Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh
Aksa menurunkan Alice ke bangku. Dia lalu mencoba mencari Ghendis, berharap jika gadis itu masih berada di taman. Dia mencari dengan berlari ke sana ke sini, tapi keberadaan istrinya tak juga ditemukan. Akhirnya dia memutuskan untuk melihat CCTV saja.
Aksa yang kehujanan mendekati Alice. Menggendongnya dan membawa masuk.
"Papi, mana Mimi?" tanya Alice, mengulangi pertanyaannya tadi.
"Mimi pergi sebentar," jawab Aksa.
Mendengar kata pergi, Alice langsung menangis berteriak. Membuat Aksa kelimpungan.
"Ikut Mimi ...," teriak Alice makin kencang.
"Papi jemput Mimi besok, sekarang sudah malam. Alice tidur dulu."
Alice masih terus menangis hingga dia kelelahan dan tertidur. Setelah itu barulah Aksa kembali ke kamarnya. Dia membuka laptopnya dan memeriksa CCTV. Dilihatnya dari kejadian sore.
Aksa melihat dengan jelas saat Alice mencabut bunga dan menyerahkan pada Ghendis. Dia juga dapat melihat kepanikan gadis itu saat melihat taman yang sudah berantakan.
Aksa menarik napas. Dadanya terasa sesak saat melihat Ghendis yang basah kuyup berusaha menanam bunga agar kembali seperti semula.
Dia melihat dengan jelas saat menulis pesan untuknya, Ghendis melakukan sambil berurai air mata. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar, menyesal atas semua yang terjadi.
Maafkan aku bila aku telah banyak mengukir luka di hatimu, maaf pula jika aku telah banyak meneteskan air mata yang keluar dari matamu. Yang ku lakukan hanya bisa meminta maaf bila aku tidak bisa memahamimu, memahami keinginanmu. Tapi yang perlu kamu tahu, bahwa hanya kaulah yang ingin kujadikan satu-satunya menjadi pendamping hidupku.
Dia lalu menghubungi bawahannya untuk mencari keberadaan sang istri. Aksa ingin meminta maaf. Dia telah melakukan kesalahan karena menghukum Ghendis atas perbuatan yang tidak dia lakukan.
**
Ghendis akhirnya memilih menginap di sebuah hotel. Pagi ini dia berencana ke luar kota untuk menenangkan pikiran. Mengenai rumah tangganya, terserah Aksa mau di bawa kemana.
Pagi hari setelah sarapan, dia minta Dicky mengantar ke stasiun kereta api. Mantan kekasihnya itu telah membelikan baju sebanyak lima pasang. Dia rasa cukup untuk beberapa hari ke depan.
Ghendis telah bersiap dan menunggu kedatangan Dicky. Dia menunggu di depan hotel saja, agar pria itu tak perlu turun dari mobil.
Sementara itu Aksa yang telah mengetahui keberadaan Ghendis langsung menuju hotel yang di sebutkan bawahannya. Dia meminta bibi menjaga Alice.
Sampai di depan hotel dia melihat Ghendis yang akan masuk ke dalam mobil Dicky. Dia lalu berteriak memanggil nama istrinya itu.
Merasa ada yang memanggil Ghendis langsung menoleh dan kaget saat tahu siapa yang telah menyebut namanya. Gadis itu langsung masuk dan meminta Dicky segera melajukan mobilnya.
"Kenapa wajah kamu ketakutan begitu? Seperti melihat hantu saja," ucap Dicky melihat wajah mantan kekasihnya itu terlihat sangat pucat.
"Ada Mas Aksa dibelakang mobil kamu. Cepat kamu jalankan mobil," ucap Ghendis.
Dicky langsung menjalankan mobil meninggalkan hotel. Dia melihat dari kaca spion, mobil yang dikendarai Aksa berada tepat di belakang mobilnya.
"Dicky bisa lebih cepat jalan mobil nya. Kalau bisa kita menghilang dari kejaran pria itu. Aku belum mau bertemu dengannya," ucap Ghendis.
"Tapi kita ini bisa terkena masalah dengan pasal perselingkuhan. Apa lagi kamu tahu bagaimana kekuasaan Aksa. Kamu lihat saja saat ini dia begitu mudahnya mencari keberadaan kamu," ucap Dicky.
"Aku tak peduli. Dia mau jebloskan aku ke penjara sekali pun biar saja. Yang jelas saat ini aku tak mau bertemu dengan dirinya," ucap Ghendis dengan penuh penekanan.
Dicky hanya bisa menarik napas. Dia kasihan melihat mantan kekasihnya itu terlihat sangat tersiksa. Jika saja Ghendis belum menikah, pasti akan dia bawa pergi jauh, tak akan dibiarkan pergi sendirian. Tapi dia tak mungkin melakukan itu karena saat ini ada tembok yang membatasi keduanya.
Bukannya Dicky sudah tak mencintai gadis itu lagi. Tapi sebagai pria sejati, secinta apa pun dia pada wanita itu, jika telah menikah tak akan dia ganggu. Tapi jika memang telah sah bercerai, dia akan bisa terima lagi.
"Dicky, terus saja jalan. Jangan berhenti," ucap Ghendis.
"Tapi itu lampu merah menyala, Ghendis!"
"Biar Aksa kehilangan jejak kita. Ayolah, Dicky, terobos saja lampu merah," ucap Ghendis memohon.
Dicky menarik napas berat. Demi wanita yang dia cintai, akan dia lakukan semua maunya. Dia juga kasihan melihat Ghendis yang selalu menangis karena perlakuan dari orang-orang terdekatnya. Dia yang tahu sebenarnya wanita itu sangat rapuh, cuma dia berusaha menutupi dengan senyumannya.
Dengan kecepatan tinggi Dicky menerobos lampu merah. Dia tidak melihat ada mobil dengan kecepatan tinggi juga dari arah berlawanan. Sehingga tabrakan tak bisa dihindari, walau Dicky telah berusaha membanting setir.
Seketika jalanan menjadi macet. Aksa merasakan tiba-tiba dadanya sesak. Dia telah kehilangan jejak Ghendis. Apa lagi jalanan begitu macet, tidak seperti biasanya. Macetnya begitu parah.
Aksa membuka kaca mobilnya. Ingin bertanya pada pengendara disamping.
"Kenapa macet banget jalanan hari ini, Pak?" tanya Aksa. Dia menarik rambutnya frustasi karena telah kehilangan jejak istrinya.
"Ada kecelakaan di depan. Sepasang kekasih katanya. Mungkin asyik becanda. Lampu merah saja dia terobos," ucap Bapak supir di sampingnya.
Mendengar kecelakaan terjadi pada sepasang kekasih, membuat perasaan Aksa jadi tak tenang. Pikirannya langsung tertuju pada Ghendis dan Dicky.
"Apa mungkin itu mobil yang ditumpangi Ghendis?" tanya Aksa dalam hatinya. Dari tadi jantungnya berdetak lebih cepat. Entah kenapa sebabnya.
...----------------...
thor. bikin aksa nyesel