Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Pukul sembilan tepat dan sang mentari kini sudah berada di atas sana dengan gagahnya, namun hal itu tidak juga berhasil membuat dua anak manusia yang masih terlelap dalam mimpi untuk terbangun.
Keduanya bahkan terlihat begitu nyaman dengan tubuh yang saling menempel satu sama lainnya. Pipi sang wanita yang berada tepat di atas sang pria dan tangan kekar yang memeluk pinggang ramping itu dengan begitu erat.
Sepertinya mereka terlalu lelah setelah pergulatan yang cukup menegangkan semalaman tadi sehingga belum juga menyadari kalau hari sudah kembali pagi.
"Ugh." Lenguhan pelan nan mendayu terdengar dari Ayuna yang mulai berusaha untuk membuka kelopak matanya dengan perlahan.
Tentu saja hal yang pertama kali mata bulatnya dapati adalah pemandangan dada bidang seseorang yang jelas ia ketahui siapa gerangan.
Lantas setelahnya ada banyak sekali kilasan kegiatan yang ia lalui semalaman bersama dengan Ibra melintas begitu saja di kepalanya tanpa Ayuna minta, dan hal itu kontan saja membuat kedua pipi Ayuna langsung memanas.
Karena tidak ingin terjebak lebih lama lagu, Ayuna lantas berusaha memundurkan tubuhnya. Namun hal itu tentu saja gagal Ayuna lakukan, mengingat pinggangnya yang tertimpa oleh tangan kekar Ibra.
"Lima menit lagi, Ayu." Suara berat yang sangat khas itu malahan membuat sekujur tubuh Ayuna meremang seketika. Jangan bilang kalau sebenarnya Ibra memang sudah bangun sejak tadi?
Dengan hati yang sudah sangat gelisah, Ayuna berusaha mencari alasan lain supaya ia bisa meloloskan diri dari dekapan Ibra yang terasa hangat dan nyaman ini.
"Pak, ini udah jam sembilan. Asher pasti udah nungguin kita buat sarapan." Berhasil, cara yang Ayuna lakukan kali ini ternyata berhasil membuat kedua kelopak mata Ibra terbuka.
Tapi sialnya sekarang ia malah terjebak tatapan yang begitu tajam itu sampai-sampai membuat nyalinya ciut seketika. Ibra terlihat seperti sedang marah padanya.
"Kenapa panggil saya begitu lagi? Perjanjian semalam bagaimana?" Kedua alis Ayuna seketika menukik dengan tajam karena ia merasa bingung dengan Ibra.
Pria ini bukannya terbangun karena Ayuna menyebutkan pukul berapa sekarang, namun karena panggilan yang ternyata mulai tidak Ibra sukai sekarang.
"O-oh iya maaf saya lupa, Mas." Ini lebih baik, dan rasa tidak suka yang Ibra tunjukkan pun sirna sudah. Pria itu malah sedang tersenyum pada Ayuna sekarang dan kembali memejamkan matanya.
"Mas? Udah jam sembilan, kita harus mandi terus sarapan juga. Kasihan Asher ka—"
"Lima menit lagi, saya janji." Ayuna tentu akan membiarkan Ibra jika ingin kembali tidur. Tetapi tidak bisakah pria ini melepaskannya? Ayuna ingin mandi sekarang juga!
Entah ini hanya perasaan Ayuna saja atau memang sikap Ibra sangatlah berubah setelah pergumulan panas yang mereka lakukan semalam. Ibra terlihat jauh lebih hidup pagi ini, berbeda sekali dengan yang sebelumnya.
"Oke, sudah lima menit. Ayo bangun lalu mandi." Lamunan Ayuna buyar begitu saja, begitu juga dengan kedua netranya yang langsung bergerak ke sembarang arah karena tidak mau ketahuan kalau dirinya sibuk memandangi wajah tampan Ibra sejak tadi.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ayuna segera berguling dan kini tubuhnya terbebas sepenuhnya dari dekapan Ibra. Melihat hal itu tentu saja membuat Ibra terkekeh pelan.
Menjadi orang pertama yang bangkit dari ranjang, Ibra kini bergerak menuju nakas lalu menuangkan air mineral pada gelas dan kemudian ia berikan pada Ayuna.
"Minum dulu." Gerakan tangan Ayuna luar biasa kaku karena sebenarnya ia masih salah tingkah sekarang, jadi maklum saja.
Gelas sudah berpindah kembali pada Ibra, sekarang Ayuna juga akan meninggalkan ranjang yang sangat nyaman itu karena ia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
"Ada apa?" Ada nada penuh kekhawatiran yang keluar dari mulut Ibra kala mata tajamnya menemukan Ayuna yang seperti sedang menahan sakit di seberang sana.
Sebenarnya Ayuna merasakan sakit sekaligus perasaan tidak nyaman di bagian bawah tubuhnya sana, tetapi ia tak mungkin memberitahukannya pada Ibra kan? Karena itu akan sangat memalukan.
