itu. Batu tersebut terbang lurus, menembus udara dengan kecepatan tinggi.
Makhluk itu mendongak sesaat, terganggu oleh lemparan tersebut. Di momen itu, Arka meluncur maju dengan sekuat tenaga, mengayunkan senjatanya tepat ke bagian sisi tubuh makhluk itu. Suara benturan keras terdengar saat senjatanya berhasil mengenai sasaran, menyebabkan makhluk itu mengeluarkan raungan marah. Namun, luka itu tampaknya hanya membuat makhluk itu semakin marah. Dengan mata merahnya yang semakin berkilau, makhluk itu kembali menyerang, kali ini dengan keganasan yang lebih mengerikan.
Dalam sekejap, cakarnya melesat menuju Arka yang masih berada dalam posisi menyerang. Arka mencoba menghindar, tetapi tak cukup cepat. Cakaran itu menghantam bahunya, dan rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia nyaris menjerit saat cengkeraman itu semakin kuat, membuat bahunya serasa akan hancur.
> [Sistem Pembalasan - Mode Darurat: Aktivasi Penguat Sementara - Risiko Hukuman akan Meningkat]
Suara dingin Sistem Pembalasan menggema di kepala Arka, dan seketika itu juga, tubuhnya terasa diliputi energi yang panas dan membakar. Rasa sakit yang awalnya mencekik bahunya tiba-tiba berganti dengan kekuatan yang luar biasa. Di tengah kebingungan dan ketakutan, Arka merasakan kekuatan baru mengalir melalui nadinya, memenuhi otot-ototnya dengan tenaga yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Makhluk itu kembali menerjang, namun kali ini, Arka bergerak lebih cepat. Ia menghindar ke samping, lalu menyelinap di bawah cakaran makhluk itu, memanfaatkan kecepatan barunya. Ia merasakan adrenalin yang berlipat ganda, membuatnya bergerak dengan kelincahan yang tidak mungkin ia lakukan sebelumnya. Tanpa membuang waktu, Arka mengayunkan senjatanya lagi, mengarahkannya ke sisi kepala makhluk itu.
Serangannya tepat sasaran, menghantam makhluk itu dengan keras. Terdengar suara retakan dari tengkoraknya, dan untuk pertama kali, makhluk itu tampak kesakitan. Arka melihat celah kemenangan di depan matanya, dan tanpa ragu, ia melanjutkan serangan bertubi-tubi ke bagian tubuh yang sudah terluka itu. Jeritan makhluk itu menggema di ruangan, dan Arka bisa merasakan dirinya mendominasi pertarungan ini—sesuatu yang sebelumnya hanya ia impikan.
Namun, tak lama, ia mulai menyadari bahwa kekuatan darurat ini menimbulkan efek samping yang berat. Tubuhnya mulai terasa lelah, dan nyeri yang tajam menyeruak dari dalam otot-ototnya. *Penguatan ini hanya sementara,* pikirnya cemas. Jika ia tidak menyelesaikan pertarungan ini segera, kekuatan itu bisa habis sewaktu-waktu, meninggalkannya dalam keadaan rentan.
Dengan satu serangan terakhir yang menguras seluruh kekuatannya, Arka melompat ke udara, mengayunkan senjatanya ke arah kepala makhluk itu sekali lagi. Senjatanya menghantam tengkorak makhluk itu dengan kekuatan penuh. Terdengar bunyi retakan keras, diikuti dengan jeritan panjang yang perlahan meredup saat makhluk itu roboh ke tanah, tak bergerak lagi. Arka jatuh di sampingnya, terengah-engah dan hampir pingsan.
> [Sistem Pembalasan - Misi Sukses: Hukuman Dihindari. Penguat Sementara Dinonaktifkan.]
Kekuatan dari Sistem menghilang, meninggalkan tubuhnya yang kini benar-benar lemah dan penuh rasa sakit. Pandangannya mulai kabur, dan sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, ia mendengar suara Sistem yang dingin namun penuh nada kepuasan.
> [Hadiah Misi: Tanda Pertama - Terbuka. Selamat, Arka.]
Arka terbaring di sana, menatap langit-langit ruangan yang gelap dengan pandangan buram. Tubuhnya terasa hancur, seolah habis dilumat dari dalam. Namun di balik semua rasa sakit itu, ada secercah kemenangan—kemenangan yang tak pernah ia kira akan ia capai di ujian pertama ini. Suara Sistem yang memberi ucapan selamat padanya terasa seperti mimpi.
Ia menarik napas panjang, mencoba memulihkan sedikit tenaga yang tersisa.
Arka mengerahkan sisa tenaganya untuk bangkit, namun tubuhnya terasa seberat batu. Setiap otot berdenyut, protes akan pertarungan yang baru saja ia lalui. Meski ia berhasil mengalahkan makhluk itu, harga yang ia bayar begitu mahal, dan rasa sakit yang mendera semakin nyata begitu efek penguat dari Sistem hilang.
Saat ia mencoba duduk, matanya menangkap cahaya kecil berpendar dari tubuh makhluk yang telah roboh. Cahaya itu semakin terang, membentuk pola rumit di udara seakan ada sesuatu yang terbuka di hadapannya. Sebuah simbol bercahaya yang tampak kuno melayang-layang di udara, memancarkan aura misterius yang membuat Arka merasa waspada.
> [Tanda Pertama - Ditemukan. Silakan ambil untuk melanjutkan proses penyesuaian kekuatan Anda.]
Suara Sistem itu menggetarkan hati Arka, namun saat ia mencoba meraih tanda tersebut, ruangan tiba-tiba bergetar hebat. Dinding-dinding berderak, debu-debu berjatuhan, dan langit-langit seakan hendak runtuh. Arka tersentak, tatapannya tertuju pada pintu di seberang ruangan yang perlahan terkuak.
Dalam keremangan, sosok-sosok gelap muncul dari balik pintu, bergerak perlahan namun pasti ke arahnya. Mata mereka memancarkan kilatan merah yang sama dengan makhluk yang baru saja ia kalahkan, dan jumlah mereka jauh lebih banyak dari yang ia perkirakan. Jantung Arka berdegup kencang, dan ia tersadar—pertarungannya belum selesai.
Dengan napas terengah, Arka menggenggam senjatanya erat, bersiap menghadapi gelombang baru yang datang. Dalam kepungan makhluk-makhluk mengerikan itu, hanya satu pikiran yang melintas di benaknya: Bisakah ia bertahan?