Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlibur
Setelah pertemuan bersama keluarga besar Brian dari pihak sang ayah, para saudara pria itu pun beberapa berkunjung dan tak jarang bertukar pesan dengan Kaila sehingga hubungan mereka semakin akrab.
Hari ini, Kaila di ajak oleh keluarga tersebut untuk pergi berlibur ke puncak. Katanya sebelum pesta pernikahan Nathan di gelar, karena selanjutnya mereka pasti akan di sibukkan akan hal itu.
Sebenarnya cukup mampu untuk berlibur ke luar kota bahkan keluar negeri, tapi waktunya yang tak ada ... semuanya terkendala dengan pekerjaan. Ini saja Brian harus mencuri waktu dengan semua meeting yang tak bisa di lakukan secara virtual harus di alihkan menjadi minggu depan, jadi bisa di pastikan setelah liburan pasti pria itu akan lebih sibuk lagi.
"Sudah siap?" tanya Brian kala Kaila sudah keluar dari kamarnya.
Pemuda itu datang untuk menjemput Kaila yang nanti akan langsung berangkat kelokasi. karena para saudaranya yang lain pun akan segera bertolak ke sana.
"Ini gak barengan sama yang lain berangkatnya?" tanya Kaila ketika sudah di dalam mobil.
"Nanti ketemu sama mereka di resto buat makan malam." jawab Brian. "Ini mereka juga sudah mulai berangkat kok." sambungnya lagi dan Kaila hanya bisa ber'o saja.
Selanjutnya tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya, Brian lebih fokus ke jalan, sedangkan Kaila fokus dengan ponselnya.
Kaila sengaja membuat grup chat bersama seluruh karyawannya untuk memudahkan mereka berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain. Seperti saat ini ... dirinya sedang bertanya akan keadaan cafe, jadi yang lagi gak sibuk dengan kerjaan ... itulah yang membalasnya.
"Perasaan dari tadi mainan ponsel terus." sindir Brian dengan melirik Kaila menggunakan ekor matanya.
Entah kenapa ada perasan kesal kala melihat Kaila yang lebih asik dengan ponselnya ketimbang mengobrol dengan dirinya. Merasa terabaikan atau bahkan terlupakan keberadaannya.
"Oh ini aku lagi chat anak-anak di cafe, buat tanya kondisi di sana gimana." sahut Kaila. "Tau sendiri inikan malam minggu jadi cafe sedikit lebih rame dan jam tutup pun lebih malam." sambungnya.
Brian pun menganggukkan kepalanya tanda menerima jawaban dari Kaila. Selanjutnya Kaila mencoba untuk membangun perbincangan dengan Brian supaya keadaan mobil tidak terlalu sepi yang membuat Kaila menjadi jenuh.
Hingga pukul setengah tujuh malam mobil yang di kendarai Brian telah sampai di resto tempat mereka janjian. Ternyata sudah ada mobil omnya Brian yang terparkir di sana.
"Hai Kaila, Brian." sapa tante Wanda dengan ramah saat Brian dan Kaila masuk ke dalam ruangan privat yang telah mereka pesan. "Gimana cafe amankan kamu tinggal?" tanya tante Wanda membuka obrolan.
"Ada anak-anak yang bisa handle tante, aku juga pantau terus meskipun dari jauh." jawab Kaila.
Tak berselang lama Nathan datang bersama Ica, kemudian di susul dengan Natalia bersama sang kekasih, barulah yang terakhir papi Ferdian bersama ibu Yesi juga Lucas dan Isabela.
❤️
Mereka melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai di vila keluarga tepat pukul delapan malam.
Semuanya langsung masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat, tak terkecuali Kaila juga Brian.
Para pemuda memilih untuk tidur di kamar masing-masing, sedangkan para gadis tidur menjadi dua kamar yang artinya seharusnya satu kamar dua orang, tapi ini tidak ... nyatanya Ica dan Natalia memilih tidur bersama dengan Kaila, sedangkan Isabela terpaksa tidur sendirian.
"Kalian ini kenapa sih? Kasihan Isabela tau." kata Kaila ketika ketiganya sudah berbaring di atas ranjang.
"Aku males sama dia, judes banget." sahut Natalia.
"He'em, lagian kami juga gak begitu akrab sama dia." sambung Ica.
"Dari pada ngomongin tuh orang, gimana kalau kita ngomongin hubungan kak Kai sama kak Brian saja." kata Natalia yang menjaga Kaila tadinya menatap ke langit-langit kamar langsung menoleh ke arah gadis tersebut.
"Aku sama Brian?" tanyanya.