Namun sepertinya Ibra cukup mengerti apa yang sedang terjadi pada Ayuna saat ini meskipun gadis itu tak mengatakannya secara gamblang.
"Mas!" Tubuh mungil Ayuna melayang begitu saja, ulah siapa lagi kalau bukan Ibra yang tiba-tiba saja menggendongnya tanpa izin sama sekali.
"Maaf ya, saya malah membuat kamu kesakitan pagi ini." Wah sialan, pipi Ayuna malah kembali merona berkat kalimat manis dari Ibra barusan. Lemah sekali kamu wahai Ayuna.
......................
"Yakin mau yang itu saja? Tidak mau beli dua-duanya?" Ibra seolah tengah memberikan tawaran pada anak kecil, padahal yang sebenarnya terjadi adalah ia sedang berbicara dengan Ayuna.
Gadis berlesung pipi itu terlihat kebingungan saat dihadapkan dengan dua pilihan boneka karakter kesukaannya. Tadi ia sudah mengatakan pada Ibra kalau hanya akan membeli sesuatu yang penting saja.
"Ambil dua-duanya saja, Ayu." Inginnya Ayuna juga seperti itu, tapi ia kan tidak bisa menghabiskan uangnya begitu saja hanya demi membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu ia butuhkan ini.
Ibra juga tahu kalau sebenarnya Ayuna sangat menginginkan dua boneka tersebut, hingga pada akhirnya ia segera mengambil kedua boneka tadi tanpa mengatakan apa pun.
"Ayo kita bayar dulu, kita harus cepat karena ada beberapa tempat yang belum kita datangi." Mendapatkan perlakuan seperti ini tentu saja membuat Ayuna terkejut bukan main, apalagi saat Ibra tiba-tiba saja menggenggam tangannya dengan erat sampai mereka keluar dari toko.
Ah iya, setelah kejadian yang cukup memalukan pagi tadi. Ibra memutuskan untuk menghabiskan hari terakhir mereka dengan membawa Ayuna pergi ke beberapa tempat wisata.
Apakah mereka hanya pergi berdua? Maka jawabannya adalah iya, karena Ibra juga sudah menyuruh Asher untuk menikmati waktunya sendiri.
"Kamu belum pernah main ski salju, kan?" Tentu saja belum, pergi ke luar negeri saja baru kali ini Ayuna lakukan apalagi bermain ski salju itu.
Saat ini mereka sedang mengantre untuk memasuki arena khusus bermain salju dan Ibra menggiring Ayuna untuk ikut bermain ski bersama dengannya.
Tolong ingat ini, tautan tangan keduanya belum terlepas sama sekali bahkan saat mengantre pun Ibra tak ingin menjauh dari Ayuna sedikit pun.
"Silakan." Untuk berjalan-jalan hari ini Ibra tidak perlu merasa khawatir sama sekali karena ia memiliki Ayuna yang ternyata sangat fasih berbicara dalam bahasa Jepang.
"Saya bisa pakai sendiri lho, Mas." Bukannya memakai pelindung kepala sendiri, Ibra justru sedang sibuk memakaikan benda itu di kepala Ayuna. Ia juga memeriksa apakah pengaitnya sudah terpasang dengan semestinya.
"Saya tau." Menyebalkan sekali! Ibra ini memang sengaja kah ingin membuat jantung Ayuna berdebar kencang?
Pertama kalinya bagi Ayuna meluncur di permukaan salju yang putih dengan sebuah alat yang menyatu dengan kakinya, dan ini sangat mendebarkan sampai-sampai Ayuna tidak berani untuk meluncur.
"Sini, pegangan supaya tidak jatuh." Bolehkah Ayuna menyerah saja dan membiarkan Ibra bermain sendirian di sana? Ayuna benar-benar tidak berani, nyalinya sudah menciut sekali.
"Enggak deh Mas, saya tunggu di sana saja." Terlalu lama kalau harus menunggu Ayuna meraih telapak tangannya, Ibra lantas mengambil inisiatif untuk melakukannya terlebih dahulu.
"Tidak perlu takut, saya pastikan kamu tidak akan jatuh." Tentu saja Ayuna akan mempercayai ucapan Ibra, tapi tetap saja ia merasa takut.
Pada akhirnya Ayuna menyerah dan mengikuti keinginan Ibra untuk meluncur bersama. Mulanya memang sangat sulit untuk dilakukan, namun kini Ayuna nampaknya sudah sedikit menguasai olahraga ini meskipun beberapa kali nyaris terjatuh.
Ayuna tidak tahu kalau meluncur seperti ini akan sangat menyenangkan, apalagi ia bisa melihat Ibra yang beberapa kali tertawa dan tersenyum dengan sangat lebar ke arah dirinya. Sudahkah Ayuna mengatakan kalau Ibra itu sangatlah tampan?
Hey Ayuna sadarlah! Ibra itu masih memiliki istri yang sedang berjuang untuk sembuh dari penyakitnya, jadi lebih baik enyahkan pemikiran seperti itu sekarang juga! Jangan sampai jatuh cinta pada suami orang!
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/