"He'em." sahut Natalia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gimana awal ketemunya?" tanya Natalia.
"Iya kak, aku penasaran banget sama kisah kalian berdua, kok bisa kak Kaila naklukin tuh kulkas dua belas pintu." timpal Ica.
"Em gimana ya ... " kata Kaila yang sengaja tambah memancing rasa penasaran kedua gadis itu. "Aku ... " kata Kaila yang kembali menjeda kalimatnya. "Aku mau tidurlah, capek." sambungnya yang langsung membalikkan tubuh memunggungi keduanya.
"Ih kak Kaila." protes Natalia yang lagi penasaran banget, eh malah di goda kayak gitu. "Ayo dong cerita, penasaran banget tau ... jangan sampai aku gak bisa tidur nih gara-gara rasa penasaran aku belum terjawab." rengeknya yang malah membuat Kaila terkekeh.
"Rasa penasarannya di simpan dulu, besok langsung tanya aja sama Brian." sahut Kaila tanpa membalik posisi tidurnya.
Bukannya apa-apa, Kaila hanya takut jika nanti dirinya salah berucap. Karena pasti akan menjadi panjang dan merembet kemana-mana, jadi lebih baik cari aman saja.
❤️
Kaila yang memang hidup sendiri sudah terbiasa dengan bangun pagi dan menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Jadi pagi-pagi buta dia saat semuanya masih sibuk bergelung dengan selimut, karena udara di puncak memang dingin jadi ini enak-enaknya untuk tidur, tapi dirinya sudah berdiri di depan kompor ... berkutat dengan peralatan dapur serta perbumbuan membantu art di sana untuk membuat sarapan.
Pagi ini Kaila lebih memilih untuk membuat bubur ayam, hem sepertinya enak dan membayangkannya saja sudah membuat air liur Kaila serasa ingin menetes.
Barulah setelah selesai semuanya, Kaila kembali ke kamar untuk membersihkan diri.
Kini semuanya sudah berada di ruang makan, mereka hanya perlu menunggu Kaila untuk memulai sarapan pagi mereka.
"Nata, Kaila mana?" tanya Brian saat hanya Kaila saja yang tak terlihat.
"Tadi waktu aku sama Ica keluar, kak Kaila masih di kamar kak." jawab Natalia.
"Ck." decak ibu Yesi. "Apa kamu gak bisa cari pacar yang bener Bri? Lihat pacar kamu, jam segini belum bangun dan malah membuat kita jadi menunda waktu sarapan." sambungnya dengan nada tak suka.
"Belum datang bukan berarti belum bangun tante." sahut Kaila yang baru saja datang dan mendengar perkataan ibu sambung Brian. "Maaf semua jadi menunggu lama." ucap Kaila dengan rasa tak enak.
"Gak apa-apa Kai, lagian juga kami baru duduk di sini kok." sahut tante Wanda.
"Kenapa sayang? Capek?" tanya Brian dengan sengaja menggenggam tangan Kaila yang ada di atas meja untuk menunjukan kemesraan mereka.
"Enggak kok, aku tadi bales chat anak-anak dulu yang ngebahas soal cafe." jawab Kaila.
"Halah alasan, cuma punya cafe kecil aja sok sibuk." cibir ibu Yesi.
"Sudah-sudah, sekarang lebih baik kita mulai saja sarapannya." lerai kakek Bili yang gak ingin ada keributan lagi di ruang makan.
Satu persatu dari mereka mulai menikmati sarapannya.
"Ini bubur ayamnya enak banget, bumbunya pas, gak amis dan gurih." kata tante Wanda mengomentari makanannya. " Bik, nanti saya minta resep buburnya ya ... kapan-kapan mau coba bikin di rumah." katanya saat art di sana datang membawa satu teko yang berisi air minum.
"Maaf nyonya, tapi saya tidak punya resepnya." jawab bik Ningsih. "Ini semua yang buat non Kaila, saya cuma bantu-bantu saja tadi pagi." imbuhnya yang membuat sebagian langsung menatap ke arah Kaila.
"Ini seriusan Kai?" tanya tante Wanda untuk lebih memastikan. "Wah Brian, kamu beruntung banget sih bisa dapet perempuan yang paket komplit kayak gini, udah cantik, pinter, mandiri, baik, bisa masak lagi." puji tante Wanda.
"Iya tante, aku beruntung banget." sahut Brian sambil menatap Kaila dengan lekat sehingga membuat gadis itu tersipu malu.
Tapi hal ini membuat dua orang yang lain menjadi kesal, yaitu ibu Yesi dan juga Isabela.